Semua Bab Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter: Bab 1 - Bab 10

220 Bab

BAB 1: Akhir Hidup Kimberly

Keramaian malam terlihat indah untuk di pandang, langit yang gelap itu menjadi sedikit berkilauan dan terasa dingin. Salju pertama turun di malam hari menyambut natal. Pohon-pohon natal sudah berdiri di setiap sudut jalanan. Orang-orang bersuka cita berkeliaran di luar, dinginnya malam tidak menghalangi kebahagiaan mereka. Namun, hal itu tidak berlaku dengan wanita cantik bernama Kimberly Feodora. Jangankan untuk menikmati salju pertama turun, untuk tersenyumpun dia tidak mampu melakukannya. Wanita itu duduk termenung di sisi jendela dengan gaun malamnya yang cantik, sebotol anggur di tangannya sudah hampir habis dia tegak. Tubuh Kimberly tampak kurus kering tidak begitu sehat dan sangat lemah. Wajah cantik Kimberly terlihat merah sembab karena tidak berhenti menangis dan juga mabuk sepanjang waktu. Kimberly menatap kosong salju-salju yang turun berjatuhan di ikuti oleh setetes air mata yang membasahi pipinya. Salju-salju itu tidak seindah tahun lalu. Kimberly kembali menengak
Baca selengkapnya

BAB 2: Kehidupan ke Dua

“Nona, bangunlah!” Suara isakan tangis seorang wanita terdengar. “Tuan, cepatlah kemari! Tubuh Nona Winter bergerak.” Teriakan keras seseorang terdengar.Suara keributan mulai terdengar mengusik pendengaran Kimberly, orang-orang berbicara dengan berisik membicarakan dokter yang harus segera mereka panggil.“Winter, sayangku. Nak, bangunlah.” Suara berat seorang pria terdengar kuat di telinga Kimberly, tubuhnya ikut sedikit terguncang. “Winter, ayah mohon, bangunlah Nak.”Kening Kimberly mengerut samar, matanya sangat berat untuk di buka. Terdengar banyak orang yang memanggil nama Winter, namun mereka mengguncang tangan Kimberly dan memijat kakinya.Ada yang aneh..Kimberly  membuka matanya seketika, dia terdiam dengan napas yang bergerak cepat seperti baru kembali mendapatkan pasokan udara.Pandangan Kimberly mengedar melihat ke sekitar yang terdapat orang-orang asing tengah menangis penuh
Baca selengkapnya

BAB 3: Kebenaran

Kimberly keluar dari kamar mandi dan pergi ke kamarnya menuju meja belajar, Kimberly terduduk di kursi belajar dengan susah payah dan segera menyalakan komputer. Tangannya bergerak cepat di atas keyboard mengetikan namanya di situs pencarian.Tidak membutuhkan waktu lama, nama Kimberly Feodora langsung bermunculan dengan berbagai berita yang menyangkut dirinya.Tangan Kimberly gemetar hebat, matanya terbelalak melihat photo-photo pemakaman dirinya yang tersebar di seluruh situs internet.Kimberly berkedip bersama air matanya yang berjatuhan melihat berita yang menayangkan kondisi tubuhnya yang cantik itu meninggal secara menyedihkan, hingga acara pemakaman yang tertutup dan hanya di jumpai segelintir orang.Kepergiannya tampaknya tidak begitu di pedulikan.Kimberly menggulirkan mouse di tangannya melihat berita lain tentang dirinya.Kimberly menghapus air matanya, dadanya terasa sesak dan nyeri melihat makam dirinya yang kini di hiasi banyak
Baca selengkapnya

