Beranda / Romansa / Bukan Siti Nurbaya / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Bukan Siti Nurbaya: Bab 71 - Bab 80

101 Bab

Ketakutan Andina

Setelah satu minggu lamanya Adinda dan Sena menikmati liburan mereka di kapal pesiar, kini waktunya kembali pada aktivitas semula. Apalagi kalau bukan bekerja dan kuliah. Pagi ini Adinda disibukkan dengan bimbingan skripsi. Dani sebagai dosen pembimbing satu telah menyetujui bab satunya. Adinda senang bukan main, dia mentraktir teman-temannya di caffe dekat kampus. Kaum-kaum suka gratisan ini nampak begitu bahagia. Lumayan uang sakunya tidak berkurang. Apalagi untuk anak kos seperti Sasa, Karin, dan Clara. "Sering-sering traktir kita ya, Din!" ujar Sasa sembari menikmati kentang goreng. "Doain aja skripsi gue selalu di acc. Entar gue traktir kalian lagi deh.""Apa perlu gue kasih jampe-jampe ke Pak Dani biar selalu di acc skripsi elo, Din?" celetuk Karin. "Gila lo. Ya nggak gitu juga kali."Karin menggaruk kepalanya. Dia tampak berpikir. "Lagian gue heran deh sama Pak Dani. Apa susahnya sih cuma kasih tanda tangan acc doang.""Namanya juga dosen perfeksionis, Ra. Maklumin aja."
Baca selengkapnya

Kebakaran

Malam ini Andina tidur di rumah Adinda. Sena sebenarnya tak setuju kalau kakak iparnya itu tinggal di rumah mereka. Bukan apa-apa, namanya rumah tangga lebih baik hanya ada suami dan istri di dalamnya. Lagipula rumah mereka itu kan berdampingan dengan rumah Andina, mereka juga masih bisa mengawasinya tanpa harus tinggal serumah.Tapi Adinda meyakinkan Sena kalau Andina hanya menginap sementara saja. Mau tidak mau, Sena pun membolehkan Andina menginap di rumah mereka. Adinda membawa dua porsi nasi goreng ke meja makan. "Makan yuk, Kak!" ajak Adinda. "Ah, iya." Andina ikut bergabung dengan Adinda di meja makan. Adinda melirik Andina. Kakaknya itu sedari tadi hanya mengaduk-aduk nasinya saja, tanpa menyuap satu sendok pun. "Kak..." Adinda menepuk punggung tangan Andina, membuatnya tersentak. "Hah?""Dimakan, jangan melamun terus!""Iya, ini aku makan." Andina mulai menyuap nasi goreng buatan Adinda. Rasanya sangat enak. Bahkan lebih enak daripada masakannya sendiri, tapi entahlah.
Baca selengkapnya

Selepas Kebakaran

Sena mengusap wajahnya kasar. "Astagfirullah. Aku telah zalim, Ya Allah. Bagaimana bisa aku sempat melarang Dina menginap di rumah kami. Coba saja kalau malam ini dia berada di rumahnya sendirian. Bagaimana nasibnya saat ini."Disatu sisi Sena merasa bersyukur, saat kebakaran berlangsung Andina berada di rumahnya dan aman. Sena mengeluarkan ponsel dari kantong celananya. Dia menghubungi Wildan. Sebagai suami, Wildan harus tahu keadaan istrinya. Panggilan terhubung, tapi tidak dijawab. Sena semakin gusar. "Angkat, Wil. Rumahmu kebakaran dan istrimu sedang bersedih. Apa kamu tidak bisa merasakan betapa nelangsanya Dina saat ini?"Sekali lagi Sena mencoba menghubungi Wildan. "Ah, sial! Lagi sibuk ngapain sih kamu, Wil?"Sena menjambak rambutnya sendiri, merasa kesal dengan Wildan karena sedari tadi tidak bisa dihubungi. Pak RT menepuk pundak Sena. "Mas Sena, jendela dan pintunya sudah kami tutup semua. Asapnya juga sudah keluar semua. Dibersihkan besok pagi saja.""Baik, Pak RT. Sekal
Baca selengkapnya

