Winter tidak malu, namun dia terlalu realistis. Banyak orang yang bisa menghina fisik orang lain hanya karena fisik orang itu mengganggunya.“Karena itu kau melakukan diet dan olahraga?”“Ya, tentu saja,” jawab Winter dengan lantang.“Mengapa wanita selalu ingin memiliki tubuh yang indah?”Pertanyaan yang keluar dari mulut Marius tidak ada bedanya dengan sampah bagi Winter. Pertanyaan Marius terlalu klise.“Semua wanita dan pria memiliki standar kecantikan dan ketampanan berbeda mengenai bentuk tubuh mereka masing-masing. Standar kecantikanku adalah memiliki bentuk tubuh yang bagus dan sehat, jika kau merasa standar kecantikanmu adalah wanita gemuk, itu urusanmu karena di sini aku mengurus urusanku sendiri. Selama aku tidak menghina fisikmu, maka tutup mulutmu, jika kau terus mengomentari standarku, maka tanganku akan menjawabnya,” jawab Winter dengan tegas tanpa bisa di bantah sedikitpun oleh Marius.Ada sebuah senyuman yang terlukis di bibir Marius, dia mungkin menanyakan sesuatu ya
“Benarkah?” Winter berpura-pura kaget.Paula mengangguk. “Winter, aku berpendapat karena aku sangat tahu apa yang kau suka, sementara gurumu tidak memperhatikan kenyamananmu.”“Aku tidak gemuk?”“Ya Tuhan, kau tidak gemuk Winter. Bentuk tubuhmu masih ideal,” jawab Paula dengan penuh dusta.Paula akan terus mendorong Winter mengenakan pakaian kuno dan buruk seperti orang tua yang ringkih, Paula ingin Winter benar-benar obesitas jika perlu kegemukannya membuat dia tidak lagi bisa bangun dan berjalan. Jika Winter sudah seperti itu, Paula akan semakin menekan Winter untuk menjadi malu kepada diri sendiri dan bergantung sepenuhnya kepada Paula.“Winter, aku berkata jujur karena aku sangat sayang dan peduli padamu. Jangan marah,” ucap Paula lagi berusaha meyakinkan.“Aku tahu Paula, terima kasih sudah mengingatkan aku. Aku senang dengan kepedulianmu,” jawab Winter dengan senyuman lebar untuk memberikan sebuah kesenangan semu kepada Paula.Benar dengan apa yang Winter pikirkan, kini Paula
“Kau tidak mau mengatakannya?” tanya Winter seraya mengusap pipinya yang terasa sedikit sakit.“Aku tidak tahu apapun.”“Oh, benarkah?” tanya Winter tidak percaya.Meski Marvelo sudah menjawab, namun bukan berarti Winter akan percaya dan melepaskannya.“Jika kau tidak tahu apa yang terjadi. Sebagai gantinya, kenalkan aku pada orang-orang populer di sekolah. Jika kau melakukannya, aku akan menghapus semua photo memalukan tentangmu,” pinta Winter yang mengajak bernegosiasi dengan Marvelo.Marvelo berdecih, “Kau melakukan ini hanya untuk hal-hal tidak berguna? Kau masih bodoh seperti dulu.” Hina Marvelo seraya berbalik pergi dan hendak membuka pintu.“Aku punya photo dan videomu. Jika aku menyebarkannya di sekolah, apa tanggapan semua orang padamu?.”Perkataan Winter berhasil membuat Marvelo berhenti melangkah, pria itu melihat Winter lagi. “Kau berani menantangku?.”“Aku tidak menantangmu, hanya mengajak bernegosiasi.”“Sebarkan saja” jawab Marvelo terdengar tidak peduli.“Ah baiklah. A
