Beranda / Romansa / PENGAKUAN ANAKKU / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab PENGAKUAN ANAKKU: Bab 101 - Bab 110

196 Bab

Bab 101 - KEJUTAN.

Irfan bergeming, lalu mengangguk tanda setuju."Pintar juga kamu, sayang ..." puji Irfan, pada pasangan me-sumnya.Hella tersenyum miring, menarik tangan Irfan masuk ke dalam rumah. Mata mereka beradu pandang, sejurus kemudian mereka langsung berpagut dengan liar penuh gairah."Hhh ..." Hella melepas diri, mengatur nafas yang terlihat memburu."Jangan sekarang. Nanti si bandot itu lihat." ujar Hella dengan mata menyorot kearah kamar yang didalamnya ada, Jaya."Untuk sementara, aku tidak bisa memberinya obat tidur. Bandot itu, mungkin saja lemas karna terlalu sering menelan obat itu." sambung Hella dengan suara berbisik. Irfan menghela nafas, lalu mengangguk pelan.Hella memasuki kamar dengan segelas air di tangannya. Jaya masih terbaring diatas ranjang, dengan mata terpejam."Jangan mati dulu ya, Mas. Pesangonmu belum turun." ujar Hella dalam hati."Mas ..." dengan gerakan pelan, Hella menaruh gelas di atas nakas. "Ayok, minum obat dulu. Nanti tidur lagi." sambungnya sambil menggunca
Baca selengkapnya

Bab 102 - Hancur!

Senyum Jaya mengembang. Dengan semangat empat lima, dia melangkah lebar kearah pintu kamar, tak sabar ingin memberi hadiah istimewa pada, Hella."La ..." Jaya bersuara, tanpa ragu mendorong pintu kamar yang tidak terkunci.Prakk!Kotak kecil perhiasan terlepas begitu saja, Jaya mematung dengan dada bergemuruh hebat melihat pemandangan dihadapannya.Dunia seakan berhenti berputar, hati bagai tertimpa godam meluluh lantakan jiwa dan perasaan.Nafas Jaya mulai tersendat-sendat, Jaya memegangi dada yang terasa ngilu dan terbakar.Sementara dua manusia tanpa urat malu itu, masih mendengkur kelelahan sambil memeluk satu sama lain.Selimut yang tidak menutupi seluruh badan, membuat tubuh polos keduanya terlihat. Membuat kepala Jaya berputar berdentum-dentum.Jaya mengerang kalut, lutut yang bergetar hebat membuat langkahnya tertatih menuju ranjang.Brak!!Tak sanggup kaki melangkah, Jaya jatuh terduduk di atas lantai dengan air mata mengucur deras. Sakit hatinya begitu hebat, bayangan wajah
Baca selengkapnya

Bab 103 - Jaya Stroke

Sigap, Ika membantu Jaya beringsut bangun, memegangi tangan, Bapaknya. "Ka ..." suara Jaya tercekat, saat menyadari sebelah anggota tubuhnya tidak dapat di gerakan."Kenapa, Pak? Ayok, pelan-pelan saja." ujar Ika sambil mengeratkan tangan, membangunkan tubuh, Jaya."Ka ..." Jaya menatap nanar, bibirnya bergetar dengan wajah ketakutan."Kenapa, Pak?" Ika mendekatkan wajah, menelisik Jaya."Ta-ngan ..." Jaya menatap nanar wajah, Ika. "Tangan kanan, Bapak tidak bisa di gerakkan." sambung Jaya, dengan nafas tersendat.Ika bergeming mencerna kata-kata, Bapaknya. Lalu beradu pandang oleh Bidan."Ya Alloh, Buk. Ini kenapa, Bapak saya?" ujar Ika panik, saat melihat Jaya semakin meringis dengan wajah cemas."To-long, Ka. Kaki, Bapak juga tidak bisa di gerakan." cicit Jaya dengan wajah menyedihkan.Hanum langsung mendekat, menatap cemas keadaan mantan suaminya."Buk, Bapak kenapa?" cecar Ika, pada Bidan.Bidan Devi memasang stetoskop di telinga, lalu mengarahkan pada dada, Jaya."Sakit tidak,
Baca selengkapnya

Bab 104 - Rampok.

