Kimberly keluar dari kamar mandi dan pergi ke kamarnya menuju meja belajar, Kimberly terduduk di kursi belajar dengan susah payah dan segera menyalakan komputer. Tangannya bergerak cepat di atas keyboard mengetikan namanya di situs pencarian.
Tidak membutuhkan waktu lama, nama Kimberly Feodora langsung bermunculan dengan berbagai berita yang menyangkut dirinya.
Tangan Kimberly gemetar hebat, matanya terbelalak melihat photo-photo pemakaman dirinya yang tersebar di seluruh situs internet.
Kimberly berkedip bersama air matanya yang berjatuhan melihat berita yang menayangkan kondisi tubuhnya yang cantik itu meninggal secara menyedihkan, hingga acara pemakaman yang tertutup dan hanya di jumpai segelintir orang.
Kepergiannya tampaknya tidak begitu di pedulikan.
Kimberly menggulirkan mouse di tangannya melihat berita lain tentang dirinya.
Kimberly menghapus air matanya, dadanya terasa sesak dan nyeri melihat makam dirinya yang kini di hiasi banyak bunga-bunga indah, batu nisan yang di beri sebuah patung indah dirinya di buat dengan sebuah marmer dan di pahat oleh seniman terkenal.
Dua bulan setelah Kimberly meninggal, sebuah fakta terkuak mengenai kejadian dan dalang di balik kematian Rachel.
Fakta itu mengungkapkan jika sesungguhnya Rachel meninggal karena di dorong oleh petinggi agensi Kimberly.
Kimberly bukanlah orang terakhir yang bertemu dengan Rachel.
Handpone Rachel yang sempat hilang akhirnya di temukan, hal itu menjadi bukti kuat hingga membuat semua kasus terbuka.
Rachel memiliki bukti kejahatan petinggi agensi yang menggelapkan pajak dan melakukan pelecehan seksual pada beberapa model yang baru bergabung di agensi.
Di malam Rachel di temukan meninggal..
Rachel dan petinggi agensi sama-sama berada di pesta yang sama, diam-diam mereka sepakat untuk bertemu karena Rachel meminta bayaran sejumlah uang dan juga meminta Kimberly untuk di depak dari agensi jika petinggi agensi ingin bukti kejahatannya yang di miliki Rachel di hapus.
Mereka bertemu secara khusus, namun pertemuan itu tidak membuahkan hasil karena Rachel meminta uang yang lebih besar dari apa yang sudah di sepakati. Mereka akhirnya bertengkar, pertengkaran itu membuat Rachel di cekik dan di dorong jatuh dari gedung.
Kini, petinggi agensi yang sudah menjadi tersangka pembunuhan itu harus menghadapi hukuman lima belas tahun di penjara.
Setelah kasus itu terbuka dan membuktikan bahwa sesungguhnya Kimberly memang tidak bersalah, semua orang di buat berduka dan sangat menyesal dengan apa yang terjadi hingga membuat bintang mereka bunuh diri.
Semua orang tampak di buat berduka dan bersalah karena jari-jari mereka yang mengirimkan komentar kebencian, mulut mereka yang menghina Kimberly itu adalah alasan di balik bunuh dirinya Kimberly Feodora.
Kejadian kelam dan kisah tragis Kimberly yang di lahirkan dengan cinta, di banggakan di puja, harus meninggal karena bayangan kebencian, cacian dan derita yang tidak seharusnya dia tanggung.
Karena kejadian itu, semua orang menghapus segala sesuatu kebencian yang pernah mereka tinggalkan dan menggantikannya dengan ucapan permintaan maaf.
Cinta mereka kembali hadir setelah Kimberly pergi.
Kimberly pergi dengan luka dan duka yang menyedihkan.
Satu hari setelah petinggi agensi di penjara, orang-orang mulai menaburkan bunga di makam Kimberly.
Semua orang sepakat, di tanggal hari kematian Kimberly, mereka akan menaburkan bunga di makam sang bintang yang sempat kehilangan cahayanya. Mereka menaburkan bunga dan menghiasi makam Kimberly, memasang papan billboard di pusat kota dengan semua photonya sebagai bentuk penghormatan mereka.
“Hikss..” desakan tangisan kembali menyulut hati Kimberly yang kini tengah membaca semua berita tentang dirinya, dengan tangan gemetar Kimberly segera keluar dari semua situs berita tentang dirinya karena semua sudah usai.