BRAKSelina menggebrak loker dan mengurung Winter hingga terpojokan oleh beberapa gadis yang lainnya.Semua gadis di kelas itu datang untuk melabrak Winter. Mereka tidak suka dan menganggap Winter sangat kurang ajar karena sudah membuat Marvelo menjadi tidak nyaman di kelas. “Jangan menunjukan diri bahwa kau ada di kelas kami apalagi kecentilan dan mencari perhatian Marvelo! Itu sangat menjijikan” hina Selina meraya mendorong bahu Winter. “Sejak awal kau hanya bayangan di kelas ini, maka tahu dirilah!.”“Kau berada di kelas ini hanya karena ayahmu sangat kaya dan memiliki banyak uang. Tapi, jangan pernah berpikir bahwa keberadaanmu di sini di akui oleh kami.”“Aku masih diam ketika kelas kita menjadi pusat perhatian dan ejekan orang lain karena sikap tidak tahu malumu yang menembak Hendery dan menimbulkan keributan. Namun, apa yang kau lakukan hari ini sangat memuakan. Aku benar-benar sangat tidak tahan satu ruangan denganmu. Berhentilah mencoba menjadi pusat perhatian! Kami tidak ak
Suara peluit dan teriakan Gani membuat semua orang yang ada di sekitar langsung melihat apa yang terjadi.Winter sedikit terperanjat kaget begitu mendengar teriakan Gani dan reaksinya yang berlebihan. Gani berjalan kearahnya sambil bertolak pinggang, sorot matanya yang tajam menggambarkan perasaan tidak suka bercampur kemarahan, tidak ada keteguhan yang Winter rasakan pada dirinya.“Kau tidak dengar apa kataku?” teriakan Gani kian keras. “Apa yang kau lakukan? Kau melukai temanmu!.” Winter berpura-pura kaget sambil melihat Selina yang kini menangis di kerumuni banyak orang, sangat berbeda dengan reaksi orang-orang saat dia terluka.Benar-benar tidak adil.Selina berusaha bangkit sambil menutup sebelah matanya yang terasa sakit. Orang-orang langsung menatap Winter seperti seorang tersangka tanpa perlu pembelaan dan sangkalan apapun lagi. “Saya tidak sengaja. Maafkan saya,” ucap Winter berpura-pura takut dan merasa bersalah.“Tidak sengaja katamu?” Jawaban sederhana yang terlontar dar
Winter berkaca di cermin mengusap darah di hidungnya dan membersihkannya, hidungnya terasa sangat sakit, bahkan sisi pipinya memerah masih meninggalkan bekas.Winter beberapa kali harus mengusap batang hidungnya untuk memastikan jika hidungnya tidak patah akibat lemparan kerasa bola.Rasa sakit yang dia rasakan di wajahnya sedikit terobati karena Gani sudah meminta maaf. Namun itu saja tidak cukup.Meminta maaf bukan jaminan untuk berubah.Gani meminta maaf karena terdesak, bukan karena sadar akan kesalahannya yang sudah mendiskriminasi muridnya.Meminta maaf bukan berarti dia tidak akan mengulangi kesalahannya lagi.Jiwa Kimberly memaki dan mengutuk diskriminasi yang di terima Winter selama ini.Sekolah yang menjadi tempat mendapatkan bimbingan untuk membentuk karakter dan mengembangkan ilmu pengetahuan tidak terlepas dari orang-orang kotor di dalamnya.Sangat menyedihkan memikirkan ketika dunia pendidikan di dikte oleh urusan bisnis para petinggi.Winter menghela napasnya dengan ber
Winter meminum air yang di berikan oleh Cleo, wali kelasnya. Diam-diam Winter melirik Cleo yang kini duduk di sampingnya terlihat merenung memikirkan banyak hal.Winter tidak tahu jika ternyata ada beberapa orang yang peduli kepadanya, salah satunya Cleo yang begitu tahu Winter terluka, dia langsung mencari Winter dan mengobatinya. Termasuk luka di kakinya yang kini sudah di olesi salep.Winter juga baru tahu jika Marvelo yang ketus terlihat tidak menyukainya memiliki sisi kepedulian dengan sebuah alasan yang misterius.Cloe mendorong kacamata yang dia kenakan, wanita itu menarik napasnya dengan sesak terlihat menyimpan sedikit beban yang mengganggu pikirannya. Wanita itu menatap Winter dengan lekat.Setelah kejadian Winter di temukan tidak sadarkan diri, Benjamin membuat wali kelas Winter di pecat. Kini Cleo, guru magang itu mendapatkan tugas untuk menjadi wali kelas di sekolah unggulan.Ada banyak kabar beredar yang Cleo dengar mengenai apa yang terjadi di kelas Winter. Cleo berus
