Home / Urban / Suamiku Jadul / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Suamiku Jadul: Chapter 121 - Chapter 130

528 Chapters

Tanda-tanda Akhir Jaman

“Apanya yang berhasil, Cok?” tanya Bang Parlin lagi. Ucok hanya cengengesan, aku juga tidak mengerti, apa yang berhasil. “Cok, sini dulu kau, Cok, apa yang berhasil?” Bang Parlin mengulang pertanyaannya seraya memegang tangan Ucok. “Itu, Yah, Ayah menang,” kata Ucok, dia tampak gugup. “Cok!” Bang Parlin membentak anaknya. “Aku dipukulinya, Yah, bolaku diambil, dia bocorkan bolaku lalu dia buang,” kata Ucok. “Terus?”“Aku takut Ayah kalah, makin dibully lah aku, Yah,”“Hmm, terus,” “Kuamalkan yang Ayah ajarkan,” kata Ucok. Ya, Allah, anakku yang baru tiga belas tahun sudah bisa seperti ayahnya. “Cok, dengar dulu sini, Ayah bilang apa waktu Ayah ajarkan itu?” kata Bang Parlin lagi. “Ayah bilang hanya dipakai bila darurat, jika barang yang disayanginya dicuri orang,” kata Ucok. “Terus dia curi apa rupanya sampai kau buat dia jadi percobaan, heh?” suara Bang Parlin makin keras. “Dia ambil bolaku, Yah?” “Hanya bola? Demi bola kau buat orang sakit perut, ah, sudah Ayah bilang,
last updateLast Updated : 2022-08-28
Read more

Bang Parta Cerai

Bang Parlin mempersilahkan tamu tersebut masuk, Baron dibopong dua orang, dia terlihat lemah, wajahnya pucat.  “Baiklah, Bang Parlin, aku mengaku kalah, kau main curang,” kata Baron dengan suara lemah. “Oh, terus,” kata Bang Parlin.  “Tolong jangan kau siksa aku begini,” kata Baron lagi.  Tak ada permintaan maaf dari mulut si Baron ini, aku tahu itu yang ditunggu Bang Parlin. Dasar memang Baron masih sok jago.  “Kau harus minta maaf,” kataku akhirnya.  “Baiklah, aku minta maaf,” kata Baron, permintaan maafnya sepertinya tak tulus.  “Tolong aku Bang Parlin, aku minta maaf,” katanya lagi.  “Minta maaf pada anakku, kau telah memukul kepalanya, mengambil bolanya, minta maaf pada Ucok, kembalikan bolanya,”
last updateLast Updated : 2022-08-29
Read more

Selamat Datang Di Kalimantan

Semua telah diurus, sekolah mengaji diurus anak angkat Bang Parlin, kantor desa kuserahkan padahal sekretaris desa. Rumah Bang Parta yang jaga, kami pun bersiap berangkat. “Aku sudah lima puluhan, Parlin, aku hanya ingin menikmati hari tua, jadi jangan cari yang anak gadis ya, kalau bisa yang seperti Sofie,” pesan Bang Parta lagi sebelum kamu berangkat.  “Siap, Bang, Abang tenang saja, dua minggu lagi kami pulang,” kata Bang Parlin.  “Iya, aku percaya pada kalian,” kata Bang Parta.  Kami pun berangkat ke Medan, di Medan baru pesan tiket ke Pontianak dan juga tiket ke Ketapang. Ini akan jadi perjalanan yang panjang. Dua kali transit, kami harus naik pesawat ke Jakarta, dari Jakarta ke Pontianak, dan dari Pontianak ke Ketapang. “Kita kabari Kak Sofie ya, Bang,” kataku ketika kami menunggu di Bandara Kualanamu. 
last updateLast Updated : 2022-08-30
Read more

Jodoh Untuk Bang Parta

“Saya Parlin, perwakilan perusahaan sawit, ini Sofie, pimpinan perusahaan sawit,” kata Bang Parlin memperkenalkan diri.  “Ya, saya Ampong,” jawab pria itu singkat.  “Kami datang mau membicarakan masalah lahan itu, Pak,” kata Bang Parlin lagi.  “Oh, ya,” jawabnya lagi.  Alangkah pelitnya bapak ini bicara, jawabannya selalu singkat. Kami disuguhi minuman dan makanan. Aku mulai ragu tentang kehalalan makanan tersebut, karena di luar tadi aku sempat melihat hewan ternak babi.  “Maaf, kami tak bisa makan ini,” kata Bang Parlin, aku takut bapak itu tersinggung, karena memang yang dia suguhkan daging panggang.   “Kamu orang mana?” tanya Bapak tersebut.  “Batak, Pak?” “Batak kan makan babi?
last updateLast Updated : 2022-08-31
Read more

Zakat 500 Juta

Talak Bang Parta ternyata baru talak satu, belum juga habis masa iddah, jadi rujuknya mudah saja. Disaksikan Bang Parlin dan guru mengaji kami, Bang Parta dan Kak Sofie akhirnya rujuk.  “Parlin, kadang aku iri sama kau, iri yang positif ya,” kata Bang Parta di suatu sore, saat itu kami berempat lagi duduk santai di depan rumah.  “Iri bagaimana, Bang,” “Aku ingin kek kau itu, Parlin, bisa diandalkan di mana saja, kasusnya yang sudah bertahun-tahun bisa kau selesaikan dalam dua minggu, padahal aku sudah nyerah,” kata Bang Parta lagi.  “Hanya kebetulan, Bang,” kata Bang Parlin merendah.  “Apa rahasianya, kau bilang apa sama Pak Ampung, aku sudah suap dia motor baru, dia gak mau,” kata Bang Parta.   “Gak ada yang spesial, kami hanya bicara tentang adat masing-m
last updateLast Updated : 2022-09-01
Read more

