Home / Romansa / PENGAKUAN ANAKKU / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of PENGAKUAN ANAKKU: Chapter 81 - Chapter 90

196 Chapters

Bab 81 - Terlelah.

Ika menatap sedih, pandangannya tertuju pada Hanum yang diam mematung di depan televisi.Televisi dibiarkan menyala, namun Hanum bergeming dengan pandangan kosong. Sudah lima hari, Jaya tidak kembali pulang. Lima hari pula di habiskan, Hanum dengan merenung sendirian.Hanum seperti orang linglung, hanya diam, bahkan saat di ajak bicara sekali pun.Di atas meja, terlihat sarapan yang di sediakan Ika masih utuh tidak tersentuh."Pulang, Mbak. Kasihan, Ibu ..." lirih Ika dengan suara sendu di sambungan telepon."Ibu kenapa?" tanya suara perempuan di balik telepon dengan cemas."Ibu sakit. Pulang, Mbak ..." jawab Ika sesegukan."Mbak tidak bisa janji--""Jangan bilang tidak ada ongkos, apa harus menunggu Ibu mati dulu, baru Mbak Vira mau pulang kerumah?" jerit Ika tak sabar.Vira tercenung, hati dan matanya terasa panas mendengar ucapan, Adiknya."Iya, Mbak pulang." lirih Vira, sambil menutup sambungan.Ika memejamkan mata, di rapalnya beberapa kalimat Tuhan, untuk menenangkan sekaligus m
Read more

Bab 82 - Runtuh.

"Ayok, Buk. Kok malah melamun." ujar Wisnu sambil melepas helm."I-ya." jawab Hanum gugup.Entah mengapa, mata dan hatinya sudah terasa panas. Padahal, Hanum belum bertemu dengan, Rudi."Ayok ..," Wisnu memberi jalan agar, Hanum lebih dulu didepannya. Hanum mengangguk, menegakkan badan, lalu berjalan pasti memasuki kantor Polisi."Tunggu disini, Buk." titah Wisnu sambil melangkah mendahului menuju meja Polisi. Hanum sudah tidak tenang, berkali dia mengatur nafas untuk menghalau kegugupan."Ayok," ajak Wisnu seraya memasuki ruang khusus menjenguk para tahanan."Ibu duduk saja," ujar Wisnu. Hanum hanya manut, duduk dengan tegang menunggu, Rudi."Ibu ..." suara Rudi terdengar, Hanum langsung menoleh, rasa haru langsung menyeruak saat melihat anak lelaki satu-satunya berjalan mendekat."Ru--" suara Hanum tercekat di tenggorokan. "A--lloh ..." bulir bening berlomba-lomba keluar dari sudut matanya."Ibu ..." Rudi langsung menubruk dinding kaca yang menjadi penghalang untuk memeluk Ibunya."
Read more

Bab 83 - Dendam.

Sementara, Rudi hanya mematung. Dunia nya kembali runtuh dalam sekejap."Ru--di ..." lirih suara, Hanum. Entah kapan dia terbangun. Melihat wajah anak lelakinya begitu pias, membuatnya mengerti tentang apa yang sudah terjadi."Ru--di ..," lagi, Hanum memanggil. Air mata kembali berderai. Hanum terlihat sangat-sangat lemah dan menyedihkan."Buk ..." parau suara, Rudi. Hati begitu perih melihat kondisi, Ibunya."Ba-pak mu." isak Hanum, memegangi dada. Hanum bahkan tidak bisa menggerakkan tubuh saking lemahnya.Rudi tergugu pilu, memegangi tangan Hanum. Tubuhnya bergetar hebat, menyesali segala kebodohannya."Ma-af, Ibu maaf ... ini semua salah, Rudi." cicit Rudi dengan air mata berderai."Hu ... hu. Jalang itu menggoda, Bapakmu, Rud. Huhu." Hanum meracau dengan perasaan begitu kacau."Bapak mu gila, Rud ... huhu.""Jalang itu ... huhu, jalang itu ...."Rudi memeluk tubuh ringkih, Hanum. Dadanya begitu sakit, melihat Hanum yang sangat kepayahan.Rudi sadar diri, dia tidak bisa melakukan
Read more

Bab 84 - Kembali Pulang.

