Home / Romansa / Bukan Cinta Buta / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Bukan Cinta Buta: Chapter 1 - Chapter 10

55 Chapters

Gadis Kecil 01

Ada berapa banyak orang di dunia ini yang menyia-nyiakan kehidupannya untuk hal tidak berguna? Mereka dengan sembrono memutuskan untuk mengakhiri hidup hanya demi orang-orang yang bahkan tidak pernah menganggapnya ada. Mereka dengan teganya mencabut nyawanya sendiri padahal di luar sana ada begitu banyak orang yang menginginkan kehidupan tetapi harus berakhir tanpa sempat bisa memperjuangkan kehidupan idaman sama sekali. Bahkan bagi orang-orang seperti Tami hanya ada hari ini, esok dan masa depan tidak ada di dalam kamus kehidupannya. Terlalu asing. Satu-satunya yang membuat mereka bertahan dari kehidupan fana hanyalah ketakutan pada kematian; biaya pemakaman, biaya sewa tanah kuburan dan biaya-biaya lainnya yang harus ditanggung keluarga besar setelah jenazah dinyatakan kosong tanpa arwah. Tami bahkan sudah tidak percaya dengan janji para pemuka agama soal surga dan neraka. Semua itu seperti dongeng di kepalanya. Dogeng yang membuat rakyat miskin terhibur dengan angan-angan kenikmatan
Read more

Gadis Kecil 2

Namun, sebagai sesama orang miskin tentu Puja tidak bisa banyak membantu. Meskipun pada akhirnya dia tetap memberi sang sahabat dua lembar uang lima puluh ribuan. Kurang setengah dan Tami sama sekali tidak tahu harus mencari ke mana lagi. Semoga nanti akan ada pelanggan yang memberinya tip. Sungguh, sebagai satu-satunya wali bagi Ghania, Tami sebenarnya malu pada guru sekolah adiknya itu. Lebih tepatnya, Tami tidak tega kalau adiknya harus setiap hari dapat surat peringatan karena menunggak bayaran sekolah.Sebenarnya, Tami bisa saja menyekolahkan Ghania di sekolah negeri yang mana jauh lebih murah tetapi dia tidak mau adiknya sama sepertinya. Sebab, Tami tahu dengan pasti kalau berkumpul dengan orang kaya akan membuka peluang kesuksesan pada seseorang. Relasi. Itulah yang dia pelajari dari klien-kliennya di salon selama ini.“Makasih ya, Ja! Gue nggak tahu lagi harus minta tolong ke siapa.”Puja tersenyum kecut tapi kemudian menyambar handuk kecil di atas meja yang berada tepat di sam
Read more

Gadis Kecil 3

Dalam balutan gaun malam yang menawan Diah tidaklah lebih dari penghibur pria hidung belang yang haus akan belaian. Meskipun sejujurnya dia sendiri juga sangat jijik dengan pria-pria itu. Hanya saja apa mau dikata, Diah membutuhkan isi kantong mereka. Dan supaya kantong terbuka, dia perlu membuka celana mereka dan meremas isinya.“Lo nggak mau cari kerjaan halal saja?”Pertanyaan itu keluar dari mulut sopir angkot yang adalah adik kandungnya, Ruben. Yang tentu langsung dijawab dengan senyuman oleh Diah. Sebagai orang waras tentu dia tidak ingin tapi dari mana dia bisa mendapatkan uang untuk pengobatan ibu mereka jika bukan karena papi-papiannya? Terlebih Tami tidak punya ijazah sama sekali kalau mau ikut kerja seperti kedua rekan baiknya.Dan ketika bertemu dengan Tami dan Puja, Diah langsung menghampiri keduanya. “Lesu banget?” tanyanya. “Baru saja gue mau ke kontrakan kalian.”Puja menjawab, “Nggak usah tanya. Lo nggak bakal paham rasanya dipecat.”“Hah? Kok bisa?” Diah yang kaget la
Read more

