Home / Romansa / Bukan Aku Tak Setia / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Bukan Aku Tak Setia : Chapter 71 - Chapter 80

215 Chapters

Kabar Tak Diharapkan

Menyamankan duduknya, Cahaya menatap lurus ke depan, menatap jalanan yang akan dilewati meninggalkan tanah kelahirannya. Di sampingnya Raja tampak sedikit gelisah, Raja ingin segera menyampaikan kabar yang entah akan ditanggapi seperti apa oleh kekasihnya itu. Apa akan bahagia? Atau mungkin merasa kecewa? "Emm ... Sayang?!" Cahaya membuka obrolan keduanya, dia melihat pada Raja yang menoleh karena panggilannya. "Ya?!""Apa untuk cincin sudah dibicarakan sama ummi?""Belum, seperti yang aku bilang kemarin malam, nunggu modelnya dari kamu." Raja kembali menatap ke depan. "Kan sudah aku bilang gimana baiknya aja, takutnya malah nggak keburu kalau pesannya mendadak.""Sepertinya masih bisa, Sayang. Tenang aja.""Yakin?""Tentu, makanya sekarang kita ke rumah Khadi dulu sebelum ke kosan kamu, ya?""Apa tidak terlalu malam nanti pulangnya?""Ya kamu nginap aja di rumah Khadi kalau begitu.""Yee, sama aja bohong. Kamu nggak nginap di rumahku, aku yang nginap di rumah Khadi."Raja tertawa
Read more

Ciuman Pertama

"Aku nggak menyangka kamu bisa berpikir seperti itu. Aku tahu, aku sudah sangat menyakiti kamu dulu, menghancurkan hati kamu. Tapi sungguh, aku tidak seperti apa yang kamu pikirkan, Sayang," ucap Cahaya dengan suara bergetar kecewa, ternyata begitu menyakitkan mendapati lelaki yang begitu menguasai hati, tidak percaya padanya. Raja terkesiap, tak menyangka kalau pemikirannya membuat Cahaya bersedih. "Sayang ... maaf." Dan meminggirkan mobil adalah pilihan Raja selanjutnya untuk memberikan penjelasan. "Aku minta maaf sudah berpikir sedangkal itu." Raja meraih tangan Cahaya. "Terus terang aku seharian ini bingung dengan hasil rapat tadi, memikirkan akan kembali berjauhan dengan kamu selama paling sebentar enam bulan, membuatku dadaku sesak. Kita baru saja kembali bersama, tapi enam bulan perpisahan sudah membayang di depan mata. Apalagi kemungkinan kamu bertemu kembali dengan dia di sana sangat besar, belum apa-apa saja hatiku sudah meradang ... cemburu, Sayang! Ditambah lagi tadi ad
Read more

Rasa Cinta

Cahaya terus saja tidak mau melihat ke arah Raja, kekasihnya itu telah membuatnya malu dua kali. Karena lagi Raja mengambil ciumannya yang kedua, dengan lebih lama dan lembut. Dan, kembali Cahaya pun tak mampu menolak. Dih, bilang aja mulai doyan. Diam! Raja terus tersenyum atas kemenangannya, dia sungguh tidak menyangka Cahaya belum pernah berciuman, dia pikir dengan Kim Cahaya pasti pernah melakukannya, tapi ternyata itu salah besar. Dan dia sangat yakin akan cinta Cahaya untuknya sekarang, bahwa dari dulu dialah yang dicintai gadis itu, bukan Kim. Jadi tak ada kekhawatiran sama sekali untuk melepaskan Cahaya pergi ke Korea, apalagi statusnya kini adalah calon istrinya, Raja akan memberikan kepercayaan penuh pada Cahaya."Sayang?!" Raja menoleh pada Cahaya yang terus memalingkan wajah, mereka sudah kembali melanjutkan perjalanan, dan sebentar lagi akan memasuki keramaian kota tempat mereka mengadukan nasib mencari rupiah. "Hmm?!" Cahaya menjawab enggan. Bukan enggan tapi malu.
Read more