Kimberly menangis semakin keras merasakan sesak yang sangat menyakitkan sekaligus melegakan di dalam lubuk hatinya karena semua kebenaran terungkap meski harus dengan Kimberly pergi dulu.
***
“Winter, apa aku boleh masuk?” Suara Vincent yang berdiri di depan pintu terdengar, pria itu mengetuk pintu beberapa kali. Sudah seharian penuh setelah Winter sadar, Winter hanya mengurung diri di kamar dan tidak mau bertemu dengan siapapun selain dokter.
“Winter” panggil Vincent lagi karena Winter tidak kunjung menjawab. “Kau belum makan malam. Izinkan aku masuk.”
“Biarkan aku sendiri!” teriak Kimberly.
“Setidaknya makanlah, nanti cantikmu hilang.”
“Lemakku yang akan hilang!” teriak Kimberly lagi.
“Bahkan lemakmu sangat lucu,” jawab Vincent sedih karena sekarang Winter mulai membicarakan masalah fisiknya. Vincent berjalan lemah dan menjatuhkan dirinya di sofa sambil menatap pintu kamar Winter yang masih tertutup rapat.
“Pergilah beristirahat.” Kata Benjamin dengan suara yang datar.
“Tidak bisa, aku akan di sini sampai bisa memastikan bahwa Winter baik-baik saja,” jawab Vincent dengan tegas.
Vincent yang berkuliah di Manchester pulang untuk merayakan liburan musim dinginnya bersama keluarga, namun baru satu hari dia berada di rumah, Winter terkena masalah.
***
Hari yang cerah telah berubah menjadi gelap, Kimberly masih tidak beranjak dari kamarnya dan tidak mengizinkan siapapun masuk. Kimberly termenung memikirkan banyak hal-hal tidak masuk akal tengah terjadi kepadanya sekarang.
Kimbely yang memutuskan bunuh diri memang benar-benar sudah meninggal. Namun jiwa Kimberly berada di tubuh seorang gadis bernama Winter Benjamin.
Waktu yang Kimberly lalui berbeda tiga tahun.
Secara tidak langsung, Kimberly tidak benar-benar meninggal.
“Apa itu artinya aku roh yang gentayangan?” Kimberly bertanya dengan bingung, “Ataukah aku sudah melakukan penjelelajahan waktu? Atau reinkarnasi?.”
Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan konyol tidak masuk akal keluar dari mulut dan pikiran Kimberly.
Entah apa yang harus Kimberly lakukan sekarang, tidak akan ada satupun orang yang akan percaya dengan cerita Kimberly. Mungkin orang-orang akan berpikir bahwa kini gadis yang bernama Winter terkena gangguan jiwa.
Kimberly benar-benar pusing harus melakukan apa. Sakit di hati dan di pikirannya sudah menghilang ketika mengetahui bahwa kebenaran sudah terungkap.
Yang menyita pikiran Kimberly sekarang adalah bagaimana cara Kimberly melalui harinya kedepan nanti?.
Tuhan memberikan keajaiban yang terlalu besar untuk Kimberly.
Jika tubuh Kimberly sudah berada di bawah tanah menjadi makam, itu artinya, pemiliki tubuh Winter juga sudah meninggal dengan tubuhnya.
“Apa kau juga melakukan bunuh diri?” Kimberly bertanya sambil memandangi cermin di depannya, memperhatikan wajah cantik dan muda Winter yang tertutup oleh setumpuk lemak. “Mengapa kau bunuh diri?” tanya Kimberly lagi terdengar sedih.
“Tuhan memberikan aku keajaiban. Tuhan memberiku kesempatan kedua untuk tetap hidup, meski dengan tubuh orang lain. Jika pemilik tubuh Winter sudah meninggal bersama tubuhku, apa aku di perbolehkan menjalani hidup Winter?” Kimberly bertanya dengan serius dan penuh harap.
Kimberly berbalik membelakangi cermin dan melihat ke sekitar.
Kimberly berputar mengelilingi kamar untuk melihat-lihat.
Ada sebuah lukisan besar keluarga Winter terpajang di dinding. Tidak hanya itu, ada juga beberapa photo yang terpajang di atas laci. Tumpukan buku catatan dan buku pelajaran berjajar rapi di atasnya.