Gadis Kecil 4

Orang suci mana ada yang mau menolong mereka begini?Bahkan seringkali mereka dihakimi tanpa sempat didengarkan. Tami dan Puja akhirnya bisa pulang dengan senyuman lebar. Meskipun mereka telah kehilangan pekerjaan dan uangnya tadi. Setidaknya ada yang bisa dimakan sekaligus malam ini, demi menghindari bayaran sekolah Ghania harus ditunggak lagi tak hilang akal, Tami memutuskan menjual televisi di rumahnya ke tetangga.“Nggak bisa lebih, Bang?”“Kalau lebih sayangnya nggak bisa, tapi kalau kurang sangat bisa.”Tami hanya tersenyum mendengar jawaban dari Bang Asnani, kemudian menerima dua lembar uang seratus ribu sebagai bayaran.Sebelum kembali ke kontrakan Tami memutuskan untuk membeli sebungkus nasi dan telur ceplok sebagai santapan malam sebab dia tahu pasti kalau adiknya pasti sudah kelaparan. Mengingat, Ghania jarang sekali punya uang jajan. Dan sialnya, beberapa hari belakangan ini Tami juga tidak punya cukup uang untuk membuatkannya bekal. Itulah kenapa Ghania telah kehilangan ma
Read more

Gadis Kecil 5

“Di dunia ini tidak pernah ada perempuan yang mau menjadi pelacur. Akan tetapi, tidak semua perempuan mendapatkan nasib baik hingga bisa memilih. Mungkin memang ada perempuan yang suka rela melacurkan dirinya sendiri demi uang, tapi jelas mereka bukan pelacur sebenarnya. Karena pelacur sejati menjual diri mereka untuk kehidupan, bukan sekadar uang.” Tami masih bisa mengingat dengan jelas apa yang dikatakan oleh Yulia hari itu. Lebih tepatnya hari di mana ibu tirinya meninggalkan rumah sebelum kematiannya.Saat itu Yulia berdandan sangat cantik dengan rambut keriting sepinggang yang dibiarkan terurai. Dia mengenakan gaun panjang berwarna biru dengan sentuhan emas yang mewah. Dia benar-benar mirip bidadari saking anggunnya. Hanya saja, Tami tidak mengangka kalau bidadarinya sungguh memilih tinggal di surga.“Kenapa?” Seorang pria muda menepuk bahu Tami, lalu duduk di sebelahnya. “Jangan kebanyakan melamun, nanti kesambet lho.”“Setannya yang takut mau nyambet gue!” jawab Tami. “Bisa ngg
Read more

Gadis Kecil 6

“Saya nggak mau tahu, hal kayak begini nggak boleh sampai kejadian lagi karena kalau sampai dewan sekolah dengar kita bisa dalam masalah besar. Kamu nggak mau kan keringanan uang sekolahmu dicabut? Anggap saja ini bayaran yang harus kamu tebus sebagai rasa terima kasih karena orang tua mereka telah memberi potongan biaya sekolah.”Ghania tidak menjawab kala itu, dia justru berdiri lalu pergi meninggalkan ruangan kepala sekolah dengan perasaan campur aduk. Dia bersumpah jika suatu saat nanti biasa punya lebih banyak uang, akan dia sumpal mulut orang-orang penggila uang itu. Orang-orang kapitalis yang menganggap kemiskinan orang lain sebagai lahan kesenangan.Balas budi? Kedua kata itu benar-benar terdengar lucu di telinga Ghania sebab seumur-umur dia baru tahu bahwa mendapatkan beasiswa –tidak penuh –mengharuskannya menukar harga dirinya sebagai manusia. Padahal dia tahu persis bahwa orang tua anak-anak kaya itu melakukan semua kebaikan ini hanya untuk menyembunyikan kebusukan mereka. S
Read more

Rekomendasi 1

“Kami lebih baik membayar denda daripada harus bekerja di tempat ini.” Adalah ucapan yang paling sering Andini dengar dari para pegawai yang dia sewa jasanya bahkan sebelum genap sebulan bekerja. Kebanyakan dari mereka hanya bertahan satu atau dua minggu saja, dan karena itu juga lah kini rumahnya masuk daftar hitam di berbagai yayasan penyalur tenaga kerja, bukan hanya yang berada di kota ini tetapi bahkan hingga ke luar kota.Namun demikian, Andini paham betul bahwa ini bukan sepenuhnya salah pegawainya. Justru putranya lah biang masalah sebenarnya. Karena semua orang kini sudah tahu betapa sulit dan menyebalkannya Arjuna, putra sulung keluarga Anggara yang kini lumpuh dan tidak bisa apa-apa itu. Padahal sekarang dia hanya bisa terbaring di tempat tidur, tetapi tingkah jahilnya justru semakin menjadi-jadi seolah tidak punya belas kasihan pada Andini.Entah sudah berapa kali Arjuna berganti perawat selama lima tahun terakhir, Andini bahkan tidak ingat lagi. Yang jelas, setiap kali ada
Read more

