Home / Romansa / Bukan Cinta Buta / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Bukan Cinta Buta: Chapter 31 - Chapter 40

55 Chapters

Arjuna Sakit

“APA?”Suara Gina melengking, dan memaksa Tami menjauhkan ponsel pintar dari telinganya. Teriakan sahabatnya itu memang tak tertahankan, tentu saja. “JADI, LO SUDAH MENIKAH SAMA COWOK ITU?” lanjut Gina tak kalah emosi. “Yang benar saja?” lanjutnya.Meskipun hanya via suara, tapi pertanyaan Gina memaksa Tami mengangguk. “Begitulah. Gue sendiri kayak masih nggak percaya sama semua ini. Kayak mimpi, Gin. Benar-benar mimpi buruk.”“Oh Tuhan!” Gina menghela napas panjang dan Tami bisa mendengar dari suaranya. “Terus, lo sekarang gimana?”Tami mengelap wajahnya menggunakan kapas dan cairan pembersih riasan, mencoba menghilangkan bedak tebal yang sejak tadi pagi menempel di wajahnya menggunakan cairan pembersih. “Gue masih di apartemen.”“Sendirian?”“Nggak lah.” Tami meletakkan kapas kotor di atas meja, menatap wajahnya yang kini tampak mengerikan. “Badan gue rasanya kayak mau lepas, Gin. Capek banget. Gue harap mereka akan segera pulang supaya bisa beristirahat dengan tenang.”Gina tidak
Read more

Rindu

Sejujurnya, Tami bingung.Dia tak tahu harus berbuat apa sekarang, sebab hatinya benar-benar kacau. Arjuna memang suaminya, tapi mereka bahkan tidak benar-benar saling mencintai, apalagi untuk berkomitmen bersama, kecuali karena ancaman dari sebelah pihak ini. Namun, dia juga cemas setengah mati di sana. Tubuhnya berdebar hebat saat menyaksikan tubuh Arjuna dibawa oleh para perawat masuk ke UGD.Berulang kali Tami menunduk, menangkat wajah, menutup dan membuka mata. Dia bahkan meremas jemarinya sendiri dan berharap bisa segera melewati masa yang sangat mencekam ini. Yah, bagaimanapun juga Arjuna adalah suaminya sekarang, sekalipun pernikahan mereka hanya catatan di atas kertas.Tidak lama kemudian, tampak Dokter keluar dari ruangan, menghampiri Tami. “Dengan keluarga Pak Arjuna?”“Saya sendiri, Dok!” jawab Tami. “Saya ...,” dia menggantung perkataannya, sebelum kemudian melanjutkan, “saya istrinya Pak Juna.”“Oh, baiklah. Bisa Ibu ikut saya ke ruangan,” kata Dokter.Tami mengangguk.
Read more

Rahasia Persahabatan

“Sayang!”Tami menyentuh wajah Ruben dengan haru, sungguh dia tak bisa menggambarkan kebahagiaannya kali ini dengan kata-kata. Dadanya mendadak lega saat mendapati wajah pria yang dicintainya tersebut ada di depan mata. Begitu juga dengan Ruben, usapan tangannya membelai pipi lembut Tami sebelum akhirnya menjatuhkan ciuman mesra di pipinya. “Kamu sehat-sehat kan, Tam?”Hanya anggukan kecil yang bisa Tami berikan sebagai jawaban. “Aku kangen banget sama kamu dan kontrakan kita.”Ruben tertawa mendengar ucapan kekasihnya. Dia mengusap kepala Tami, mengacak-acak rambutnya sebelum akhirnya menoleh ke arah Arjuna yang terdiam. Tidak! Arjuna sama sekali tak keberatan dengan adegan yang ditampilkan oleh sepasang kekasih itu, hanya saja dia tengah terjebak dalam pikirannya sendiri. Mengenai kondisi kesehatannya.Apakah cukup adil bagi Arjuna memisahkan Tami dari pria yang sangat dia cintai demi berpura-pura? Yah, seharusnya Arjuna memikirkannya terlebih dahulu sebelum menjalankan ide gilanya
Read more