Kimberly menarik kursi dan duduk di meja belajar milik Winter, Kimberly melihat apapun yang bisa dia lihat untuk mengetahui siapa sesungguhnya Winter.
Dari buku catatan milik Winter, Kimberly akhirnya membaca beberapa hal penting yang Winter tulis mengenai kehidupannya dan membuat Kimberly tahu siapa Winter sebenarnya.
Winter adalah seorang anak dari pengusaha material tambang rhodium, Winter hidup bersama ayahnya yang bernama Benjami dan kakaknya yang bernama Vincent. Kedua pria itu sangat mencintai Winter dan memanjakannya.
Ibu Winter meninggal beberapa tahun yang lalu.
Winter sekolah di sekolah internasional terbaik di Negara Neydish, Winter gadis yang tidak begitu menonjol karena dia pemalu dan tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya. Meski dia sangat kaya raya dan memiliki orang tua yang berpengaruh, tidak ada yang menghormati Winter, gadis itu terlalu menutup diri dari dunia normal remaja pada umumnya, orang-orang menganggap Winter seperti seorang pecundang karena Winter tidak pernah bisa melakukan apapun dengan baik.
Winter memiliki seorang sahabat yang bernama Paula, mereka berteman sejak Winter memasuki sekolah menengah pertama, mereka sangat dekat karena Paula adalah satu-satunya teman Winter.
Kepolosan dan keluguan Winter yang tidak pandai bergaul dan mengatur kehidupannya sendiri membuat Winter mempercayakan apapun kepada Paula untuk mengatur banyak hal. Paula sangat berharga untuk Winter.
Seperti itulah cerita kecil di dalam diarie Winter..
Kimberly menutup buku catatan Winter yang sangat membosankan untuk dia baca, Kimberly kembali melihat komputer milik Winter untuk mencari sesuatu yang lain yang bisa dapatkan mengenai kehidupan Winter yang terlihat membosankan dan menyedihkan.
Tangan Kimberly bergerak cepat di keyboard, tanpa segan dia mengutak-atik isi komputer Winter.
Mouse di tangan Kimberly bergerak lembut di atas meja, Kimberly menggulirkan mouse dan membaca semua yang terpampang di layar, wanita itu melihat dengan cermat media social milik Winter yang masih terhubung.
Jari-jari yang besar itu bergerak mendorong turun melihat lebih banyak pesan masuk yang tertuju kepada Winter, Kimberly membukanya satu persatu untuk mencari informasi hingga akhirnya Kimberly terpaku pada sebuah pesan anonym yang mengirimkan sebuah video.
Dalam satu tekanan Kimberly membuka video itu.
To Be Continue..
“Paula, jangan!” Winter yang lugu dan lembut itu menarik tangan sahabatnya meminta untuk tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang merekam hanya tertawa kecil.“Tidak apa-apa Winter, jangan malu” jawab Paula menyemangati.“Tapi Paula...” Winter menggeleng tetap pada keyakinannya yang tidak mau melakukan apapun.“Ayolah Winter, aku tahu kau menyukai Hendery sejak dua tahun yang lalu. Memangnya kenapa jika kau mengungkapkan perasaanmu kepadanya? Lihat dia, dia sangat cocok denganmu, aku juga sudah mendengar dari Mico bahwa Hendery juga beberapa kali bertanya tentangmu.”“Itu mustahil Paula” Winter berucap dengan sedih. “Mana mungkin pria setampan dan sepopuler dia menanyakan aku.”Hendery adalah seorang pria yang sangat populer, dia sangat tampan dan pandai berolahraga, Winter menyukainya sejak dia masuk ke sekolah. Namun, tidak hanya Winter yang tertarik kepada Hendery, hampir sel