Jalan Berliku

Keempat penjahat itu terus mengosongkan isi kantong celana Bang Parlindungan, biarpun mereka pakai sebo, aku yakin salah satunya adalah pria calon penerima zakat tersebut, dia pasti kecewa karena sudah dipermalukan Bang Parlin, dia pasti sudah sakit hati karena gagal dapat uang lima puluh juta, mungkin dia mengira uang tersebut kami bawa-bawa. Setelah puas merampas semua harta benda kami, mereka lalu kabur, motor kami juga mereka bawa. Suasana jalan perkebunan itu tetap sepi, tak ada orang lewat. “Sakit kali kakiku, Bang,” kataku ketika Bang Parlin mengajakku berjalan kaki. Mau hubungi orang pun tak bisa karena HP sudah dirampok orang, sementara orang tak ada yang lewat. Jalan perkebunan memang selalu sepi, kalau tidak karena panen jarang dilalui kenderaan. Terdengar suara motor, aku sedikit lega, akhirnya ada orang yang lewat, akan tetapi ketika kami coba berhentikan motor itu dia justru tancap gas, entah dia takut pada kami atau apa aku tak tahu. “Udah, sini Abang gendong,” ka
last updateLast Updated : 2022-09-02
Read more

Janda Cantik Yang Mencurigakan

Mencari orang untuk menerima zakat Bang Parta ternyata bukan pekerjaan mudah, harus tepat sasaran. Pantas saja bantuan pemerintah sering tak tepat sasaran karena ada sebagian orang mengaku miskin sekali hanya untuk dapat Zakat. Seperti hari itu kami kedatangan tamu, seorang wanita cantik berpakaian lusuh.  “Saya dengar Bang Parlin mau memberikan zakat lagi, aku mau mendaftar, Bang, suamiku kawin lagi, anakku putus sekolah, tak sanggup lagi aku biayai sekolahnya,” kata perempuan tersebut.  Ada kebocoran ini, padahal seharusnya tidak boleh ada yang tahu kami cari orang, bisa-bisa rumah kami dipenuhi orang dari segala penjuru. Kamilah yang harus mendatangi orang, bukan orang yang mendatangi kami begitu prinsip Bang Parlin.  “Boleh lihat kartu keluarga, Bu?” tanya Bang Parlin.  “Huhuhu,” Ibu itu justru menangis.  “Ken
last updateLast Updated : 2022-09-03
Read more

Naik Haji

Diskusi kami berakhir buntu, Bang Parta tetap tidak bisa memberikan zakat kepada orang yang suaminya telah merampok adik yang paling dia sayang. Sementara aku sudah kasihan melihat Juliana.  “Karena ini zakat Bang Parta, tentu saja harus seijin Bang Parta, jika dia tidak mau ya, apa boleh buat, batal saja,” kata Bang Parlin.  “Kasihan dia, Bang, kita kasih duit kita saja ya, minimal dia bisa menuntut cerai dan pulang ke kampungnya di Jawa,” kataku pada Bang Parlin.  “Subhanallah, terbuat dari apa hatimu, Nia, orang yang sudah merampok kalian mau kalian bantu?” kata Kak Sofie.  “Dia sudah lulus, Kak, dulu pun kami pernah bantu orang yang sudah fitnah kami,” kata Bang Parlin.  Kami masih berdiri sambil diskusi di dekat mobil, kini Kak Sofie sepertinya sudah berubah pendirian.  “
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

Ustaz G****e

Entah karena otakku lemot, atau lagi banyak pikiran perkataan Bang Parlin itu tak bisa juga kutangkap, sampai akhirnya Bang Parlin menjelaskan sekali lagi.  “Begini, Dek, misalnya aku dah pulang dari naik haji, namaku jadi bertambah Haji Parlin, terus adek naik ke atasku, adek jadi naik ...?”  “Naik haji Parlin,” kataku spontan.  “Haa, gitu, adek kok makin oon aja, kayak menjelaskan ke anak TK,” kata Bang Parlin.  “ishh, ish, Abang genit,” kataku seraya mencubit pinggangnya.  “Genit di mananya, Dek?”  “Aku mau naik guru saja dulu,” kataku seraya duduk di atas Bang Parlin yang lagi berbaring, kugeletik dadanya.  “Ampun, Dek, ampun,” kata Bang Parlin seraya tertawa.  Terdengar suara Ketukan di pint
last updateLast Updated : 2022-09-04
Read more

Hati-hati Dengan Keinginan

Terinpirasi dari Ucok, akhirnya aku ikut bertanya pada Google, Bang Parlin juga tampak memainkan HP-nya. Setelah lihat sana lihat sini, dapat kesimpulan seperti yang dikatakan Ucok tadi.  “Bagaimana, Bang, ada pendapat bilang tidak boleh, ada pendapat bilang boleh,” kataku kemudian.  “Kita  ambil pendapat yang memperbolehkan,” kata Bang Parta.  “Menurutku itu tidak bisa, kita tak bisa berpindah mazhab untuk mencari pembenaran,” kata Bang Parlin.  “Jadi kita batalkan saja,” tanyaku.  “Iya, sebaiknya begitu, dah, sana bilang sama bapak itu tidak jadi,” perintah Bang Parta.  “Sana bilang, Dek, abang gak tega,” kata Bang Parlin seraya menunjukku.  “Kok aku, aku pun gak tega,” jawabku. “Jadi bag
last updateLast Updated : 2022-09-05
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
53
DMCA.com Protection Status