"Mau kemana, Mas?" alis Hella menaut, saat melihat Jaya keluar kamar sambil memakai jaket."Mau pulang dulu," jawab Jaya."Pulang kemana? Rumah kamu kan di sini, Mas?" sahut Hella dengan mata memicing, berpura protes.Mendengar, Jaya yang ingin balik kerumah, Hanum. Tentu saja, Hella senang bukan kepalang.Toh, terlalu lama di rumahnya. Membuat, Hella merasa muak. Tidak bebas bergerak. Emangnya enak setiap hari harus bertemu dengan bandot tua itu?Jaya membuang nafas kasar, tatapannya lekat menatap Hella."Ada masalah yang harus di selesaikan. Nanti, Mas balik ke sini lagi." jawab Jaya."Tidak balik juga, tak masalah. Asal duitnya saja yang balik." jawab Hella dalam hati.Sudah empat belas hari, Jaya tak pulang kerumah Hanum. Tentu saja ada rasa rindu. Ditambah jarak dari kontrakan Hella ketempat kerja yang lumayan jauh. Membuat badan tuanya, sedikit menderita.Setidaknya, Jaya ingin merayu Hanum sampai uang pensiun dan pesangonnya turun. Setelah itu, tentu saja dia akan menghabiskan
Read more

Bab 85 - Nelangsa.

"I-buk ..." lirih Jaya canggung. Terlebih saat melihat ada Ika, dibelakang Hanum yang menatapnya dengan tatapan membu-nuh."Pergiiiii ..." geram Hanum dengan mata melotot.Jaya bergeming, rasa malu dan kesal menjadi satu, keringat basah mulai membasahi seluruh tubuh."Buk, a-ku minta maaf." ujar Jaya terbata. Hanum mendengkus, muak melihat wajah suaminya."Mau apa kau kesini. Semua barang dan bajumu aku sudah buang. Tidak ada lagi alasan, untuk kau pulang kerumah ini!" sengit Hanum dengan wajah penuh kebencian.Jaya menatap lurus dengan pandangan sendu, Hanum berdecis memalingkan wajah."Buk, sudahlah. Aku tahu, aku salah. Tapi tidak perlulah seperti ini, aku masih suamimu." pinta Jaya dengan wajah memelas, mengikis rasa malu.Hanum berdecis, melipat tangan diatas perut. "Masih ngaku jadi suami rupanya! Tidak ingat, kemarin kau bilang muak hidup denganku, kau lupa, hah!" sengit Hanum."Buk, aku khilaf. Saat itu, aku sedang kacau, tolong mengerti--""Mengerti, kalau kau bahkan belum se
Read more

Bab 86 - Terlantar.

"Aduh ... kepala kok sakit sekali ya," ujar Jaya sambil memijat keningnya. Perut tiba-tiba melilit, dan terasa mual.Dengan tertatih, Jaya menyandarkan tubuh disisi tembok, wajah terlihat pucat dengan pandangan berkunang-kunang."Aduh, ya Alloh. Sssttt." Jaya meringis menahan nyeuri. Jantung terasa memompa lebih capat, dada begitu sesak dan nafas yang tersenggal.Jaya ingin bangkit berjalan, namun tubuh begitu lemas, hingga tanpa sadar badannya roboh dengan kepala membentur dinding."Hhhh ... to--long," nafas laki-laki berusia 65 tahun itu sesak, suara terhenti ditenggorokan."Ya Alloh! Pak, kenapa?"Entah siapa yang berbicara, pandangan Jaya sudah menghitam, Jaya ambrug tidak sadarkan diri."Pak, Buk! Kenal sama orang ini tidak?" perempuan berusia 15 tahun teriak didalam warteg milik orangtuanya."Siapa?" gegas, perempuan setengah baya keluar dan melihat keluar warung kecilnya disusul dengan beberapa orang dibelakangnya."Loh, ini tadi yang makan disini," ujar pemilik warung."Ada ap
Read more

Bab 87 - Rampok!

Jaya bergeming mencerna ucapan, Tono. Tiba-tiba, seperti ada lampu diatas kepalanya saat Tono berbicara tentang ruko milik, Hanum."Kenapa cengar-cengir?" Tono menelisik wajah, Jaya."Ah, tidak. Tidak apa-apa," Jaya melebarkan senyum."Benerkan ucapan ane?" seloroh, Tono. Jaya hanya tersenyum sambil menganggukan kepalanya."Na ... Nina, buatin kopi buat temen, Abah." seru, Tono pada anaknya.Nina yang sedang memasukan mangga muda kedalam mulut, langsung beranjak mendengar perintah, Bapaknya.Pukul empat sore, Jaya memutuskan untuk pamit. Bersilaturahi kerumah teman memang banyak manfaatnya, salah satunya membuka jalan fikiran. Tanpa menunggu waktu, Jaya langsung melajukan kendaraan menuju ruko yang di keloka dengan, Hanum selama ini."Huh ... semoga uang belum di stor, dan belum turun barang." harap, Jaya sambil membuka helm.Tanggal tua, namun ruko Hanum masih ramai pengunjung, Jaya semakin tersenyum lebar membayangkan tumpukan lembaran uang didalam kasir.Sapa'an ramah terlihat dar
Read more

Bab 88 - Sakit Hati.

