Semua Bab Terjebak dalam Tubuh Nona Muda Winter: Bab 11 - Bab 20

220 Bab

BAB 11: Topeng Baru

Seorang guru yang berdiri di depan kelas segera mengambil laptopnya dan berpamitan pergi usai mendengar suara bel yang berbunyi.Beberapa orang mulai beranjak dari duduk mereka dan pergi keluar menikmati waktu istirahat mereka.Winter sedikit menguap sambil melihat keluar jendela, sudah sangat lama dia tidak pernah belajar, kepalanya terasa sedikit penat dan suntuk begitu kembali harus belajar.Winter segera beranjak dari duduknya dan pergi keluar, sekilas dia melihat pemuda yang berbicara dengannya tadi pagi. Tanpa sengaja mereka saling berpandangan.Pria itu menatapnya dengan lembut, namun ekspresi di wajah tampanya sangat dingin dan tidak tersentuh.Winter langsung  memutuskan tatapannya, gadis itu memilih pergi keluar dari kelasnya.Kedatangan Winter keluar dari kelas kembali menjadi pusat perhatian banyak orang seperti tadi pagi, Winter yang sangat percaya diri tetap melangkah dengan tegas melewati orang-orang yang beberapa di anta
Baca selengkapnya

BAB 12: Penasaran

“Memangnya kejadian mana yang sudah membuatku jadi naif?” Tanya Winter dengan senyuman misteriusnya berusaha memancing Marvelo bicara dan memberitahu apa yang sebenarnya telah terjadi.Jiwa Kimberly sendiri mengakui betapa naifnya kehidupan Winter Benjamin yang sebelumnya. Winter yang dulu adalah gadis selalu mengalah demi orang lain, tidak pernah marah, dan menuruti apapun yang orang lain katakan kepadanya.Jiwa Kimberly yang kini ada di dalam diri Winter menjadi sangat marah.Winter yang dulu tidak ada bedanya dengan sampah yang bernilai, tidak berguna namun memiliki nilai mahal.Kening Marvelo sedikit mengerut, pria itu menghadap Winter dan menatap tajam gadis itu.“Saat  kau bertengkar dengan Paula, kau sangat marah begitu besar meluapakan emosimu, kau bersikap seperti seseorang yang ingin mati dan tidak memiliki harapan apapun lagi setiap mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Paula. Setelah kejadian itu, seharusnya
Baca selengkapnya

BAB 13: Parasit

Winter melongo, bibirnya menekan menahan makian karena jumlah bayaran yang harus dia bayar sangat besar. Dari mana Winter memiliki uang sebesar itu?.Bahkan jika Winter memiliki uang sebesar itu, dia akan lebih memilih pergi ke klinik kecantikan untuk luluran dan spa selama beberapa bulan.“Aku tidak memiliki uang sebesar itu,” jawab Winter.“Winter, Kau lupa? Kartumu tanpa batasan,” Paula mengingatkan.Seketika Winter berekspresi dingin, dia sudah menebak jika Paula ingin di belikan, namun Winter tidak menyangka jika Paula benar-benar setidak tahu malu itu karena jumlah uang yang harus di keluarkan terlampau sangat banyak.Dengan ragu Winter mengambil dompetnya dari dalam tas dan membukanya, ada banyak kartu yang tersedia di sana.Benjamin benar-benar memanjakan Winter dengan uangnya.Winter memberikannya kartunya kepada kasir dan Winter hanya perlu memasukan beberapa pin dan pembayaran itu langsung selesai.
Baca selengkapnya