Selepas Kebakaran 2

Bau harum mengepul, memenuhi seluruh sudut ruangan. Capcay sayur menjadi menu andalan Adinda hari ini. Dia juga menggoreng ikan nila. Makanan favorit sang mama. Rencananya mau dibawa ke rumah orangtuanya nanti. Mereka berempat sarapan bersama. Sedari mulai sarapan Andina tampak begitu ceria. Dia juga makan dengan lahap. Efek ditemani sang suami tercinta. Melihat Andina makan dengan lahap, Adinda tampak begitu senang. Dia menambahkan ikan goreng ke dalam piring Andina. "Tambah ikannya, Kak. Kamu harus makan banyak biar adik bayinya sehat."Andina protes, hendak mengembalikan ikan tersebut ke dalam piring semula. "Kan aku udah ambil ikannya, Din. Nanti malah nggak jadi bawain ikan buat Mama."Adinda menepisnya. "Buat Mama udah aku sisihkan sendiri, Kak. Tenang aja, aku masak banyak kok."Andina tak lagi protes, dia kembali makan dengan tenang. Setelah semua menyelesaikan makannya, Adinda membuka suara. "Wil, hari ini aku mau ajak Kak Dina ke rumah Mama-Papa, boleh kan?"Wildan mengan
Baca selengkapnya

Hujan

Orang-orang berhamburan keluar rumah menyelamatkan jemuran mereka. Gerimis baru saja turun membasahi tanah yang kering. Clara menengadahkan kedua tangannya. Tetesan air hujan menyentuh permukaan kulitnya. "Yah, mana hujan lagi."Clara kembali memasukkan motor Adinda. Dia berjalan keluar kos dengan membawa payung di tangan kanannya. Kalau saja perutnya saat ini tidak kelaparan, mana mau Clara keluar saat hujan. "Bu, nasi rames dibungkus satu," ucapnya pada sang penjual. "Lauknya apa, Neng?" tanya si ibu. "Ayam goreng aja, Bu.""Ditunggu ya, Neng. Duduk dulu."Clara duduk di bangku panjang depan etalase makanan. Dari arah berlawanan sepasang mata terus memperhatikannya."Yang beli cakep bener ya, Mak," ucapnya pada si ibu. "Jangan genit kamu, Fai. Ini nasinya taruh di etalase!" Perintah si ibu sembari menyerahkan bakul nasi."Maaf agak lama, Neng. Nasinya baru ngambil dari dapur.""Oh, nggak apa-apa, Bu."Rifai meletakkan bakul nasi di etalase sembari terus memandangi wajah cantik
Baca selengkapnya

Salah Sangka

Selepas membersihkan tubuhnya di kamar mandi, Clara iseng mengintip melalui jendela kamarnya. Kebetulan jendela kamar Clara menghadap ke arah depan, jadi sangat memudahkannya untuk melihat orang-orang yang ada di depan kos. "Astaga. Ternyata manusia itu masih di sini." Clara cepat-cepat menutup gordennya sebelum Aldo tahu kalau sedang diintip. Clara masih tak menyangka kalau Aldo masih bergeming di depan kosnya. Hmm... dasar manusia batu. Udah di usir juga, masih belum pergi. Clara membuka pintu kamarnya. Kebetulan ada Vina-teman kosnya yang baru saja pulang. "Vin..." panggil Clara lirih. "Lo panggil gue?" tunjuk Vina pada dirinya sendiri. "Kenapa suara lo pelan banget sih, Ra?" Vina sedikit terkejut. Pasalnya Clara ini biasanya kalau ngomong keras, suka bikin telinga sakit. "Tenggorokan gue lagi keganjel sama batu, jadi nggak bisa ngomong keras-keras," oceh Clara asal. "Radang tenggorokan?" tebak Vina. "Hmm," gumam Clara. "Gue mau minta tolong, boleh?""Beliin obat batuk apa
Baca selengkapnya

Aldo Dan Clara

#Bab ini khusus cerita Aldo dan Clara ya. Selamat membaca teman-teman... Di balik sikapnya yang menyebalkan dan selalu membuat orang lain darah tinggi, ternyata Aldo sosok lelaki yang berhati baik. Tiga hari berturut-turut Clara menjumpai Aldo sedang menolong orang di jalan. Hari pertama, Clara melihat Aldo sedang membantu seorang ibu membawakan barang belanjaannya. Hari kedua, Clara melihat Aldo membantu seorang nenek menyebrang jalan. Hari ketiga, Clara melihat Aldo menyetep motor orang yang mogok di jalan. Kepedulian Aldo terhadap sesama membuat hati Clara tersentuh. Dia sama sekali tidak menyangka kalau bocah tengil seperti Aldo malah peduli terhadap orang lain.Clara segera berbalik arah, memilih putar balik agar Aldo tidak melihatnya. Namun siapa sangka, Aldo ternyata malah sedang mengejarnya.Brmm... "Ra..." Aldo mulai memelankan laju motornya."Mau ke mana?" tanya Aldo. "Cari makan.""Gue traktir yuk. Buruan naik."Clara hendak melayangkan protes. Dia berencana menolak aj
Baca selengkapnya