Pintu perlahan terbuka, Jaya menoleh, terlihat laki-laki muda berbadan kekar menggendong, Hamdan, sedang menatap heran kearah, Jaya."Siapa?" tanya laki-laki muda itu, sambil menatap lurus kearah Jaya.Jaya menatap lekat, sorot marah terpancar jelas di matanya."Lu yang siapa! Kenapa ada dirumah istri saya?" lantang suara laki-laki berusia 65 tahun itu. Nafasnya tersenggal, aliran darah mulai terasa menggolak-golak.Aissh, Kakek tua ini. Masih mengenal cemburu rupanya."Is-tri?" pemuda tampan itu menautkan alis, menatap tak percaya."Iya. Istri. Kenapa kok kaget?" Jaya petantrang-petentreng."Hella ... Hella!! Keluar kamu!!" teriak, Jaya dengan nafas memburu. Dipandangnya laki-laki dihadapannya dengan bengis."Oh, ya ampun. Mas sudah pulang?" Hella keluar dengan langkah tergesa menghampiri pintu."Siapa dia, hah! Kau selingkuh?" cecar Jaya dengan mata melotot.Hella menatap laki-laki tampan disampingnya, mengedipkan sebelah mata, lalu menoleh kearah Jaya dengan wajah riang dan senyum
Read more

Bab 89 - Pertemuan

"Awas kau tua bangka. Akan aku permalukan kau didepan teman-temanmu!" geram Hanum dengan wajah penuh dendam.***OfdJalan raya di pagi hari terlihat begitu padat. Kendaraan roda dua dan empat saling menyalip, untuk maju lebih dulu. Hanum sangat gusar, berkali berdecak kesal saat mendapati kemacetan yang membuat perjalannya menjadi lambat.Sepanjang perjalanan, otak Hanum terus berkerja, memikirkan cara mempermalukan suaminya."Awas kau tua bangka!!" geram Hanum.Perasaan begitu jengkel, berkali-kali menghubungi nomer Jaya, namun tidak aktiv sejak dari semalam.Pecundang itu, pasti saja takut. Tidak mau mendengar ocehan pahit dari Hanum.Hanum langsung menerobos masuk kedalam Pabrik setelah membayar ongkos ojek onlinenya. Vira berlari kecil, mengikuti langkah Ibunya yang sudah masuk ke dalam gerbang dengan langkah tergesa-gesa."Huhhh! Bikin malu saja sih!" gerutu Vira dengan wajah jengkel."Tidak masuk?" Hanum terlonjak saat mendengar ucapan, Markus."Iya, sepertinya begitu, Buk. Ini
Read more

Bab 90 - Ternyata ....

Rissa mengikuti sorot, Bik Narti. Mata Rissa terbelalak melihat sosok yang berdiri tidak jauh dari hadapannya."Bapak ..." lirih Rissa dengan tatapan tak percaya."Tuh kan, Dedek Hamdan." seru Dila kegirangan."Sssuutttttt!" Rissa menempelkan telunjuk dibibir. "Sebentar, sayang. Jangan teriak dulu ya, bisa?" Rissa menatap lekat manik, Dila, sambil memegang erat tangan kecilnya.Dila mengangguk lemas. "Iya, Mah."Satu troli belanjaan penuh oleh barang-barang dan sembako, Jaya dan Hella terlihat begitu akrab, layaknya keluarga bahagia. Rissa masih tertegun, otak mencerna apa yang sudah terjadi."Apa, Ibu menampung, Hella?" gumam Rissa dengan wajah kebingungan."Tapi aku tidak melihat, Ibu?" Rissa mengedarkan pandangan."Itu, Hella kan, Neng?" Bik Narti bersuara."Hem." balas Rissa, masih mengamati keadaan."Bibik lihat, Neneknya Dila?" tanya Rissa."Tidak lihat, dari tadi Bibik perhatikan cuma Hella sama Hamdan saja. Buk Hanum tidak kelihatan." jawab Bik Narti."Ah, mana mungkin ..." li
Read more
PREV
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status