Cincin Tunangan

"Assalamu'alaikum. Kenapa Ummi belum tidur? Sudah malam loh ini," tanya Cahaya setelah menyalami dan mendapatkan pelukan hangat dari Mukta. "Wa'alaikumussalam, Cantik. Ummi sengaja nunggu anak Ummi. Kenapa malam sekali? Kalian pergi kemana dulu memangnya? Ayo, masuk." Mukta menarik tangan Cahaya lembut, mengabaikan Raja yang berjalan di belakang calon menantunya. "Sepertinya sekarang yang anak Ummi Cahaya, deh." Raja merajuk, mengikuti langkah dua perempuan terkasihnya. Mukta menoleh sekilas menanggapi omongan Raja, namun tidak berniat menjawab sama sekali. Rupanya bukan hanya Mukta yang masih terjaga, begitu Cahaya memasuki ruang tengah. Tampak Denni, Khadijah, juga Farhat seperti sengaja tengah menunggu kedatangannya. Hanya Syena yang nampak tertidur lelap di karpet bulu depan TV yang menyala. "Malam sekali, Teh? Diajak kemana dulu sama si Aa?" tanya Khadijah pada Cahaya begitu calon kakak iparnya memasuki ruangan, dengan Mukta yang seakan tidak ingin melepas genggaman tanganny
Read more

Menginap

Cahaya langsung menundukkan kepala, saat kembali Ingatannya terpusat pada sentuhan lelaki tampan, yang sudah tidak bisa dia ingkari lagi ketergantungannya akan keberadaan Raja. "Hei! Kok malah nunduk?!" tanya Raja merasa heran, namun saat Cahaya kembali mendongak dan menatap matanya, Raja bisa melihat rona merah di wajah Cahaya. Lelaki itu tersenyum simpul, gemas dan merasa sangat ingin merengkuh Cahaya dalam dekapan hangatnya. "Jadi?" "Aku cocok dengan keduanya, jadi tinggal kamu saja sih yang nentuin lebih mau yang mana," jawab Cahaya dengan kembali memalingkan muka, dan kini tatapannya bersirobok dengan Mukta yang terus tersenyum. "Aku pilih ini kalau begitu, deal ya?" Cahaya kembali melihat pada ponsel Raja, kemudian mengangguk setuju. "Ok, aku kirim ke Khadi kalau gitu.""Nginap di sini ya, Sayang?" tawar Mukta pada Cahaya setelah Raja memutuskan cincin pilihan mereka. Cahaya menoleh pada Raja, yang kini sudah memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku kemeja. Raja hanya meng
Read more

Pelukan Menenangkan

Keheningan mendadak menyelimuti, Raja dan Cahaya seakan kehilangan kata setelah hanya tinggal mereka berdua saja di sana. Hanya suara dari TV yang masih menyala, juga detakan jam dinding memecah kesunyian malam yang semakin merayap. Saat mata mereka bertemu, senyuman langsung menghiasi bibir keduanya. Apalagi Cahaya, ingatannya langsung tertuju pada ciuman mereka di dalam mobil tadi. Hei! Kenapa kamu jadi mesum sih, Cahaya? Ish, jangan asal nuduh deh. Itu sih? Diam! "Ehemm." Raja melepaskan rasa canggungnya, menghadapkan tubuhnya pada Cahaya yang mematung, hanya matanya saja mengikuti gerakan Raja. "Tidur yuk! Ups, maksudnya ... kamu tidur, sudah malam. Emm, takut kesiangan bangunnya."'Shit! Kenapa jadi gugup begini? Bagaimana kalau berdua di dalam kamar? Sadar Raja ...!'"I-iya, A. Eh, Maksudnya ... Sayang. Ya, Sayang." Cahaya pun tak jauh beda dengan Raja, dia merasa sangat gugup sekarang ini. Raja beranjak bangun, mengulurkan tangannya untuk membantu Cahaya berdiri. "Ayo,
Read more

Tertangkap Basah

"Bukan itu maksudnya, Sayang. Aku percaya sama kamu, cinta kamu. Aku izinkan kamu pergi, aku hanya menitipkan hatiku, jaga sampai kamu kembali lagi ke sampingku."Tangan keduanya saling meremas, mengungkapkan cinta yang tak terbatas, mengantarkan rindu pada satu muara. Harapan bersama. "Aku juga menitipkan hatiku padamu, Sayang. Tolong jaga, walau aku tahu kamu pasti akan melakukannya dengan sangat baik, seperti selama ini. Titip hati dan cintaku."Raja mengendurkan pelukannya, memutar badan Cahaya hingga mereka berhadapan. "Aku tunggu kamu pulang, Aya. Cahaya. Aku akan tunggu kamu pulang. Kembali padaku, dan menjadi milikku seutuhnya."Cahaya menatap sendu Raja, dia melihat keraguan dalam mata besar sang pujaan. Walau bibir mengatakan sebaliknya, Cahaya tahu Raja masih tetap meragukan perasaannya. "Nikahi aku, Sayang. Jadikan aku milikmu sebelum pergi, agar kamu percaya sepenuhnya, kalau aku hanya mencintaimu sekarang dan selamanya. Hanya kamu." bergetar suara Cahaya mengatakan kei
Read more