BAB 4: Dunia Winter

“Paula, jangan!” Winter yang lugu dan lembut itu menarik tangan sahabatnya meminta untuk tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang merekam hanya tertawa kecil.“Tidak apa-apa Winter, jangan malu” jawab Paula menyemangati.“Tapi Paula...” Winter menggeleng tetap pada keyakinannya yang tidak mau melakukan apapun.“Ayolah Winter, aku tahu kau menyukai Hendery sejak dua tahun yang lalu. Memangnya kenapa jika kau mengungkapkan perasaanmu kepadanya? Lihat dia, dia sangat cocok denganmu, aku juga sudah mendengar dari Mico bahwa Hendery juga beberapa kali bertanya tentangmu.”“Itu mustahil Paula” Winter berucap dengan sedih. “Mana mungkin pria setampan dan sepopuler dia menanyakan aku.”Hendery adalah seorang pria yang sangat populer, dia sangat tampan dan pandai berolahraga, Winter menyukainya sejak dia masuk ke sekolah. Namun, tidak hanya Winter yang tertarik kepada Hendery, hampir sel
Baca selengkapnya

BAB 5: Selamat Tinggal Kimberly

Kimberly membuka matanya perlahan dan mengeliat dengan kesusahan, cuaca pagi ini sangat cerah membuat Kimberly terbangung lebih cepat karena tidak nyaman. Cukup lama Kimberly terdiam, pikirannya berkelana memikirkan apa yang sudah terjadi hari kemarin. Tangan Kimberly perlahan terangkat untuk memastikan bahwa apa yang terjadi hari kemarin masih terjadi kepada dirinya sekarang. Kimberly menahan napasnya dengan berat melihat tangannya masih sama besarnya dengan kemarin malam, itu artinya saat ini jiwanya masih terperangkap di dalam tubuh Winter Benjamin. “Aku masih ada di tubuh Winter,” gumam Kimberly napas yang sesak di landa rasa lega bercampur kesedihan. Kimberly menarik napasnya dalam-dalam mencari ketenangan yang masih tersisa di dalam dirinya untuk menjalani situasi yang kini dia hadapi. Perlahan Kimberly terbangun dan melihat seisi ruangan kamar yang berantakan, dengan susah payah Kimberly bergeser dan turun dari ranjang, Kimberly segera pergi ke
Baca selengkapnya

BAB 6: Perkara Rokok

Tangan Winter sedikit membasah karena gugup, dia sangat ingin menggebrak meja dan mengomel berkata jujur jika berat badannya sangat mengganggu. Namun kini Winter harus menahan makian dan umpatannya dengan berpura-pura menjadi anak baik seperti Winter yang sesungguhnya. Winter menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Semalam aku berpikir keras mengenai bentuk tubuhku. Aku merasa sangat kesulitan sepanjang waktu dengan tubuhku, aku tidak bisa berjalan dengan cepat, aku juga tidak bisa memakai pakaian indah seperti gadis lain, aku kesulitan melakukan banyak hal, aku juga merasa cepat lelah saat melakukan sesuatu, aku jga khawatir dengan kesehatan tubuhku jika aku semakin gemuk. Aku berpikir sebaiknya aku memulai hariku yang baru, aku akan mulai melakukan diet untuk menurunkan berat badanku.” Benjamin dan Vincent saling memandang dengan wajah pucat pasi. “Aku ingin bertemu dokter gizi untuk melakukan diet dengan tepat,” kata Winter lagi. Vincent menekan batang
Baca selengkapnya

BAB 7: Bermulut Kasar

“Aku, anak kepala sekolah tempat kau sekolah,” jawab pria itu dengan senyuman jahatnya.Alih-alih kaget dan takut dengan jawaban pria asing di depannya itu, Winter hanya menggerakan sebelah  alisnya tampak meremehkan dan tidak peduli. Winter memalingkan wajahnya dan bersedekap melihat lurus ke depan.Winter merasa sedikit setres dan membutuhkan sedikit penenang dengan sebatang rokok, namun dia tidak bisa mendapatkannya karena masih di bawah umur. Neydish adalah negara yang paling banyak aturan, untuk sebungkus rokok saja, seseorang harus memberikan kartu identitasnya untuk memastikan bahwa dia sudah legal mendapatkan rokok.Kebungkaman Winter membuat Marius melihat ke sisi dan memperhatikan Winter yang sedikit berbeda dengan yang terakhir kali dia lihat setengah tahun yang lalu di sebuah pesta.Setengah tahun yang lalu mereka pernah bertemu dan berkenalan karena ibunya Marius yang bekerja sebagai kepala sekolah mengenal baik ayah Winter.
Baca selengkapnya