"Dasar tua bangka. Kau sembunyikan dimana suamiku, hah!" cecar Hella sambil menerobos masuk ke dalam rumah.Hella begitu murka, di tambah saat melihat gelang emas yang berukuran lumayan besar melingkar di lengan Hanum.Pikiran sudah menerka-nerka, Hanum sudah merayu Jaya dan merampok uang pesangon.Hanum yang mendapat serangan tak terduga, membelalakan mata. Detak jantung terpompa lebih cepat saat menyadari rupa perempuan yang memasuki rumahnya tanpa permisi."Mana, hah!" Hella berkacak pinggang dengan mata melirik ke kiri dan kanan.Hanum menarik nafas panjang, menormalkan detak jantung sebelum mengeluarkan suara."Dasar jalang!" desis Hanum dengan rahang terkantup. "Kau pikir disini tempat penampungan suami orang!""Halahh ... ngeles saja! Tuh di luar. Itu motor suamiku!" sengit Hella."Dasar jalang tidak punya adab! Masuk tanpa permisi, menuduh orang pula. Nyari masalah kau rupanya!" gentak Hanum tak mau kalah, kedua tangannya bergantian menggulung dastar berlengan panjang."Keluar
Baca selengkapnya

Bab 105 - Memulai hidup baru.

Jaya tertegun, air mata mengalir deras seirama dengan pintu yang perlahan tertutup.Tercenung seorang diri, hawa sunyi langsung hinggap di sanubari. Tak ada satu pun keluarga yang menjenguk, membuat Jaya semakin nelangsa.Andai, Hanum masih disisinya. Sudah pasti, Hanum akan melayani dan menemani sepenuh hati.Nasi sudah menjadi bubur, walau diratap sepilu apapun semua takkan berubah."Ya A-lloh ..." lirih Jaya pilu, dengan bibir yang sulit bergerak dan miring sebelah.***Ofd.Sesampainya dirumah, setelah membersihkan badan, Ika langsung menghampiri Hanum. Sorotnya nanar melihat, Hanum yang duduk terpaku menghadap jendela dengan Bayu di dalam pangkuan.Ika mendesah lelah, menduga sesuatu yang buruk sudah dialami sang, Ibu."Buk ..." tidak ada sahutan, hanya ada helaan nafas panjang dari mulut Hanum."Taruh saja, Bayu di kasur. Ibu istirahat saja." ujar Ika, sambil meraih Bayu dari pangkuan Hanum lalu menaruhnya di atas ranjang.Mengedarkan pandangan, banyak pakaian yang berserak di at
Baca selengkapnya

Bab 106 - TERMALU.

"Habis makan, kita cari toko emas terdekat. Lalu kita jual gelang sama kalung yang ukurannya besar." Irfan menarik turunkan alisnya."Oke!" sahut Hella semangat, sambil mengacungkan jempol."Setidaknya, satu kalung lima juta. Coba bayangkan kalau kita jual semua ..." ujar Irfan dengan mata berbinar-binar."Kaya ... kita, Mas." ujar Hella sambil menggenggam erat tangan, Irfan."Pasti!" balas Irfan dengan senyum lebar."Kita buka usaha, nyewa karyawan. Hidup santai, uang berdatangan." seru Irfan begitu semangat. Hella tersenyum lepas, hidup penuh kedamaian menari-nari di kepala.Makanan lezat berjejeran rapih di atas meja. Hella dan Irfan begitu semangat melahap santapannya. Derai tawa mengiringi setiap kunyahan, senyum kemenangan terukir jelas di wajah keduanya."Ya ampun, Mas. Mahal sekali," bisik Hella saat tiba di depan kasir."Masa makan kepiting sama ikan-ikanan doang, harganya sampai satu juta." sambung Hella dengan wajah tak rela."Ck! Sudah bayar saja. Uang segitu tidak ada arti
Baca selengkapnya

Bab 107 - Gagal.

"Ada apa sih ribut-ribut, berisik banget!!" Irfan menerobos masuk ke dalam kamar. Matanya membulat, melihat kamar yang seperti kapal pecah.Belum lagi, Hamdan yang menangis meraung-raung, membuat semakin pusing.Hella terduduk lemas, wajahnya benar-benar terlihat putus asa. Irfan mendengkus, kembali keluar kamar sambil membanting pintu dengan kencang."Ahh sial!" gerutu Irfan sambil menghempas bobot diatas kursi.Dering suara gawai terdengar, tangan Irfan merogoh saku celana. Terlihat di dalam layar panggilan telepon tanpa nama. Irfan mendengkus kesal, lalu menekan tombol merah."Ganggu saja sih!" geramnya.Di dalam ponsel terlihat banyak sekali panggilan tak terjawab dari nomer-nomer tak di kenal. Dengan cepat Irfan, memblokir nomer tanpa nama tersebut."Sial banget sih hidup gue. Sudah jadi simpenan istri orang. Suaminya bandot tua pula! Jijik banget!" erang Irfan dengan rahang terkantup.Berharap hidup bersama, Hella akan nyaman dan banyak harta seperti yang sudah di janjikan. Namun
Baca selengkapnya

Bab 108 - Kemenangan Hella.