Winter berdiri di depan sebuah layar, dia menggeser-gesernya beberapa kali layar untuk memilih beberapa jenis buah, Winter memilih segelas juss tanpa gula dan menggantikannya dengan daun stevia. Begitu sudah mendapatkan nomer antriannya, Winter segera duduk dan menunggu.Sejak satu jam yang lalu Winter sudah merasakan banyak perhatian orang-orang tertuju kepada dirinya. Winter bersikap acuh dan sama sekali tidak malu.Di masa lalu, Kimberly adalah pusat perhatian.Menjadi pusat perhatian adalah hal yang biasa bagi Kimberly. Justru ini yang dia inginkan. Winter harus menjadi pusat perhatian semua orang agar mereka tidak salah menilai sebuah kecantikan.Cantik itu luas, semua orang memiliki sudut pandang yang berbeda dengan definisi kecantikan.Wanita harus memiliki definisi sendiri mengenai mengenai kecantikan, kecantikan tidak boleh di dikte apalagi di ukur oleh siapapun.Cantik tidak hanya berkaitan dengan wajah indah, tubuh indah. Wanita akan terlihat cantik ketika dia menyenangkan,
Dua tahun kemudian.. Kota Den Haag Sebuah gedung hotel tampak sibuk dan ramai malam ini karena ada pesta besar yang sedang merayakan ulang tahun hotel Lessy yang berpusat di kota Neydish. Di dalam sebuah ruangan besar orang-orang berkumpul, mereka terlihat anggun dan tenang, saling berbicara satu sama lainnya menikmati pesta yang sedang berlangsung. Seorang wanita bergaun putih memainkan cello opera di tengah pesta, wanita itu memainkan musik Romeo & Julliet Love Theme. Para tamu undangan yang berdiri dan sibuk bicara di buat terkesima mendengarkan alunan musik yang begitu dalam menghiasi malam pesta. Mereka berbalik melihat sepenuhnya ke arah orang-orang yang bermain musik dan sejenak menghentikan pembicaraan mereka. Di antara banyak orang yang melihat musik, seorang pria berdiri di depan jendela, pria itu sibuk dengan kesendiriannya, memandangi langit malam yang begitu gelap. Alunan musik dalam pendengarannya membawa dia dalam sebuah ingatan indah ketika dia belajar menari di
Sebuah photo terbingkai di pajangkan di atas meja belajar, Winter menopang dagunya melihat photo dirinya saat pelulusan sekolah di hadiri Benjamin dan Vincent. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kematian Marius dan kepergian Marvelo, kini Winter bisa duduk santai di meja belajarnya, tidak tahu apa yan harus dia lakukan karena semua tujuan hidupnya yang dia cari sudah berada dalam genggaman, yaitu kebahagiaan dan balas dendamnya yang sudah di tuntaskan. Setiap akhir pekan Winter akan mengunjungi makam Kimberly dan Marius, sudah dua kali juga Winter bertemu Jenita akhir-akhir ini. Keadaan Jenita terlihat lebih baik dari sebelumnya, Jenita bersama Levon membangun lebih luas panti asuhan tempat tumbuhnya Kimberly. Keduanya tampak mulai menikmati masa-masa tua mereka, Felix menjaga mereka dengan baik sebagaimana keinginan Marius. Sejak hukuman Paula di tetapkan, kini Winter tidak lagi bertemu dengannya. Untuk Marvelo, sejak kepergiannya ke Belanda, dia tidak memberikan kabar