Perempuan Terbaik

“Mbak Tami!”Panggilan Mbok Manti seketika membuat Tami yang baru saja selesai mandi buru-buru keluar dari kabin, lengkap dengan rambut yang masih basah dan dibungkus handuk. Dengan langkah besar dan berlari kecil, hampir saja Tami tersandung kalau tak berhati-hati.“Ya, Mbok?”“Eh, lho, kok Mbak Tami mandi di kabin?” tanya Mbok Manti kebingungan. Tami awalnya merasa agak kikuk tapi sebisa mungkin bersikap tenang. “Eh, saya sengaja mandi di kabin, soalnya di toilet kamar, Mas Juna lagi ....”“Eh, kalian kan sudah sah jadi suami istri!” Mbok Manti malah tertawa. “Seharusnya, tidak apa juga kalau mau mandi bareng. Masih malu-malu ya?”“He he he!” Tami menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Eh, omong-omong ada apa ya, Mbok? Ada yang bisa saya bantu?”Mbok Manti menggeleng. “Harusnya, saya yang bilang begitu ke Mbak Tami. Kan di rumah ini, Mbak Tami sudah jadi Nyonya. Itu, saya sudah siapkan makanan. Silakan dinikmati selagi hangat. Sekalian, Mbok mau izin keluar sebentar.”“Oh, iya. Mak
Read more

Arjuna dan Cinta Pertama

[Mama: Kalian jadi datang, kan?][Tami:Jadi kok, Ma.Kami masih terjebak macet di jalan].[Mama:Cepat datang ya.Mama sendirian di rumah].[Tami:Mama sabar ya.Kami sudah dekat kok].“Siapa?” Juna yang sejak tadi fokus menyetir bertanya, tapi hanya dijawab senyuman kecil oleh sang istri. Namun, itu cukup untuk membuat pria itu paham. “Mama ya? Sori banget kalau nyokap gue ganggu.”Tami menggeleng, sambil memasukkan ponsel ke dalam tas jinjing merah mudanya. Tas yang masih sangat baru, dari Nyonya Anggara sebagai kado pernikahan Tami dengan Arjuna. “Aku malah senang banget.”“Senang?”“Yup!” jawab Tami bersemangat. “Sudah lama aku nggak dapat perhatian dari seorang Ibu.”“Tapi, kamu nggak lupa kan kalau ini hanya akting?”“Ya nggak mungkin lupa lah!” jawab Tami seolah tidak terima. “Mana mungkin saya melupakan kenyataan kalau ada Ruben di luar sana. Ngomongin Ruben, dia sedang apa ya kira-kira?”“Kenapa kamu nggak jenguk dia saja?”“Boleh?”“Tentu.”“Kan nggak akhir pekan?”“Nggak
Read more

Cinta Curiga

“Kakak mau minum?” tanya Anjas setelah membantu kakaknya duduk. Dia menoleh pada segelas teh hangat yang diletakkan di sisi ranjang, tapi segera ditolak oleh Juna. “Kakak jangan banyak bergerak dulu.”Arjuna menggeleng. “Aku baik-baik saja, Njas. Kamu tenang saja.” Dia menoleh ke arah Viviane yang berdiri di dekat pintu, tampak jelas kalau gadis itu sengaja menghindari kontak mata dengannya. “Bagaimana persiapan pernikahan kalian?”“Sudah tujuh puluh persen, Kak!” jawab Anjas sembari menoleh ke pada kekasihnya, memaksa Vivi mau tak mau tersenyum juga. “Oh iya, Mama kemarin bilang ke Vivi supaya di acara resepsi nanti, Kak Juna dan Tami ikut.”“Tentu saja, aku dan Tami akan datang di acara kalian.”“Bukan itu maksudnya,” ujar Anjas sambil memijat kaki Juna. “Mama ingin Kakak dan Tami resepsi juga. Keluarga besar kita perlu kenal dengan menantu barunya.”Juna seketika menggeleng, tegas. “Jangan, Njas.”“Kenapa?”“Itu hari spesial kalian. Mana mungkin aku dan Tami menganggu. Lagipula, ap
Read more

Duka atau Bahagia?

“Tam?“Tami?“Tam, kok diam saja sih?”Pertanyaan Arjuna membuat Tami menoleh, kaget. “Mas Juna manggil aku?”Ajuna yang sejak tadi fokus menyetir akhirnya menghela napas panjang. Jelas sekali kalau dia tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh gadis di sebelahnya. Padahal jelas-jelas sejak tadi dia mengajak Tami bicara. “Lagi mikirin apa sih?”“Nggak mikirin apa-apa kok,” jawab Tami. “Masa?” Arjuna mengfokuskan pandangannya ke depan, pada jalanan aspal yang lurus dan dipenuhi banyak kendaraan. “Lo di ajak Mama ngomongil hal yang macam-macam ya?”“Heh?”“Mama cerita apa saja soal gue?” tanya Juna, meskipun lebih terdengar seperti tuduhan. “Lo nggak usah terlalu termakan omongan Mama. Nggak usah banyak dipikirkan.”Tami mengangguk, memaksakan senyuman di wajahnya. “Iya, Mas.”“Oh iya, kamu jadi ketemu Ruben kan?”“Ya. Mas Juna juga ke rumah sakit?”Arjuna mengangguk. “Tentu saja. Aku ada janji dengan dokter Hans.”Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Segera Tami men
Read more

Selingkuh?