Kimberly membuka matanya perlahan dan mengeliat dengan kesusahan, cuaca pagi ini sangat cerah membuat Kimberly terbangung lebih cepat karena tidak nyaman. Cukup lama Kimberly terdiam, pikirannya berkelana memikirkan apa yang sudah terjadi hari kemarin. Tangan Kimberly perlahan terangkat untuk memastikan bahwa apa yang terjadi hari kemarin masih terjadi kepada dirinya sekarang. Kimberly menahan napasnya dengan berat melihat tangannya masih sama besarnya dengan kemarin malam, itu artinya saat ini jiwanya masih terperangkap di dalam tubuh Winter Benjamin. “Aku masih ada di tubuh Winter,” gumam Kimberly napas yang sesak di landa rasa lega bercampur kesedihan. Kimberly menarik napasnya dalam-dalam mencari ketenangan yang masih tersisa di dalam dirinya untuk menjalani situasi yang kini dia hadapi. Perlahan Kimberly terbangun dan melihat seisi ruangan kamar yang berantakan, dengan susah payah Kimberly bergeser dan turun dari ranjang, Kimberly segera pergi ke
Tangan Winter sedikit membasah karena gugup, dia sangat ingin menggebrak meja dan mengomel berkata jujur jika berat badannya sangat mengganggu. Namun kini Winter harus menahan makian dan umpatannya dengan berpura-pura menjadi anak baik seperti Winter yang sesungguhnya. Winter menggaruk pipinya yang tidak gatal. “Semalam aku berpikir keras mengenai bentuk tubuhku. Aku merasa sangat kesulitan sepanjang waktu dengan tubuhku, aku tidak bisa berjalan dengan cepat, aku juga tidak bisa memakai pakaian indah seperti gadis lain, aku kesulitan melakukan banyak hal, aku juga merasa cepat lelah saat melakukan sesuatu, aku jga khawatir dengan kesehatan tubuhku jika aku semakin gemuk. Aku berpikir sebaiknya aku memulai hariku yang baru, aku akan mulai melakukan diet untuk menurunkan berat badanku.” Benjamin dan Vincent saling memandang dengan wajah pucat pasi. “Aku ingin bertemu dokter gizi untuk melakukan diet dengan tepat,” kata Winter lagi. Vincent menekan batang
“Aku, anak kepala sekolah tempat kau sekolah,” jawab pria itu dengan senyuman jahatnya.Alih-alih kaget dan takut dengan jawaban pria asing di depannya itu, Winter hanya menggerakan sebelah alisnya tampak meremehkan dan tidak peduli. Winter memalingkan wajahnya dan bersedekap melihat lurus ke depan.Winter merasa sedikit setres dan membutuhkan sedikit penenang dengan sebatang rokok, namun dia tidak bisa mendapatkannya karena masih di bawah umur. Neydish adalah negara yang paling banyak aturan, untuk sebungkus rokok saja, seseorang harus memberikan kartu identitasnya untuk memastikan bahwa dia sudah legal mendapatkan rokok.Kebungkaman Winter membuat Marius melihat ke sisi dan memperhatikan Winter yang sedikit berbeda dengan yang terakhir kali dia lihat setengah tahun yang lalu di sebuah pesta.Setengah tahun yang lalu mereka pernah bertemu dan berkenalan karena ibunya Marius yang bekerja sebagai kepala sekolah mengenal baik ayah Winter.
“Mengenai Paula” Winter mengalihkan pembicaraanya seketika “Apakah Kakak menyukai dia?.”“Aku hanya menyukaimu,” jawab Vincent secepatnya.“Bukan itu maksudku.” Winter memelankan laju treadmill, seluruh tubuhnya terasa basah dan panas, kakiya benar-benar sangat tersiksa kesakitan menahan beban tubuh yang terlalu besar saat berjalan.Winter mengambil air dan menegaknya beberapa kali karena haus.Kondisi tubuh Winter yang memiliki ukuran lambung besar membuat dia terus menerus merasakan perasakan lapar palsu, Winter mensiasatinya dengan minum air putih lebih banyak agar merasa kenyang.Winter hanya akan makan dua kali sehari apapun yang terjadi, dia tidak akan mengkonsumsi apapun lagi menjelang malam selain air putih.“Apakah Kakak menyukai pertemananku dengan Paula?” Winter memperjelas pertanyaannya.Vincent mengerut bingung, selama ini dia selalu memantau pertumbuhan Wi