Satu bulan setelah kepergian Marius, kini Winter kembali harus melanjutkan kehidupannya seperti biasa, sedikit demi sedikit gadis itu berusaha menyembuhkan hatinya dan kembali menemukan kekuatannya lagi. Winter harus berjuang lebih kuat karena Marvelo juga sudah menghilang dari sisinya, tidak ada lagi seseorang yang bisa menjadi teman penghapus kesedihannya. Jiwa Kimberly sempat berpikir, melepaskan Marvelo akan membuat perasaan dia lebih baik karena tidak lagi membuat Marvelo tersiksa karena memendam perasaannya. Rupanya tidak semudah itu, karena jiwa Kimberly merasakan kekosongan besar di dalam hatinya. Ternyata, Marvelo memiliki tempat yang begitu spesial dia dalam hati Winter Benjamin. Meski kini mereka berpisah jauh, kini Winter hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Marvelo. Hari ini adalah hari persidangan pertama Paula, persidangan akan di adakan secara terbuka sehingga siapapun dapat menyaksikannya. Winter sudah siap untuk menghadirinya. Winter berdiri di depan jende
Marvelo menarik kopernya melewati beberapa orang yang ada di depannya, sekilas pria itu melihat ke belakang, Marvelo tersenyum hangat melihat Charlie dan Lessy melambaikan tangan mereka mengantar kepergian Marvelo. Marvelo kembali melangkah, pria itu tetap tersenyum menyembunyikan suatu perasaan yang mengganjal di hatinya. Kepergian Marvelo terasa tidak begitu menyenangkan karena dia meninggalkan Winter dalam keadaan sedang terluka. Tidak ada maksud untuk dia meninggalkan Winter sendirian, namun keadaan yang memaksa Marvelo harus mengambil keputusan ini. Meski Marvelo ingin menemaninya dan membantu gadis itu bangkit dari kesedihannya, namun Marvelo juga tidak berani terus mendekat karena dia harus segera melenyapkan perasaannya. Marvelo tidak ingin menjadi pria lemah yang hidup tanpa tujuan dan tidak berani mengambil keputusan karena sebuah keraguan. Marvelo harus melangkah ke depan. Andaipun suatu hari nanti dia masih tidak bisa melupakan Winter dan masih memiliki kesempatan un
Payung yang meneduhi Winter menghilang, Nai pergi ke belakang dan berdiri dengan para pengawal lainnya. Sementara Winter, gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya melihat makam dirinya dan Marius yang berdampingan berada di tempat yang jauh dari pemakaman yang lainnya. “Aku akan merindukanmu Marius, sama seperti saat kau merindukanku ketika aku hilang. Namun aku juga akan bangkit Marius, seperti apa yang kau inginkan, aku akan bahagia dan menjalani kehidupanku dengan baik. Terima kasih telah menjadikanku cinta pertama dan terakhirmu, aku merasa begitu terhormat.” Winter membungkuk,meletakan bunga yang sejak tadi tidak lepas dari pelukannya. “Aku tidak akan melupakanmu Marius, aku mencintaimu.” Matahari yang turun mulai kehilangan cahayanya, pohon-pohon besar yang berdiri menjulang mengelilingi area pemakaman mulai menghalangi sore terakhir hari ini. Angin berhembus lebih kuat menggerakan rumput-rumput dan bunga liar di sekitarnya. Winter tercekat kaget, samar dia melihat bayang
Marvelo terduduk di kursinya melihat keluar jendela, memperhatikan Irina yang kini tengah makan siang bersama Lessy dan juga Charlie. Marvelo menghela napasnya dengan berat, dua hari ini terakhir ini dia sempat di buat galau karena mendengar pengakuan Winter, rupanya gadis itu sudah tahu mengenai perasaannya, sayangnya Winter tidak ingin mendengarkan pengakuan cinta Marvelo. Marvelo sedikit marah dan kecewa, jika saja Winter tidak terlalu menggodanya dan menunjukan sikap seperti seseorang yang suka kepadanya, mungkin Marvelo tidak akan menaruh harapan yang banyak dan berpikir bahwa gadis itu memiliki perasaan juga kepadanya. Marvelo malu karena ternyata dia terlalu terbawa perasaan dengan kebaikan yang Winter berikan kepadanya. Ini sangat menyakitkan, mengecewakan dan membuat Marvelo beberapa kali harus duduk termenung memikirkan bagaimana cara mengatasi patah hatinya. Kini, tidak ada lagi alasan yang bisa menahan Marvelo berlama-lama di Neydish, Marvelo akan segera pergi. Di am