BAB 8: Keputusan Winter

“Mengenai Paula”  Winter mengalihkan pembicaraanya seketika “Apakah Kakak menyukai dia?.”“Aku hanya menyukaimu,” jawab Vincent secepatnya.“Bukan itu maksudku.” Winter memelankan laju treadmill, seluruh tubuhnya terasa basah dan panas, kakiya benar-benar sangat tersiksa kesakitan menahan beban tubuh yang terlalu besar saat berjalan.Winter mengambil air dan menegaknya beberapa kali karena haus.Kondisi tubuh Winter yang memiliki ukuran lambung besar membuat dia terus menerus merasakan perasakan lapar palsu, Winter mensiasatinya dengan minum air putih lebih banyak agar merasa kenyang.Winter hanya akan makan dua kali sehari apapun yang terjadi, dia tidak akan mengkonsumsi apapun lagi menjelang malam selain air putih.“Apakah Kakak menyukai pertemananku dengan Paula?” Winter memperjelas pertanyaannya.Vincent mengerut bingung, selama ini dia selalu memantau pertumbuhan Wi
Baca selengkapnya

BAB 9: Sekolah

Kepala Winter mendongkak menatap gerbang sekolah yang sangat besar terbuka lebar, beberapa bus sekolah berjajaran baru datang dan mengantar anak-anak sekolah.Hiro menghentikan mobilnya dan segera berlari keluar membukakan pintu untuk Winter.Winter menelan salivanya dengan kesulitan, Winter terlihat  sedikit panik karena baru ingat bahwa dia tidak tahu di mana kelasnya berada.“Nona, Anda tidak apa-apa?” Tanya Hiro yang memperhatikan Winter masih duduk di kursinya terlihat kebingungan.“Tidak apa-apa.”Winter segera keluar dan memasang ekspresi sedatar mungkin menyembunyikan kepanikannya. Anak-anak sekolah yang semula sibuk sendiri perlahan berhenti berjalan dan terlihat kaget karena Winter sudah kembali ke sekolah dengan penampilan yang sedikit berbeda.Winter terlihat lebih mencolok karena Winter mewarnai rambutnya menjadi terlihat lebih terang, rambut itu tidak lagi di kepang, Winter membiarkan rambutnya terg
Baca selengkapnya

BAB 10: Intimidasi

“Kau… sejak kapan kau bisa memakai sepatu seperti itu?” tanya Paula bingung. “Tidak seperti biasanya kau juga dandan dan memakai korset.”Alis Winter sedikit bergerak. “Kak Vincent mendandaniku.”“Kak Vincent pulang?”“Ya.”“Senangnya...” senyum Paula terlihat bahagia. “Pasti dia membawa banyak hadiah untukmu.”Winter menyeringai, Vincent memang membawa banyak hadiah untuk Winter, Namun itu semua tidak terlepas dari makanan yang sangat mengganggunya.“Winter, mengenai Hendery,  aku sudah menemui dia memarahinya, Hendery tampak menyesal atas apa yang telah dia perbuat padamu, Hendery juga sudah mendapatkan hukumannya dari sekolah. Dia berharap bisa berbicara denganmu dan meminta maaf atas kejadian waktu itu.”“Kau atur saja waktunya.”“Baiklah.”Paula dan Winter kembali berjalan, kebersamaan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
22
DMCA.com Protection Status