“Aku tak setuju jika harus minjam uang, Bang,” kataku dengan suara agak kutinggikan. “Jadi kita harus bagaimana lagi, Dek? Apakah abang mundur sekarang, membiarkan pabrik itu terbengkalai lagi?” jawab Bang Parlin, suaranya tak kalah tinggi. Semenjak suamiku ini ngurus pabrik dia banyak berubah, kami jadi sering bertengkar. “Bang, abang kan anti ngutang, anti riba, ingat gak Bang, waktu aku gadaikan emasku, Abang marah sampai mau jual kebun, tolonglah, Bang, jangan bergeser dari prinsip hidup Abang,” aku melunakkan suara. “Ini darurat, Dek, dalam keadaan darurat yang haram pun bisa jadi halal,” Bang Parlin mengulang perkataannya. Bang Parlin makin lain dan bertindak di luar kebiasaan, sore itu juga dia menjual sapi sepuluh ekor, yang membuat aku makin kesal, Bang Parlin tak bilang padaku, tiba-tiba saja sudah datang
Terakhir Diperbarui : 2022-08-23 Baca selengkapnya