Home / Romansa / Bukan Aku Tak Setia / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Bukan Aku Tak Setia : Chapter 91 - Chapter 100

215 Chapters

Masih Berat

Cahaya keluar dari ruang rapat bersama dengan Andri, Adrian, dan dua orang karyawan lainnya, yang akan diberangkatkan ke Korea beberapa hari ke depan. Tepatnya untuk Cahaya, Adrian, dan Andri saja. Karena dua orang karyawan lainnya harus membuat paspor lebih dahulu. Dan hasil rapat semakin membuat Raja merasakan lara. Bagaimana tidak? Keputusan telah dibuat, dan hari Senin nanti, Cahaya harus segera berangkat ke negara yang sudah mempertemukan mereka dahulu. Dan kesedihan itupun jadi milik Cahaya pastinya, karena waktu perpisahan dengan Raja semakin dekat saja. Langkah gontai Cahaya tertahan oleh cekalan tangan seseorang yang memaksanya menghentikan langkah, hingga tertinggal oleh yang lain tanpa sepengetahuan mereka. Cahaya sedikit memberontak melepaskan tangannya, sebelum mengetahui siapa yang melakukan tindakan itu padanya."Hei ... ini aku, Sayang!" suara yang selalu dirindukannya itu terdengar sebagai pelaku, menghentikan usaha Cahaya melepaskan tangannya. Dan saat mata mereka
Read more

Dilema

Keduanya keluar dari kantor setelah Raja mengambil kunci mobilnya, Cahaya semakin menunjukkan siapa dirinya untuk Raja, menempel pada lengan sang kekasih yang dengan sukacita menerima ke-possesifan sikap yang beda dari biasa. "Jalan aja, Sayang. Deket kok kedai baksonya," ujar Cahaya begitu mereka sampai di tempat parkir. "Panas, Sayang. Lagian biar cepet. Udah, ayo!" Raja menarik tangan Cahaya lembut dan membukakan pintu. Tanpa protes Cahaya menurut, duduk dengan nyaman menunggu Raja yang sedang berjalan memutari bagian depan mobil. "Pakai seat belt, Sayang," kata Raja begitu duduk di belakang kemudi. "Nggak perlu, dekat ini.""Ck, ngeyel." Raja mendekat pada Cahaya yang spontan menjauh badannya. "Aku mau pakaikan sabuk pengaman ini," cengir Raja yang melihat Cahaya menutup mulutnya. "Oh, kirain." Cahaya mengusap dadanya saat Raja selesai memasang sabuk pengaman. "Ih, otaknya mulai mesum," kekeh Raja mengusap kepala Cahaya, sebelum menghidupkan mesin mobil. "Siapa yang udah b
Read more

Teman Yang Selalu Mendengarkan

"Kamu kenapa sih, Ya? Aku heran deh lihat kamu seperti tadi, itu bukan kamu sekali. Ada apa sebenarnya?" tanya Alya begitu mereka sudah kembali ke perusahaan, sedang Raja dan Andri pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat jum'at. Saat ini mereka duduk di tempat kerja, mengawasi kesibukan para karyawan yang sedang mengisi waktu istirahat dengan bercanda. "Aku nggak tahu, Al. Dari kemarin jadi melow banget, apalagi ...." Cahaya terdiam. Teringat pada mimpi aneh yang dialaminya. "Apalagi apa, Ya? Kalau mau cerita jangan setengah-setengah." Alya menatap penasaran, dia yakin Cahaya sedang menyembunyikan sesuatu. "Apalagi ... setelah kemarin aku mimpiin dia. Setelah sekian lama." Cahaya merebahkan kepalanya pada lengan di atas meja. Memejamkan mata membayangkan kembali semua kejadian dalam mipinya. "Dia ... Kim maksudnya?""Iya. Kemarin itu aku berniat membuka kalung pemberiannya, tapi ternyata susah aku buka sendiri, kalau dipaksa takut putus juga. Ah, mumpung ingat. Tolong bukain, A
Read more