Winter tertunduk mengenggam tangan Marius, gadis itu bernapas dengan tersenggal tidak mampu menutupi apapun lagi yang selama ini dia rahasiakan. Winter meletakan bunga itu tangan Marius agar pria itu menggenggamnya. Rahasia yang begitu sulit untuk Winter beritahu mengenai siapa dia sebenarnya kini akhirnya meledak mendorong Winter lebih berani berkata jujur. “Dulu, saat masih kecil, tepat di hari kasih sayang, kita menjual bunga mawar di jalanan hingga malam hari agar aku kita bisa membeli sepatu baru karena sepatu lamaku harus di pakai adik-adikku. Aku masih ingat, saat itu tiba-tiba saja kau berlari pergi mengambil sebuah simpul kain berwarna biru yang mengikat beberapa cangkang kado, kau menutup mataku dan memaksaku untuk pergi dari tempat itu. Kau bilang kau akan memberiku kejutan. Sebenarnya aku tahu, alasan kenapa saat itu kau terburu-buru membawaku. Di dekat toko kita berjualan, ada ayahku yang tengah makan malam bersama isteri dan anaknya, mereka terlihat bahagia, kau membaw
Levon dan Jenita yang tertidur di sofa langsung di buat terbangun begitu merasakan pergerakan orang yang lewat. Mereka melihat ke penjuru ruangan, memperhatikan kedatangan dua dokter dan satu perawat memasuki ruangan tempat Marius berada, para ahli medis itu mereka langsung menuju ranjang dan melakukan suatu tindakan yang terlihat darurat karena Marius semakin kesulitan bernapas. Perlahan Levon bangkit, dari balik kaca Levon melihat para pekerja medis yang terlihat sangat berusaha membantu Marius agar kembali stabil. Wajah Levon tampak pucat di penuhi oleh kekhawatiran, padahal dua jam yang lalu keadaan Marius terlihat membaik bahkan Marius sempat berbicara dengan akrab bersamanya dan juga Jenita, namun ternyata kini keadaan dia kembali memburuk. Jenita meminta Levon terduduk lemah, rapalan do’a dan harapan tidak pernah putus, namun suara kesakitan Marius yang teramat dalam begitu menyiksa pendengaran Jenita dan Levon. “Masa depanku sudah gelap semenjak melihat Marius kembali ter
Levon duduk dengan tegak di samping Marius, pria itu kembali datang dengan cepat dan memilih mengesampingkan semua pekerjaannya yang selama ini selalu menjadi prioritasnya. Sejak Marius terbangun kembali, tidak ada pembicaraan yang berarti terjadi di antara mereka. Levon sendiri sadar, terlalu banyak kesalahan yang telah dia buat hingga tidak dapat lagi di jabarkan dengan kata-kata. Kini Levon sedang berusaha membuka kasus di balik penyerangan yang di alami puteranya, namun yang menjadi masalahnya adalah Shanom dan Sean tiba-tiba menghilang sejak beberapa hari yang lalu. Perginya mereka secara bersamaan semakin menguatkan kecurigaan Levon jika keduanya memang dalang dari semua masalah yang terjadi. Jika Marius semakin tidak berdaya dengan keadaan tubuhnya, hal ini akan menciptakan guncangan hebat untuk perusahaan dan Sean akan terpilih sebagai peminpin selanjutkan ketika Levon pensiun di karenakan Sean lebih berpengalaman. Hak Marius tidak mungkin juga di ambil Jenita begitu saja