Kepala Winter mendongkak menatap gerbang sekolah yang sangat besar terbuka lebar, beberapa bus sekolah berjajaran baru datang dan mengantar anak-anak sekolah.Hiro menghentikan mobilnya dan segera berlari keluar membukakan pintu untuk Winter.Winter menelan salivanya dengan kesulitan, Winter terlihat sedikit panik karena baru ingat bahwa dia tidak tahu di mana kelasnya berada.“Nona, Anda tidak apa-apa?” Tanya Hiro yang memperhatikan Winter masih duduk di kursinya terlihat kebingungan.“Tidak apa-apa.”Winter segera keluar dan memasang ekspresi sedatar mungkin menyembunyikan kepanikannya. Anak-anak sekolah yang semula sibuk sendiri perlahan berhenti berjalan dan terlihat kaget karena Winter sudah kembali ke sekolah dengan penampilan yang sedikit berbeda.Winter terlihat lebih mencolok karena Winter mewarnai rambutnya menjadi terlihat lebih terang, rambut itu tidak lagi di kepang, Winter membiarkan rambutnya terg
“Kau… sejak kapan kau bisa memakai sepatu seperti itu?” tanya Paula bingung. “Tidak seperti biasanya kau juga dandan dan memakai korset.”Alis Winter sedikit bergerak. “Kak Vincent mendandaniku.”“Kak Vincent pulang?”“Ya.”“Senangnya...” senyum Paula terlihat bahagia. “Pasti dia membawa banyak hadiah untukmu.”Winter menyeringai, Vincent memang membawa banyak hadiah untuk Winter, Namun itu semua tidak terlepas dari makanan yang sangat mengganggunya.“Winter, mengenai Hendery, aku sudah menemui dia memarahinya, Hendery tampak menyesal atas apa yang telah dia perbuat padamu, Hendery juga sudah mendapatkan hukumannya dari sekolah. Dia berharap bisa berbicara denganmu dan meminta maaf atas kejadian waktu itu.”“Kau atur saja waktunya.”“Baiklah.”Paula dan Winter kembali berjalan, kebersamaan
Seorang guru yang berdiri di depan kelas segera mengambil laptopnya dan berpamitan pergi usai mendengar suara bel yang berbunyi.Beberapa orang mulai beranjak dari duduk mereka dan pergi keluar menikmati waktu istirahat mereka.Winter sedikit menguap sambil melihat keluar jendela, sudah sangat lama dia tidak pernah belajar, kepalanya terasa sedikit penat dan suntuk begitu kembali harus belajar.Winter segera beranjak dari duduknya dan pergi keluar, sekilas dia melihat pemuda yang berbicara dengannya tadi pagi. Tanpa sengaja mereka saling berpandangan.Pria itu menatapnya dengan lembut, namun ekspresi di wajah tampanya sangat dingin dan tidak tersentuh.Winter langsung memutuskan tatapannya, gadis itu memilih pergi keluar dari kelasnya.Kedatangan Winter keluar dari kelas kembali menjadi pusat perhatian banyak orang seperti tadi pagi, Winter yang sangat percaya diri tetap melangkah dengan tegas melewati orang-orang yang beberapa di anta
Dua tahun kemudian.. Kota Den Haag Sebuah gedung hotel tampak sibuk dan ramai malam ini karena ada pesta besar yang sedang merayakan ulang tahun hotel Lessy yang berpusat di kota Neydish. Di dalam sebuah ruangan besar orang-orang berkumpul, mereka terlihat anggun dan tenang, saling berbicara satu sama lainnya menikmati pesta yang sedang berlangsung. Seorang wanita bergaun putih memainkan cello opera di tengah pesta, wanita itu memainkan musik Romeo & Julliet Love Theme. Para tamu undangan yang berdiri dan sibuk bicara di buat terkesima mendengarkan alunan musik yang begitu dalam menghiasi malam pesta. Mereka berbalik melihat sepenuhnya ke arah orang-orang yang bermain musik dan sejenak menghentikan pembicaraan mereka. Di antara banyak orang yang melihat musik, seorang pria berdiri di depan jendela, pria itu sibuk dengan kesendiriannya, memandangi langit malam yang begitu gelap. Alunan musik dalam pendengarannya membawa dia dalam sebuah ingatan indah ketika dia belajar menari di
Sebuah photo terbingkai di pajangkan di atas meja belajar, Winter menopang dagunya melihat photo dirinya saat pelulusan sekolah di hadiri Benjamin dan Vincent. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kematian Marius dan kepergian Marvelo, kini Winter bisa duduk santai di meja belajarnya, tidak tahu apa yan harus dia lakukan karena semua tujuan hidupnya yang dia cari sudah berada dalam genggaman, yaitu kebahagiaan dan balas dendamnya yang sudah di tuntaskan. Setiap akhir pekan Winter akan mengunjungi makam Kimberly dan Marius, sudah dua kali juga Winter bertemu Jenita akhir-akhir ini. Keadaan Jenita terlihat lebih baik dari sebelumnya, Jenita bersama Levon membangun lebih luas panti asuhan tempat tumbuhnya Kimberly. Keduanya tampak mulai menikmati masa-masa tua mereka, Felix menjaga mereka dengan baik sebagaimana keinginan Marius. Sejak hukuman Paula di tetapkan, kini Winter tidak lagi bertemu dengannya. Untuk Marvelo, sejak kepergiannya ke Belanda, dia tidak memberikan kabar
