“Apanya yang berhasil, Cok?” tanya Bang Parlin lagi. Ucok hanya cengengesan, aku juga tidak mengerti, apa yang berhasil. “Cok, sini dulu kau, Cok, apa yang berhasil?” Bang Parlin mengulang pertanyaannya seraya memegang tangan Ucok. “Itu, Yah, Ayah menang,” kata Ucok, dia tampak gugup. “Cok!” Bang Parlin membentak anaknya. “Aku dipukulinya, Yah, bolaku diambil, dia bocorkan bolaku lalu dia buang,” kata Ucok. “Terus?”“Aku takut Ayah kalah, makin dibully lah aku, Yah,”“Hmm, terus,” “Kuamalkan yang Ayah ajarkan,” kata Ucok. Ya, Allah, anakku yang baru tiga belas tahun sudah bisa seperti ayahnya. “Cok, dengar dulu sini, Ayah bilang apa waktu Ayah ajarkan itu?” kata Bang Parlin lagi. “Ayah bilang hanya dipakai bila darurat, jika barang yang disayanginya dicuri orang,” kata Ucok. “Terus dia curi apa rupanya sampai kau buat dia jadi percobaan, heh?” suara Bang Parlin makin keras. “Dia ambil bolaku, Yah?” “Hanya bola? Demi bola kau buat orang sakit perut, ah, sudah Ayah bilang,
Last Updated : 2022-08-28 Read more