“Jangan asal bicara kamu, Tami!” Arjuna mengalihkan pandangannya ke arah lain, sementara jemari tangan kirinya meremas stir mobilnya kuat-kuat. “Aku justru akan sangat bahagia kalau bisa menyaksikan pernikahan Anjas dengan Viviane. Mereka pantas bahagia. Mereka sudah seharusnya mendapatkan kebahagiaan itu.”“Oh ya?” Viviane menarik napas dalam, kemudian menghelanya. “Aku nggak tahu masalah apa yang sedang kalian hadapi tapi apakah kamu menikahiku hanya karena takut? Maksudku, kamu takut hidup?”Juna menggeleng, tapi itu jelas dibuat-buat. “Jangan gila, Tami. Buat apa aku melakukan hal konyol semacam itu?”“Ya, siapa tahu saja kan?” ujar Tami dingin. “Aku kan juga nggak tahu bagaimana kondisi kalian sebenarnya. Tapi, sejujurnya aku heran, kenapa orang sebesar kamu malah kepikiran untuk menyewa perempuan menjadi istri palsu,” lanjutnya. “Kenapa kamu tidak mencari perempuan yang sungguh ingin menikahimu? Apa itu namanya kalau ..., kamu takut hidup?”Yang dikatakan oleh Tami ada benarnya.
Read more

Hubungan

“Maksud Bapak apa?” Tatapan mata Gina seolah menandakan bahwa ada rahasia yang coba dia sembunyikan. Jelas sekali. Namun, Juna hanya tersenyum kecil sambil melanjutkan, “Kamu harus berhati-hati, Gina. Tidak banyak orang yang mau belajar pada kesalahan orang lain. Dan sepertinya, kamu telah merencanakan semua ini sejak lama. Kenapa?” “Pak Juna bicara apa?” jawab Gina gugup. Sekujur tubuhnya seolah menggigil. “Saya nggak paham.” Juna mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kamu tahu apa yang saya maksud. Kamu dan Ruben punya hubungan spesial kan?” “Heh?” “Kalian berdua menipu gadis itu, bukan?” “Tidak!” Gina menegaskan. “Saya sama sekali nggak punya rahasia apapun. Itu hanya perasaan Bapak saja.” Dia menyeka keringat di keningnya. “Ya sudah ya, Pak. Saya mau –” “Tami datang untuk menemui Ruben,” sela Juna. “Lebih baik kamu kembali saja.” Mendengar hal tersebut, Gina menoleh. Tatapannya redup. Kemudian, dia menghela napas panjang. Menandakan bahwasanya dia tak bisa menanggung perasaan t
Read more

Viviane

Arjuna bisa melihat ibunya yang sedang berdiri di depan pintu, tepat ketika dia menghentikan mobil di pekarangan. Nyonya Anggara jelas sangat mencemaskan putra pertamanya itu. Yah, bagaimanapun juga apa yang menimpa Juna sebelumnya seolah telah merobek perasaan wanita paruh baya itu. Dia sangat mencemaskan putra sulungnya.“Tami, kamu jangan bicara apa-apa ke Mama ya?” Sekali lagi, sebelum membuka pintu mobil Arjuna memperingatkan sang istri. Suaranya tegas dan penuh penekanan. “Dann, jangan singgung apapun soal donor jantung.”Tami hanya bisa mengangguk-angguk saja. Meskipun jelas sebenarnya dia sangat tersiksa. Terlebih dia ingin semua ini cepat berakhir. Namun, mau tak mau Tami harus mengikuti arahan suaminya. Dia turun dari mobil, menarik kedua ujung bibirnya lalu menghampiri sang mertua.“Mama sudah lama?”“Nggak kok, Tam.”“Vivi mana, Ma?”“Di dalam.”“Sudah dibuatkan teh?”“Sudah.”“Ma,” Juna yang sejak tadi diam akhirnya buka suara. “Aku mau ke toilet dulu ya. Mau buang air ke
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status