Tasyakuran Tujuh Bulanan

Hari ini acara tujuh bulanan Andina. Orangtua Wildan datang untuk menyambut acara tasyakuran calon cucu mereka. Andina juga mengundang teman-teman kuliahnya, meskipun hanya sedikit yang dia undang. Maklum saja, Andina tidak terlalu dekat dengan orang lain. Berbeda dengan Adinda. Teman-teman Adinda, Wildan, dan Sena juga ikut datang meramaikan. Ya, mereka semua juga diundang oleh Andina. Tentunya mereka datang. Selain membantu mensukseskan acara ini, tujuan utama anak-anak kos itu tidak lain dan tidak bukan adalah makan gratis. Kaum hawa pun bahu membahu mengurusi masalah konsumsi. Sementara kaum adam ada di depan ikut pengajian. "Din, ini kue-kuenya taruh di depan sekarang apa nanti?" tanya Sasa. Adinda menengok ke depan. "Sekarang, Sa. Pengajiannya udah selesai. Ra, elo bantuin Sasa bawa kue-kue ini ya. Rin, elo bantuin gue bawa minumannya.""Siap, Din.""Soto ayamnya dibawa ke depan juga, Din?" tanya Nana-teman kuliah Andina. "Entar aja, Na, kalau udah selesai ngemilnya. Lo ba
Baca selengkapnya

Arga dan Clara

Udara kota Bandung yang dingin membuat Clara mager. Pengennya cuma rebahan sama rebahan aja. Namun skripsinya terus menuntut minta dikerjakan. Dengan amat sangat terpaksa, Clara membawa motor maticnya ke perpusda.Clara memilih buku yang kira-kira sesuai untuk bahan skripsinya. "Nah, ini yang gue cari."Clara mengambil buku dari rak, tapi dari arah berlawanan ada yang menarik buku tersebut. Clara terpaksa melepaskan sisi buku, hingga buku tersebut diambil oleh pria yang tadi menariknya.Meskipun buku tersebut dilepaskan oleh Clara, tapi dia tetap berusaha merebutnya kembali."Jangan gitu dong A, buku ini udah gue ambil duluan." Si pria tidak menyahut, apalagi memberikan buku itu pada Clara. Dia justru pergi begitu saja. "Dik..." panggil seorang pria sembari menepuk pundak Clara. Clara seperti tak asing dengan suaranya. Clara menoleh, dia masih menerka-nerka sosok pria yang tengah berdiri di depannya saat ini. Si pria melepaskan maskernya dan tersenyum manis. "Ini saya, Arga. Masa
Baca selengkapnya

Keguguran

Ketika berduka, jangan terlalu larut dalam kesedihan. Pun sebaliknya, ketika berbahagia, jangan terlalu senang dan mengumbar kesenanganmu. Hidup terus berputar, roda tak selamanya di atas maupun di bawah. Semangat dan jangan terombang-ambingkan oleh arus. ***Ella merasa puas atas keberhasilan rencananya. Usaha Andina bisa dia hancurkan dalam sekejap mata. Bahkan dengan tangannya sendiri. Ella akan menyingkirkan Andina dan bayi yang dikandungnya. Berbagai rencana telah dia susun dengan rapi. Ella mau menjadi satu-satunya istri Wildan, demi sang buah hati. Ella mengusap perutnya yang semakin membuncit. Usia kandungannya saat ini menginjak empat bulan. "Kamu sabar ya, Sayang. Mama sedang berusaha agar kamu bisa mendapatkan kasih sayang sepenuhnya dari Papamu. Hanya kamu yang mendapatkan kasih sayangnya, Nak. Bukan anak dari wanita sialan itu."Ella tahu tindakannya ini gila. Namun apa boleh buat, semua demi kebahagiaan si calon buah hati. Ella sudah memastikan kalau malam ini Andin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status