Rekomendasi 2

“Menikah dan punya anak adalah dua hal yang paling aku hindari dalam hidup.” Mayang menuang alkohol ke dalam dua gelas kaca lalu memberikan masing-masingnya untuk dua orang perempuan paruh baya yang telah menunggu di depan meja bar.Meskipun seharusnya telah tutup setengah jam lalu, tetapi Mayang masih mau menerima kedua orang depresi di hadapannya untuk minum sebab dia tahu pasti bahwa hanya dengan inilah mereka bisa lebih tenang. Dia mencoba berempati pada keduanya, meskipun sebetulnya dia buta sama sekali soal drama rumah tangga semacam ini.“David selingkuh lagi!” ujar Ruth sembari mengangkat gelas di tangannya tinggi-tinggi, seolah hendak menuangkannya ke muka suami brengseknya. Akan tetapi, karena di hadapannya kini adalah orang paling berjasa –setidaknya memberi dia kesempatan minum tanpa perlu membayar –niat itu diurungkan. Buru-buru dia meneguk alkohol dengan nikmat, membakar tenggorokannya dan menciptakan sensasi tidak nyaman di perut. Hanya saja, justru inilah yang Ruth ingi
Read more

Rekomendasi 3

Antara cobaan dan hukuman, tidak ada yang bisa memastikan mana yang akan datang menimpa manusia. Terlebih, batas di antara keduanya hampir tidak ada. Sangat tipis. Namun, sebagai manusia yang telah menghabiskan seumur hidupnya untuk bersenang-senang, melalaikan Tuhan dan terlalu banyak menyakiti orang lain barangkali apa yang menimpa Arjuna akan lebih tepat jika dikatakan sebagai sebuah hukuman. Dia yang dulunya selalu pulang malam untuk berpesta dan meniduri wanita, kini terpaksa terbaring di atas ranjang tanpa sedikit pun bisa menggerakkan anggota tubuhnya, hanya mata dan mulutnya saja yang tersisa dan bisa dia kendalikan. Bahkan untuk sekadar menoleh saja dia kini harus dibantu oleh orang lain. Malah, akhir-akhir ini Arjuna tidak lagi bisa mengontrol hajatnya sendiri, akibatnya dia harus mengenakan popok sepanjang hari, seperti bayi.Arjuna tentu tidak pernah membayangkan bahwa dirinya yang dulu peselancar hebat, melancong ke pantai-pantai terindah di dunia untuk mengejar ombak baka
Read more

Rekomendasi 4

“Ayolah, Sayang! Kamu jangan menyiksa Mami seperti ini.” Meskipun dua bulan sudah berlalu sejak pengasuhnya meninggalkan rumah, tetapi Juna belum bisa bunuh diri lagi. Karena Andini malah terjun sendiri, mengurusnya di sela-sela kesibukan sebagai perancang busana. “Makan sedikit saja. Kamu kan tahu kemarin dokter bilang apa? Kamu punya asam lambung, kalau nggak makan bisa semakin parah.”Arjuna hanya terdiam, menutup rapat mulutnya.Baginya, mati karena asam lambung tidak terlalu buruk. Toh, dia juga sudah bosan hidup. Semakin banyak penyakit yang datang, semakin banyak juga kemungkinan dia untuk mati. Kalau bisa mati tanpa percobaan bunuh diri, kenapa tidak?“Arjuna, buka mulutmu!” Andini menyodorkan nasi ke mulut putranya dengan putus asa. “Satu suap ini saja, ya?”Juna yang tidak bisa menggeleng tetap terdiam, atau lebih tepatnya hanya reaksi inilah yang bisa dia berikan. Matanya menatap ke bingkai-bingkai foto di dinding kamar. Potret dirinya di masa kecil, remaja hingga dewasa. Ju
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status