BAB 14: Balasan Sederhana

Winter kembali keluar dari dari toilet kembali dan menemui Paula yang kini duduk sendirian. Tidak berapa lama seorang pria berpakain hitam dan terlihat muda, juga menarik datang menghampiri mereka.Paula tersenyum lebar segera berdiri menyambut kedatangan Hendery yang datang sendirian. Pria itu tidak memakai seragam sekolahnya karena masih di skors atas tindakannya kepada Winter yang menyebar luas di forum sekolah.Winter yang duduk dan bersedekap sedikit mengangkat pandangannya dan membalas tatapan Hendery yang meliriknya saat berbicara dengan Paula.Kening Winter sedikit mengerut dan sedikit berdecih. Wajah dan fisik Hendery  benar-benar tidak masuk ke dalam kualifikasi sempurna pria idaman seorang Kimberly.Jiwa Kimberly sedikit tertawa, menertawakan selera Winter yang sangat benar-benar tidak ada levelnya bagi seorang Kimberly.“Hendery, akhirnya kau datang.” Sambut Paula yang langsung memeluk Hendery dengan akrab.Hende
Baca selengkapnya

BAB 15: Masa Lalu Kimberly

“Nona, ini dompet Anda” Nai menyerahkan dompet Winter yang sempat di buang.Nai memasang ekspresi dingin di balik kacamata hitam yang dia kenakan. Wajahnya yang sudah menua terlihat masih tampan dan gagah, namun belakang kepalanya terlihat berkilau karena rambutnya yang rontok.“Terima kasih.” Winter tersenyum puas melihat dompetnya masih mulus.Nai mengangguk singkat dan segera menutup pintu mobil, pria itu segera pergi mengitari mobil dan menyusul masuk.Nai duduk di kursi depan dan meminta sopir melajukan mobilnya. Nai segera membuka tabletnya untuk membuka catatan kegiatan Winter hari.“Anda mau langsung terapi?” tanya Nai.“Ya, antar aku ke sana.”Nai mengangguk dan langsung bicara kepada sopir yang duduk di sampingnya untuk segera berangkat.Winter menjatuhkan kepalanya ke sandaran kursi untuk meredakan rasa lelahnya. Fisik Winter yang besar membuat dia menjadi cepat merasa lelah dan kesulitan bernapas. Beruntung sekarang musim salju, Winter akan lebih banyak kedinginan di ban
Baca selengkapnya

BAB 16: Malaikat Bersayap Hitam

“Persetan dengan kata professional” sela Kimberly dengan tajam. “Jika kalian menuntut model professional, kalian juga harus menyiapkan panggung yang lebih professional agar keselamatan para model terjamin. Panggung itu setinggi dua meter, tulang model akan patah jika terjatuh dan terpeleset. Jika tidak bisa memberikan panggung yang aman, pikirkanlah rencana lain tanpa membuat model berisiko celaka dan acara tetap berjalan dengan lancar.” “Diamlah Kimberly! Kami tidak keberatan dengan panggung yang basah” sela Lexy, wanita yang bergaun putih seperti salju di pagi hari. “Bilang saja kau takut karena ini untuk pertama kalinya kau memakai gaun, kau kan hanya terbiasa memakai pakaian dalam saja. Kau khawatirkan kan? Kau tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhmu karena gaun terbaik malam ini di pakai olehmu.” Kimberly tersenyum smirk. “Tutup mulut sialanmu itu. Aku bicara karena aku kasihan kepada kalian.” “Diamlah! Berhenti bertengkar! Bersiaplah dan lakukan yang terbaik malam ini!.” Relai
Baca selengkapnya

BAB 17: Rahasia Marvelo

Winter membuang napasnya dengan berat, gadis itu tidak dapat menutupi rasa sedih di hatinya saat melihat bayangan tubuh barunya di kaca dan melihat tugu patung Kimberly yang berdiri di depannya secara bergantian.Betapa berbedanya mereka..Tiba-tiba perhatian Winter berpindah pada sudut lain.Kening Winter mengerut samar melihat seseorang yang keluar dari gedung hotel, orang itu cukup familiar di dalam ingatannya meski kini terlihat berbeda.“Apa aku tidak salah lihat?” tanya Winter bertanya kepada dirinya sendiri. Winter semakin meneliti dengan seksama takut penilaiannya salah. “Itu benar! Astaga” bisiknya dengan ekspresi kagetnya.Winter menutup mulutnya dan terlihat sedikit panik melihat ke sekitar.Sangat luar biasa mengejutkan. Winter melihat Marvelo, teman sekelasnya keluar dari gedung hotel kini mengenakan sebuah coat hitam, rok selutut, mengenakan sepatu perempuan, lalu mengenakan syal yang membelit lehernya untuk menutupi jakunnya.Hal yang paling mengejutkan adalah, wajah ta
Baca selengkapnya

