All Chapters of Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter: Chapter 31 - Chapter 40

220 Chapters

BAB 31: Balasan Winter

Paula bersedekap dengan ekspresi dinginnya menatap tajam Winter. “Kenapa lama?.”Aura kuat Paula yang jahat bisa Winter rasakan, namun tidak ada setitikpun sebuah rasa takut di hatinya. Apa yang Paula lakukan tidak lebih dari seorang pecundang yang tengah berusaha terlihat kuat untuk menyembunyikan semua kekurangan di dalam dirinya.Winter tertunduk tidak mau menatap mata Paula, dia tidak boleh menatap Paula karena tidak ada ketakutan di mata Winter. Jika Winter tidak dapat menunjukan ketakutannya, maka Paula akan curiga.Dalam beberapa langkah Paula mendekat dan berdiri di hadapan Winter. Paula meraih wajah Winter dan mencengkramnya dengan kuat, lalu mengangkatnya, melihat mata Winter yang tetap melihat ke bawah.“Ada apa denganmu Winter?” tanya Paula terdengar seperti bisikan.“Apa maksudmu?”Paula melepaskan cengkramannya dengan jijik dari wajah Winter. “Jangan membohongiku lagi! Aku tahu kau sudah berubah.”Perlahan Winter mengangkat pandangannya dan membalas tatapan Paula, “Kena
Read more

BAB 32: Sedikit Karma

Tubuh Paula gemetar hebat dengan wajah pucat pasi penuh sangat tertekan karena di cecar banyak pertanyaan polisi. Paula tidak bisa berkata apapun karena dia sendiri bingung siapa yang sudah membuat dompet itu berada di dalam tasnya.Paula tidak bisa membela diri karena melalui cctv terekam jelas jika Paula mengambil uang dari dompet itu untuk membayar makanan.Rasa malu dan takut bercampur satu mengusai hati dan kepalanya. Paula sangat takut di tahan atas pencurian, di sisi lain dia juga malu karena teman-temannya melihatnya, bahkan Paula langsung di blacklist dari restaurant.Wanita Rusia itu terlihat harus berbicara banyak dengan perwakilannya lalu memutuskan untuk mencabut tuntutannya karena Paula masih anak sekolah, namun tuntutan itu akan di cabut dengan syarat bahwa Paula harus membayar ganti rugi karena sudah membuat pertemuan penting wanita Rusia itu batal karena harus mencari dompetnya terlebih dahulu.Rahang Paula mengeras menyembunyikan setumpuk kemarahan kepada Winter. Seh
Read more

BAB 33: Kerinduan Marius

Suara musik terdengar mengalun samar di dalam ruangan. Dinding kaca terbuka lebar memperlihatkan banyak perapian yang menyala di dalam ruangan. Namun tidak menunjukan keberadaan seseorangpun di dalamnya karena sang pemilik tengah diam termenung di luar menikmati dinginnya malam yang gelap.Dalam kesendiriannya, Marius duduk di pinggiran kolam, satu tangannya memegang segelas anggur, dan tangan lainnya menggenggam sebuah sebuah jepitan rambut cantik yang dulu pernah melekat di rambut indah seorang perempuan yang begitu dia cintai.Kini Marius tidak dapat lagi meletakan jepitan cantik itu lagi di rambutnya.Marius hanya bisa melihat gelapnya langit yang selalu mengingatkan dirinya saat dia kehilangan wanita itu.Setiap menatap langit malam, Marius selalu merasa bahwa dia masih berada di malam yang sama dengan waktu sama saat dia kehilangan wanita yang di cintainya.Malam yang buruk itu terjadi beberapa tahun yang lalu..Waktu sudah berjalan sangat jauh, namun Marius masih berada di temp
Read more