Satu bulan setelah kepergian Marius, kini Winter kembali harus melanjutkan kehidupannya seperti biasa, sedikit demi sedikit gadis itu berusaha menyembuhkan hatinya dan kembali menemukan kekuatannya lagi. Winter harus berjuang lebih kuat karena Marvelo juga sudah menghilang dari sisinya, tidak ada lagi seseorang yang bisa menjadi teman penghapus kesedihannya. Jiwa Kimberly sempat berpikir, melepaskan Marvelo akan membuat perasaan dia lebih baik karena tidak lagi membuat Marvelo tersiksa karena memendam perasaannya. Rupanya tidak semudah itu, karena jiwa Kimberly merasakan kekosongan besar di dalam hatinya. Ternyata, Marvelo memiliki tempat yang begitu spesial dia dalam hati Winter Benjamin. Meski kini mereka berpisah jauh, kini Winter hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Marvelo. Hari ini adalah hari persidangan pertama Paula, persidangan akan di adakan secara terbuka sehingga siapapun dapat menyaksikannya. Winter sudah siap untuk menghadirinya. Winter berdiri di depan jende
Marvelo menarik kopernya melewati beberapa orang yang ada di depannya, sekilas pria itu melihat ke belakang, Marvelo tersenyum hangat melihat Charlie dan Lessy melambaikan tangan mereka mengantar kepergian Marvelo. Marvelo kembali melangkah, pria itu tetap tersenyum menyembunyikan suatu perasaan yang mengganjal di hatinya. Kepergian Marvelo terasa tidak begitu menyenangkan karena dia meninggalkan Winter dalam keadaan sedang terluka. Tidak ada maksud untuk dia meninggalkan Winter sendirian, namun keadaan yang memaksa Marvelo harus mengambil keputusan ini. Meski Marvelo ingin menemaninya dan membantu gadis itu bangkit dari kesedihannya, namun Marvelo juga tidak berani terus mendekat karena dia harus segera melenyapkan perasaannya. Marvelo tidak ingin menjadi pria lemah yang hidup tanpa tujuan dan tidak berani mengambil keputusan karena sebuah keraguan. Marvelo harus melangkah ke depan. Andaipun suatu hari nanti dia masih tidak bisa melupakan Winter dan masih memiliki kesempatan un
Payung yang meneduhi Winter menghilang, Nai pergi ke belakang dan berdiri dengan para pengawal lainnya. Sementara Winter, gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya melihat makam dirinya dan Marius yang berdampingan berada di tempat yang jauh dari pemakaman yang lainnya. “Aku akan merindukanmu Marius, sama seperti saat kau merindukanku ketika aku hilang. Namun aku juga akan bangkit Marius, seperti apa yang kau inginkan, aku akan bahagia dan menjalani kehidupanku dengan baik. Terima kasih telah menjadikanku cinta pertama dan terakhirmu, aku merasa begitu terhormat.” Winter membungkuk,meletakan bunga yang sejak tadi tidak lepas dari pelukannya. “Aku tidak akan melupakanmu Marius, aku mencintaimu.” Matahari yang turun mulai kehilangan cahayanya, pohon-pohon besar yang berdiri menjulang mengelilingi area pemakaman mulai menghalangi sore terakhir hari ini. Angin berhembus lebih kuat menggerakan rumput-rumput dan bunga liar di sekitarnya. Winter tercekat kaget, samar dia melihat bayang