Mata Jaya menatap sendu ke arah pintu, hatinya bergetar pilu memandangi sekitar ruangan.Ada dua bankar yang mengelilingi raganya, semua kosong tak berpenghuni seperti hatinya saat ini.Baru saja di tinggal beberapa jam oleh, Ika. Rasanya sunyi langsung memenuhi jiwanya.Jaya memejamkan mata yang terasa panas, nafas berat terhembus dari mulutnya.Pelan ... tangan Jaya terulur meraih gawai yang ada di atas nakas. Terlihat deretan pesan serta panggilan dari nomer istri mudanya memenuhi layar. Nafas berat kembali terdengar dari mulutnya, Jaya memejamkan mata dengan hati berkedut ngilu."Ya Alloh ..." Jaya membatin pilu, tak menyangka istri yang di anggapnya sempurna, tega menusuknya dari belakang.Kenop pintu terdengar, tak lama pintu terbuka dengan pelan. Jaya menoleh ke sumber suara, matanya melebar saat melihat sosok Hella yang menyebul di balik pintu."Mas Jaya ..." suara cemas Hella terdengar, membuat jantung Jaya berdegup dengan kencang."Benar ini kerabatnya?" tanya suster yang ada
Baca selengkapnya

Bab 109 - Tak Terduga.

Seperti orang gila, Hella memasukan makanan serta barang apa saja ke dalam keranjang belanjaan. Hella begitu semangat menghabiskan uang suami tuanya."Ya ampun, jangan norak deh!" Irfan menaruh kembali barang-barang ke etalase."Ihhh, apaan sih, Mas!" Hella merengut."Jangan banyak-banyak belanjanya, nanti bawanya ribet." jelas Irfan."Huh ... iya juga." Hella mencucutkan bibir. "Terus gimana dong?" tanya Hella. "Aku mau borong ini semua." sambungnya."Secukupnya saja. Besok kita ke Mall, naik taksi online, kita belanja sepuasnya." jawab Irfan dengan senyum lebar.Hella tersenyum miring, lalu tertawa lepas melihat Irfan menarik turunkan alisnya sambil menepuk-nepuk tas miliknya ."Besok kamu bisa belanja sepuasnya. Borong satu Mall kalau perlu," Irfan menjawil hidung, Hella."Oke deh." Hella mengacungkan jempol."Gitu dong. Nurut sama aku." balas Irfan dengan senyum lebar."Sekarang ini saja cukup," Hella membawa keranjang belanjaan menuju kasir, lalu membayarnya."Ayok, pulang. Kita
Baca selengkapnya

Bab 110 - Kacau.

"Maliinggg ..." jerit Hella bak orang gila. Tak ada satu pun kendaraan yang melintas, membuat Hella frustasi menjambak rambutnya sendiri mengingat uang yang di bawa kabur."Mas! Kenapa diam saja!" bentak Hella, melihat Irfan hanya terdiam dengan tatapan kosong."Kamu punya hutang apa, hah! Kenapa juga harus aku yang menanggung! Itu uangku. Hasil kerja kerasku!" gelagar suara, Hella.Irfan hanya meringis sakit, perlahan mencoba untuk bangun dari tempatnya."Uhuk-uhuk ..." susah payah Irfan berdiri, Hella hanya mengamati dengan tangan berkacak pinggang dan tatapan tajam."Ayok, kejar mereka, Mas! Ambil kembali uang itu, aku tidak mau tahu ya!" ujar Hella dengan nafas terengah-engah.Irfan tak menggubris, langkahnya tertatih menuju motor yang tergeletak di tengah jalan."Mas! Kamu dengar aku tidak sih!" Hella mulai kesal."Bisa diam tidak sih! Berisik tau gak." Irfan mendengkus dengan mata melotot."Ya ... gimana aku bisa diam. Uang itu di gondol semua sama mereka!" balas Hella tak kalah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
20
DMCA.com Protection Status