BAB 34: Memainkan Paula

“Apa yang terjadi? Kenapa mereka tidak membukanya?” tanya Lana penasaran.“Aku juga tidak tahu,” jawab Paula.Lana menekan-nekan klakson beberapa kali. Hari ini Lana dan Paula berkunjung ke rumah Winter. Ini bukan yang pertama kalinya mereka berkunjung, karena itu mereka sedikit bingung ketika kedatangan mereka tidak di sambut seperti biasanya.“Kenapa dengan mereka? Mereka sangat kurang ajar,” omel Lana marah, tidak seperti biasanya kedatangannya ke rumah Winter di persulit.“Tunggu sebentar.” Paula memutuskan untuk keluar dari mobil dan menekan bel rumah Winter, dari kejauhan dia melihat seorang pria berpakaian serba hitam berlari ke arahnya.“Kenapa kau tidak membukanya hah? Apa kau tuli?” Teriak Paula menjukan sifat arogansinya seperti tuan rumah “Cepat buka!.”Pria berkacamata hitam mengenakan pakaian serba hitam itu memasang wajah tanpa ekspresi, “Anda sudah mendapatkan izin? Hari ini keluarga Benjamin tidak menerima tamu siapapun.”“Apa maksudmu?” teriak Paula merasa terhina. “
Read more

BAB 45: Love & Hate

Sebuah kapal pesiar mewah berlayar di lautan. Langit yang hangat, lautan yang biru dengan angin yang tidak kencang membuat Vincent terlihat senang mendayung di sekitar kapal.Di sisi lain, Benjamin terlihat tengah duduk di sisi kapal, Benjamin tengah memancing bersama Lessy, kedua pria paruh baya itu menikmati waktu bersantai mereka dengan menangkap ikan dan sambil berbicara.Sementara Marvelo, pria itu memilih untuk duduk dan bersantai sambil membaca buku dengan serius. Suasana hati Marvelo terlihat tidak begitu baik hanya dengan melihat raut wajahnya.Berbeda dengan Winter yang kini masih berada di dalam kapal. Gadis itu tidak kunjung keluar kamar sejak setengah jam yang lalu.Winter sibuk mencoba satu persatu bikini yang dia bawa untuk di gunakan berjemur. Namun apa yang dia rencakan sepertinya gagal.“Sialan!” Winter memaki kesal seraya membanting bikini-bikini yang di belinya.Tidak ada satupun yang cocok dia pakai dan membuat dia percaya diri. Semakin Winter melihat cermin deng
Read more

BAB 46: Tragedy Masa Lalu

“Benarkah? Dari sikapmu itu, kau terlihat seperti pria yang suka bilang benci, tapi ternyata cinta.” “Jaga bicaramu Winter. Kau terlalu besar kepala dan percaya diri. Aku bersikap baik kepadamu karena kasihan betapa menyedihkan dan tidak bergunanya hidupmu” jawab Marvelo dengan sedikit teriakan dan suara yang terbata.“Tapi kemarin kau terlihat khawatir padaku. Sebenarnya kau memang suka padaku tapi arght_” pegangan Winter pada sisi kapal membuat satu kakinya tidak mampu lagi menopang tubuhnya dan membuat Winter terjatuh ke lantai dengan bokong terlebih dahulu membentur lantai dan satu kaki yang masih berada di sela pagar kapal.“Lihatlah dirimu, sudah aku bilang. Kau merepotkan,” komentar Marvelo tanpa berniat membantu.“Brengsek” bisik Winter mengumpat, merasakan tulang ekornya terasa seperti menembus bokongnya. “Bantu aku!.”“Tidak mau. Nanti kau akan berpikir aku benar-benar menyukaimu,” tolak Marvelo. Marvelo langsung beranjak dan pergi ke sisi kapal lain untuk menerima panggil
Read more

BAB 47: Rencana Winter

“Siapa yang merubahmu pikiranmu?”Perlahan Winter membalas tatapan Marvelo, matanya berkaca-kaca tiba-tiba ketika teringat kehidupannya di masa lalu sebagai Kimberly Feodora yang gemerlap indah seperti bintang, namun begitu dia kehilangan cahayanya, dia meredup di antara kegelapan.“Kimberly Feodora” jawab Winter dengan suara bergetar, hatinya sangat sakit bak tertusuk saat menyebutkan namanya sendiri.“Mengapa?”“Dia adalah seorang bintang besar dan wanita yang kuat. Dia bukanlah pembunuh sahabatnya, namun dia tetap menyerah dengan cara bunuh diri karena tidak tahan dengan kebencian yang tidak seharusnya dia terima. Apa yang Kimberly lakukan sama saja dengan mengalah dengan kejahatan dan fitnah. Andai dia bertahan sedikit lebih lama. Dia akan kembali mendapatkan kehidupannya yang sempurna.” Winter berhenti berbicara dan menarik napasnya lebih dalam merasakan sesak yang mencekik dirinya.“Aku tidak ingin seperti Kimberly, aku tidak ingin menyerah, aku tidak ingin tunduk apalagi kalah
Read more