Tak Ingin Pergi

"Loh, kenapa? Katanya cinta, masa nikahin kamu nggak mau?" Alya semakin penasaran. "Dia bilang, ingin semua proses menuju ke tahap terindah hubungan kami terjadi sesuai rencana, tidak tiba-tiba. Pernikahan impian. Padahal aku mau kok nikah aja dulu, resepsi nyusul kemudian.""Ya iya, apalagi kamu mau pergi ke negara yang pernah membuat cinta kalian terjegal. Apa dia nggak takut sejarah terulang?""Kok kamu bilang gitu sih, Al? Kayak yang menyangsikan kesungguhan cinta aku sama Raja." Cahaya merasa tersinggung dengan kata-kata Alya, dia menatap Alya dengan kesal. "Bukan meragukan cinta kamu, tapi kesetiaan kamu. Dan cinta si oppa. Kalau kalian bertemu di sana, kamu belum terikat pernikahan, aku ragu. Jujur aja aku mah," ucap Alya tak peduli dengan perubahan wajah Cahaya yang kini kembali sedih. "Jahat, ih!" "Aku jujur, Ya. Aku tahu kamu, gimana gilanya kamu sama dia. Nggak tegas. Kalau mau nangis, nangis aja deh. Sekalian kamu pikirkan lagi tuh, mending berangkat tapi sudah nikah."
Read more

Hari Terakhir Kerja

Meninggalkan tempat kerja Cahaya dengan pikiran berkecamuk, dan juga tatap penasaran karyawan yang tadi melihat drama yang disuguhkan kekasihnya itu, Raja mencoba mencari jalan keluar. Menikahi Cahaya sebelum gadis itu pergi, siapa yang tidak ingin? Tapi apa itu benar? Apa tidak terkesan memaksakan? Mengikat gadis itu hanya karena dia takut dengan segala kemungkinan yang nanti terjadi, pertemuan kembali Kim dan Cahaya di Korea memang sangat besar peluangnya, tapi bukankah itu bagus? Agar dia tahu, seberapa besar cinta yang Cahaya miliki untuknya. Bukan karena terbawa suasana karena takut dengan keadaan yang ada. Ya, Raja sudah menetapkan pilihan, Cahaya pergi tetap dalam ikatan pertunangan saja sebagai calon istri, bukan sebagai pengantinnya. Karena dia yakin tidak akan sanggup melepas seseorang yang sudah jelas istrinya pergi untuk bekerja ke negara orang, tidak akan bisa. Yang ada dia akan egois memiliki Cahaya untuk dirinya saja. "Pak Raja!" panggilan Indra mengalihkan fokus Raj
Read more

Perpisahan

"Pasti, tapi nanti kan setelah kembali kamu masih bisa kerja lagi, cuma sementara. Harusnya kamu senang dibiayain perusahaan buat jalan-jalan selain kerja tentunya." Alya membesarkan hati Cahaya, agar sahabatnya itu tidak kembali larut dalam kesedihan yang menurutnya tidak pada tempatnya. "Ya, udah. Kita meeting sebelum bel pulang.""Iya."Cahaya beranjak bangun, meninggalkan meja kerjanya memanggil salah satu anak buahnya untuk mengumpulkan semua karyawan yang dibawahinya. Menguatkan hati agar tidak menangis, Cahaya menyampaikan keputusan perusahaan yang akan mengirimkan dirinya, bersama beberapa orang senior, dan dua orang karyawan yang beruntung pergi ke Korea. Mendengar hal itu, tentu saja sebagian dari mereka merasa iri atas kabar tersebut.Karena untuk bisa pergi ke Korea walaupun untuk bekerja, adalah impian setiap orang. Termasuk mereka yang saat ini menatap Cahaya dengan pandangan kagum berbalut iri. Berbanding terbalik dengan Cahaya yang merasa kepergiannya kali ini, justr
Read more

Permintaan Cahaya

"Nanti kita ketemu ummi dulu sebelum pulang ke rumah ya?" kata Raja saat mobil bergerak perlahan keluar dari pintu gerbang, Cahaya tidak menjawab. Matanya menatap nanar ke belakang, melihat bangunan perusahaan yang sudah tiga tahun ini menjadi tempatnya mencari rezeki. Berlebihan memang, karena nanti saat dia pulang ke Indonesia, dia akan kembali bekerja di sana, tapi perasaannya tidak bisa dibohongi kalau dia sangat sedih sekarang ini. "Sayang?!""Hah? Apa?" Cahaya tersentak, refleks menoleh pada Raja yang menyentuh tangannya. "Jangan sedih, hanya enam bulan, dan setelah itu kamu juga kembali bekerja di sana."Cahaya menghembuskan napas panjang. "Aku nggak tahu, Sayang. Beraaat banget rasanya, nggak bisa.""Jangan terlalu berpikir yang tidak-tidak. Sepulang dari Korea nanti kamu masih bisa kembali kerja, kalau kamu mau.""Bukannya sepulang dari Korea nanti kita menikah, ya? Kok, aku kerja lagi? Kan kamu bilang, kalau kita nikah kamu pengen aku berhenti kerja." Cahaya berkata lirih
Read more