BAB 18: Kesenangan Winter

Winter tertawa terbahak hingga matanya berair melihat banyak photo yang dia hasilkan. Winter cukup kaget, pria yang suka bicara pedas, begitu sangat jantan, berkarisma, tampan dan di idolakan banyak wanita itu ternyata memiliki kepribadian yang aneh.“Arrght” tawa Winter terhenti karena rasa perih di kakinya yang tengah di obati oleh seorang pelayan.“Nona, tuan Benjamin akan marah besar jika Anda terluka seperti ini. Nai dan yang lainnya pasti akan di pecat karena tidak dapat menjaga Anda. Harusnya Anda bicara jika berada dalam kesulitan, saya sangat khawatir” nasihat Meta sambil mengobati kaki Winter.“Kau khawatir padaku?”“Tentu saja saya khawatir, saya kesal dan sedih karena orang sebaik Anda selalu saja terluka setiap kali keluar rumah,” jawab Meta dengan nada suara yang gemetar menahan tangisan, dengan cepat Meta menghapus air matanya yang sempat terjatuh dan melanjutkan kembali aktivitasnya mengobati kaki Winter.Bibir Winter membentuk senyuman miring melihat Meta yang masih
Baca selengkapnya

BAB 19: Bintang yang Redup

Winter menggendong tasnya, gadis itu hendak pergi usai membersihkan diri.Dengan sempoyongan Winter berjalan kelelahan, kakinya lecet dan terkelupas setelah selesai berolahraga.Rasa lelah mendera jiwa Kimberly, baru beberapa hari saja dia berada di dalam tubuh Winter, sudah begitu banyak tantangan dan rintangan yang harus dia taklukan.Masih ada banyak tantangan di depannya yang menanti jika jiwa Kimberly masih memiliki tekad untuk merubah kehidupan Winter dan membalas dendam. Ini sulit untuk Kimberly, namun dia harus tetap berjuang jika Kimberly tidak ingin akhir kisah kehidupan keduanya kembali tragis seperti kehidupan sebelumnya. Tiba-tiba langkah Winter terhenti di depan sebuah ruang terapi tempat untuk belajar berjalan.Gadis itu terdiam di depan pintu kaca dan melihat pria yang pernah dia mintai rokok itu kini tengah belajar berjalan di temani oleh orang-orang penting yang terlihat cukup familiar.Di dalam ruangan terapi itu, Marius terlihat merintih menahan sakit berusaha unt
Baca selengkapnya

BAB 20: Dusta Paula

Winter tidak malu, namun dia terlalu realistis. Banyak orang yang bisa menghina fisik orang lain hanya karena fisik orang itu mengganggunya.“Karena itu kau melakukan diet dan olahraga?”“Ya, tentu saja,” jawab Winter dengan lantang.“Mengapa wanita selalu ingin memiliki tubuh yang indah?”Pertanyaan yang keluar dari mulut Marius tidak ada bedanya dengan sampah bagi Winter. Pertanyaan Marius terlalu klise.“Semua wanita dan pria memiliki standar kecantikan dan ketampanan berbeda mengenai bentuk tubuh mereka masing-masing. Standar kecantikanku adalah memiliki bentuk tubuh yang bagus dan sehat, jika kau merasa standar kecantikanmu adalah wanita gemuk, itu urusanmu karena di sini aku mengurus urusanku sendiri. Selama aku tidak menghina fisikmu, maka tutup mulutmu, jika kau terus mengomentari standarku, maka tanganku akan menjawabnya,” jawab Winter dengan tegas tanpa bisa di bantah sedikitpun oleh Marius.Ada sebuah senyuman yang terlukis di bibir Marius, dia mungkin menanyakan sesuatu ya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
22
DMCA.com Protection Status