BAB 48: Museum Kenangan

Dalam kesendirian Winter berjalan menyusuri jalanan, gadis itu melangkah di antara kerumunan banyak orang yang berjalan. Winter mengeratkan coat yang di kenakannya, salju kembali turun membuat banyak orang berjalan dengan cepat agar tidak kedinginan.Bebeapa kendaraan lalu lalang di jalanan, semua tempat makan terlihat penuh.Sepulang dari liburan singkatnya, Winter memutuskan berkeliaran pergi menikmati malamnya sendirian dengan berjalan kaki. Menjalani kehidupan sebagai Winter memiliki keuntungan di mana dia bisa bepergian ke manapun tanpa ada yang memberpahtikan dan meminta photo kepadanya.Kaki Winter bergerak tanpa dia ketahui tujuannya akan ke mana, beberapa kali Kimberly terdiam di depan beberapa toko melihat bayangannya sendiri di depan kaca.Kepala Winter mendongkak melihat lampu-lampu kota yang di tata dengan cantik berwarna warni, salju yang turun terlihat indah berkilauan. Salju yang turun di malam yang gelap itu samar-samar membuat Winter teringat banyak bayangan yang tib
Read more

BAB 49: Kecantikan yang Membunuh Kimberly

Dengan perasaan yang campur aduk, Winter kembali pergi ke tempat lain dan melihat photo-photo asli yang terpajang memperlihatkan kehidupan Kimberly sejak masih bayi dan tumbuh di lingkungan panti asuhan hingga akhirnya menjadi super model.Dari photo-photo yang di lihatnya itu, Winter sama seperti sebelumnya. Dia tidak mengingat semuanya.Bahkan beberapa orang berada di photo itu tidak Winter kenal sama sekali meski sudah di deskripsikan siapa mereka.Rasa sakit di kepala Winter terasa sangat tajam, semakin dia berusaha mengingat hal-hal yang di lupakan mengenai kehidupan Kimberly di masa lalu, rasa sakit di kepalanya semakin kuat.Winter kehilangan sebagian ingatan mengenai kehidupannya sebagai Kimberly.Namun bagaimana bisa dia melupakannya?.Winter mengusap keringat dingin yang menghiasi wajahnya, gadis itu bernapas dengan cepat berusaha mengingat segalanya, akan tetapi ingatan itu terhapus begitu saja seakan dia tidak pernah mengalaminya.Winter bernapas“Apa yang kau lakukan di s
Read more

BAB 50: Minum Bersama

Salju yang turun terasa cukup dingin, Winter berjalan di bawah pohon-pohon yang bercahaya di penuhi lampu. Jalan setapak yang di pijakinya terhiasi cahaya neon yang menunjukan arah.Pemandangan kota di malam hari terasa sangat damai, orang-orang lebih sibuk menghangatkan diri dan banyak berbicara dengan teman-teman mereka sepulang bekerja. Winter berjalan dengan pelan di sampin Marius. Marius hanya mengajak Winter pergi keluar berjalan-jalan melihat keramaian sejak sepuluh menit yang lalu.“Kenapa kau terus mengajakku berjalan?” tanya Winter penasaran.“Bukankah kau ingin kurus? Berjalan baik untukmu.”Winter berdecih, “Yang harus berjalan itu kau, bukan aku” jawab Winter kembali berkata kasar. Namun anehnya Marius tertawa merasa terhibur.“Kenapa kau tidak marah dengan ucapanku?” tanya Winter lagi.Marius mengusap beberapa salju yang menyentuh permukaan jaketnya. Pria itu tersenyum, “Karena kau tidak mengenalku dan tidak mengasihaniku. Orang-orang yang mengenalku hanya mengingat bet
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status