Mulai Berani

"Iya deh, Mr. Profesional. Anda memang sudah ahlinya, membuat gadis polos ini pun memberikan ciuman pertamanya. Rugi aku. Sudah berapa banyak bibir yang kamu rasai? Pastinya banyak kan? Sudah, aku nggak mau lagi kamu cium, enak aja!" ujar Cahaya yang dilanda cemburu tanpa sebab, membayangkan bagaimana Raja tengah mencium gadis lain sebelum menjadi kekasihnya. "Hahahaha." Raja tergelak puas. "Terus aja tertawa, puas-puasin." Cahaya semakin kesal. Raja menggelengkan kepala, dia berhasil mengalihkan perhatian dan juga pemikiran Cahaya, tentang pernikahan dan juga kepergiannya ke Korea nanti. Membelokkan mobilnya begitu sampai di gang yang mengarah ke tempat kos gadis itu. "Apapun yang terlintas di benak kamu tentang aku itu salah, Sayang. Aku tahu aku ini ganteng, dan banyak yang suka sama aku--""Kecuali aku! Ingat itu!" ralat Cahaya menghentikan perkataan Raja, yang sebenarnya sedang bercanda saja. Tanpa Cahaya sadari ucapannya menyakiti hati Raja, yang walaupun pernyataan itu ben
Read more

Mencurigai Raja

Rosita yang semakin membaik keadaannya, mempercayakan semua urusan tentang pertunangan Cahaya dan Raja hari minggu nanti pada Epon. Iparnya itu saat ini sedang berdiskusi dengannya, mengenai hidangan apa saja yang pantas disajikan untuk menyambut keluarga Raja nanti. Waktu yang menunjukkan pukul delapan malam, belum membuat mereka selesai membicarakan hal itu. Luka di beberapa bagian tubuh Rosita sembuh dengan cepat, hal ini tentu saja karena rasa bahagia yang dirasakan Rosita, menjadi tambahan obat mujarab menyembuhkan semua luka yang diderita. Hadi yang melihat semangat Rosita yang begitu menggebu menyiapkan hari bahagia anak mereka, terus mengucap syukur dalam hati, dan berharap kebahagiaan yang kini sedang menaungi mereka akan tetap seperti ini. Hadi juga sudah menghubungi RT setempat mengenai rencana pertunangan Cahaya, dan meminta tokoh masyarakat ikut menyambut kedatangan tamu istimewa untuk keluarganya nanti. Binar memasuki ruang tengah rumahnya dengan membawa pesanan Rosi
Read more

Berita Tak Menyenangkan

Melepaskan pelukannya, Cahaya mendekat pada Rosita yang menunggu. "Ambu sehat?" tanyanya dengan suara tersendat. Rosita menarik Cahaya dalam pelukan, dengan Epon yang mengusap punggung keponakannya. "Ambu sudah semakin sehat, kan sebentar lagi acara penting kamu, jadi Ambu harus cepat sembuh." Rosita seakan ingin meyakinkan dirinya, bahwa apapun yang menyebabkan Cahaya menangis tadi, tidak mengganggu rencana pertunangan anaknya nanti. "Syukurlah, Aya senang mendengarnya." Cahaya menoleh pada Epon dan menyapa. "Uwa." Epon mengangguk membalas sapaan Cahaya, dia memilih jadi pendengar saja. Dari jawaban Cahaya, Rosita bisa bernapas lega, karena memang tidak ada perubahan rencana. Hanya yang jadi pertanyaan, apa masalah baru yang muncul sekarang? Dan Rosita sudah tidak sabar untuk mencari tahu. Memilih duduk melantai dekat dengan Rosita, Raja berdehem sebelum menjelaskan apa yang menyebabkan kesedihan Cahaya tadi. "Begini, Pak, ambu, semuanya." Raja memulai pembicaraan, menatap ber
Read more
PREV
1
...
89101112
...
22
DMCA.com Protection Status