Marvelo terduduk di kursinya melihat keluar jendela, memperhatikan Irina yang kini tengah makan siang bersama Lessy dan juga Charlie. Marvelo menghela napasnya dengan berat, dua hari ini terakhir ini dia sempat di buat galau karena mendengar pengakuan Winter, rupanya gadis itu sudah tahu mengenai perasaannya, sayangnya Winter tidak ingin mendengarkan pengakuan cinta Marvelo. Marvelo sedikit marah dan kecewa, jika saja Winter tidak terlalu menggodanya dan menunjukan sikap seperti seseorang yang suka kepadanya, mungkin Marvelo tidak akan menaruh harapan yang banyak dan berpikir bahwa gadis itu memiliki perasaan juga kepadanya. Marvelo malu karena ternyata dia terlalu terbawa perasaan dengan kebaikan yang Winter berikan kepadanya. Ini sangat menyakitkan, mengecewakan dan membuat Marvelo beberapa kali harus duduk termenung memikirkan bagaimana cara mengatasi patah hatinya. Kini, tidak ada lagi alasan yang bisa menahan Marvelo berlama-lama di Neydish, Marvelo akan segera pergi. Di am
Winter tertunduk mengenggam tangan Marius, gadis itu bernapas dengan tersenggal tidak mampu menutupi apapun lagi yang selama ini dia rahasiakan. Winter meletakan bunga itu tangan Marius agar pria itu menggenggamnya. Rahasia yang begitu sulit untuk Winter beritahu mengenai siapa dia sebenarnya kini akhirnya meledak mendorong Winter lebih berani berkata jujur. “Dulu, saat masih kecil, tepat di hari kasih sayang, kita menjual bunga mawar di jalanan hingga malam hari agar aku kita bisa membeli sepatu baru karena sepatu lamaku harus di pakai adik-adikku. Aku masih ingat, saat itu tiba-tiba saja kau berlari pergi mengambil sebuah simpul kain berwarna biru yang mengikat beberapa cangkang kado, kau menutup mataku dan memaksaku untuk pergi dari tempat itu. Kau bilang kau akan memberiku kejutan. Sebenarnya aku tahu, alasan kenapa saat itu kau terburu-buru membawaku. Di dekat toko kita berjualan, ada ayahku yang tengah makan malam bersama isteri dan anaknya, mereka terlihat bahagia, kau membaw
Levon dan Jenita yang tertidur di sofa langsung di buat terbangun begitu merasakan pergerakan orang yang lewat. Mereka melihat ke penjuru ruangan, memperhatikan kedatangan dua dokter dan satu perawat memasuki ruangan tempat Marius berada, para ahli medis itu mereka langsung menuju ranjang dan melakukan suatu tindakan yang terlihat darurat karena Marius semakin kesulitan bernapas. Perlahan Levon bangkit, dari balik kaca Levon melihat para pekerja medis yang terlihat sangat berusaha membantu Marius agar kembali stabil. Wajah Levon tampak pucat di penuhi oleh kekhawatiran, padahal dua jam yang lalu keadaan Marius terlihat membaik bahkan Marius sempat berbicara dengan akrab bersamanya dan juga Jenita, namun ternyata kini keadaan dia kembali memburuk. Jenita meminta Levon terduduk lemah, rapalan do’a dan harapan tidak pernah putus, namun suara kesakitan Marius yang teramat dalam begitu menyiksa pendengaran Jenita dan Levon. “Masa depanku sudah gelap semenjak melihat Marius kembali ter
Levon duduk dengan tegak di samping Marius, pria itu kembali datang dengan cepat dan memilih mengesampingkan semua pekerjaannya yang selama ini selalu menjadi prioritasnya. Sejak Marius terbangun kembali, tidak ada pembicaraan yang berarti terjadi di antara mereka. Levon sendiri sadar, terlalu banyak kesalahan yang telah dia buat hingga tidak dapat lagi di jabarkan dengan kata-kata. Kini Levon sedang berusaha membuka kasus di balik penyerangan yang di alami puteranya, namun yang menjadi masalahnya adalah Shanom dan Sean tiba-tiba menghilang sejak beberapa hari yang lalu. Perginya mereka secara bersamaan semakin menguatkan kecurigaan Levon jika keduanya memang dalang dari semua masalah yang terjadi. Jika Marius semakin tidak berdaya dengan keadaan tubuhnya, hal ini akan menciptakan guncangan hebat untuk perusahaan dan Sean akan terpilih sebagai peminpin selanjutkan ketika Levon pensiun di karenakan Sean lebih berpengalaman. Hak Marius tidak mungkin juga di ambil Jenita begitu saja