Satu Keinginan

"Duduk dekat Ummi, Sayang." Ada kelegaan dalam hati Cahaya mendengar panggilan Mukta yang tidak berubah. Dia berharap, itu adalah pertanda baik. Menoleh pada Raja meminta izin--yang langsung mengangguk setuju--Cahaya berjalan mendekati Mukta ragu. "Jangan takut. Ummi bukan ingin membahas tentang kalian berpelukan tadi," kata Mukta tanpa perduli pada sepasang kekasih yang kini sudah bersemu wajahnya. "Duduk, A. Jangan deket-deket Aya tapi." Mukta membuat Raja menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ih, Ummi kenapa jadi galak gini, sih? Nggak asyik," protes Raja lalu memilih duduk di dekat Mukta, dari pada menerima lagi kata sindiran ibunya. "Coba jelaskan, apa maksudnya kalian akan berpisah sebentar lagi?" tanya Mukta kemudian, dengan menatap bergantian Raja dan Cahaya yang duduk mengapitnya. Raja menatap Mukta penuh tanya, dia heran bagaimana ibunya itu tahu tentang isi percakapannya tadi dengan Cahaya. Yang jadi pertanyaan, sudah berapa lama Mukta ada di sana? "Ummi ... dengar?"
Read more

Kembali Bekerja

Cahaya merasakan semua tatapan mata tertuju ke arahnya, sejak dia turun dari mobil Raja dan berjalan berdampingan dengan lelaki itu, membuat dia menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak? Raja yang baru bekerja beberapa hari, dan langsung menjadi idola baru karena ketampanan rupanya, kini menggenggam tangannya erat tanpa peduli dengan sekitar. Cahaya mencoba melepas genggaman itu, namun bukannya terlepas, tangan Raja semakit kuat mencengkram. Hingga suara pekikan yang sudah begitu dia kenal memanggilnya. "Cahaya!" Tanpa melepaskan genggaman tangannya, Raja menghentikan langkah saat nama sang pujaan dipanggil. Dia ikut menoleh ke sumber suara dan mendapati Alya berjalan agak cepat menyusul mereka. "Hati-hati, Al!" ingat Cahaya khawatir, melihat sahabatnya itu berjalan dengan perutnya yang semakin membesar. Alya tersenyum, begitu dekat dia langsung memeluk Cahaya yang tidak Raja lepaskan sama sekali tangannya. "Kangen!""Sama!""Boong!""Loh?! Kata siapa? Beneran aku juga kangen."
Read more

Hasil Rapat

Bel tanda mulai bekerja terdengar, Raja bersiap ke bagian produksi untuk mengecek list urgent hari ini. "Pak Raja, nanti jam 9 kita rapat lagi soal yang kemarin, tapi sekarang sama karyawan yang akan dikirimkan sekalian." Indra mendekat menyampaikan agenda hari ini. "Bersama Presdir juga?""Tidak, karena point pentingnya kan sudah dapat, dan untuk keberangkatan dilakukan bertahap.""Maksudnya? Kok, saya tidak tahu ya soal itu?""Iya, ini kemarin tambahan dari Presdir pas Bapak ke bagian produksi. Hanya obrolan biasa, jadi rencananya yang senior dulu pergi minggu depan, karena mereka sudah punya paspor. Untuk yang baru menyusul setelah selesai pembuatan paspor.""Hari tepatnya kapan, Pak?""Antara senin atau selasa, tiket juga belum dipesan. Tapi memang harus secepatnya berangkat, kalau tidak kita akan terus rugi dengan banyaknya produk yang dikembalikan."Raja mendesah pasrah, kabar pagi ini memperburuk mood-nya. Hanya beberapa hari lagi kebersamaannya dengan Cahaya. "Baiklah, apa
Read more
PREV
1
...
678910
...
22
DMCA.com Protection Status