Home / Romansa / Bukan Cinta Buta / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Bukan Cinta Buta: Chapter 11 - Chapter 20

55 Chapters

Rekomendasi 5

Sejak lulus dari sekolah keperawatan, Utami Saraswati telah menggeluti profesi ini, meskipun pada awalnya dia tidak langsung berdiri sendiri dan masih bergabung dalam sebuah yayasan pelayanan kesehatan. Sebelum berfokus pada perawatan di rumah, dia dulunya juga melayani pasien di rumah sakit akan tetapi dikarenakan tuntutan ekonomi, dia akhirnya memutuskan untuk mandiri. Pun membiayai anak-anak di panti asuhan juga tidak murah. Memang benar, ada donatur yang secara rutin memberikan tambahan biaya tetapi sama sekali belum cukup untuk membiayai seluruh anak. Terlebih sejak Bu Santika, pemilik yayasan sekaligus ibu angkatnya meninggal dunia, Tami lah yang mengambil alih tanggung jawab sepenuhnya. Mulai dari biaya makan hingga pendidikan, Tami tanggung sendiri di pundaknya.Beruntung, kini memiliki sosok seperti Ayumi dan Jenar yang setia membantunya menjaga adik-adik hingga Tami dapat mengfokuskan diri pada pekerjaannya sebagai perawat. Melayani para penyewa jasa, sekaligus sumber pendapa
Read more

Rekomendasi 6

“Berapa pun yang Anda minta pasti akan saya berikan, tapi tolong bantu saja.”Andini sudah hampir berlutut kalau saja Tami tidak menghentikannya. Dia menarik kembali perempuan paruh baya itu untuk duduk di kursi, terlebih karena mereka kini menjadi pusat perhatian semua orang di kafe yang sangat ramai siang itu. Tentu saja Tami tidak mau disangka sebagai orang jahat karena membiarkan perempuan yang lebih pantas disebut ibunya ini mengemis di kakinya.“Ini bukan soal uang, Bu.”“Lalu, apa?” Andini menyeka air mata. “Putra saya telah lama menderita. Jika ditunda, saya takut akan terjadi apa-apa padanya. Hanya Anda yang bisa menolongnya.”Tami menarik napas panjang, lalu mengembuskannya lewat mulut secara perlahan. “Saya ini bukan Tuhan. Pertolongan yang saya berikan tidak lebih dari usaha biasa. Anda orang kaya, tentu punya uang untuk menyewa perawat professional lainnya. Yang lebih hebat, atau bahkan yang jebolan universitas bagus di luar negara.”“Percuma!” tegas Andini. Tangannya yang
Read more

Patah Hati 1

Meskipun kini menganggur tetapi kebutuhan hidup tidak bisa diundur, itulah kenapa selama seminggu terakhir Tami tak henti-hentinya mencari lowongan pekerjaan untuk dia isi. Karena semakin lama dia menganggur, kian banyak juga hutang yang nantinya harus dia bayarkan. Pun dia juga tidak enak hati sebab terus-terusan merepotkan Diah. Sahabatnya yang satu itu sudah terlalu banyak membantu, bahkan sejak bertahun-tahun lalu.Tami masih ingat betul setelah sang ibu meninggal, di saat dia terlunta-lunta di jalanan, Diah lah orang pertama yang mengajarinya bertahan. “Hidup di Jakarta ini keras. Sebagai orang dewasa, kita harus bisa melawan dunia. Di sini kita makan atau dimakan.”“Tapi, gue masih anak-anak.”“Nggak peduli berapapun umur lo, tanpa orang dewasa yang bisa melindungi artinya lo bukan lagi anak-anak. Terlebih, ada Ghania yang harus lo hidupi.”Usia Diah tiga tahun lebih tua dari Tami. Namun, fisiknya sama sekali tidak mirip anak remaja. Riasan di wajahnya membuatnya kala itu tampak
Read more

Patah Hati 2

Dia masih bisa mengingat dengan sangat jelas hari di mana Galih membawa perempuan itu ke rumah mereka. Dengan rambut panjang tergerai dan tubuh di balut gaun pendek selutut berwarna merah menyala, Yulia menyapa Tami Kecil. Sayangnya, Tami tidak menyambut uluran tangan Yulia, mengingat bocah itu menduga bahwasanya pernikahan ayahnya tak bakal bertahan lama. Paling banter sebulan, ayahnya akan mencari perempuan lain, atau malah di perempuan lah yang akan minggat dari rumah. Pun Tami juga masih trauma sebab hampir semua istri ayahnya selalu memperlakukannya dengan buruk, mulai dari menyuruhnya mengerjakan pekerjaan rumah, memukuli bahkan sampai tidak memberinya makan sama sekali.Tami Kecil langsung berlari ke dalam kamar, meringkuk di atas kasur lantai tipis –yang bahkan tidak pantas disebut sebagai kasur –di sana. Bahkan ketika jam makan malam tiba, Tami memutuskan untuk tetap pada posisinya, menolak bergabung ke meja makan sekalipun aroma ayam goreng sangat menggoda. Dia tidak boleh la
Read more

Patah Hati 03

“Jangan! Bapak! Lepaskan!”Tami Kecil berteriak sambil memegangi kaki Galih, mencoba menahan sang ayah agar berhenti sebab tubuh Yulia kini telah terkapar di atas lantai. Lebam di mana-mana, membuat paras cantiknya seolah lenyap dilahap rasa sakit yang kian menjadi-jadi.“DIAM!” Galih menendang putrinya, kemudian menarik rambut Yulia sebelum pada akhirnya membenturkan tubuh wanita malang itu ke dinding.Merupakan sekelebat banyangan mengenai masa remajanya dahulu, yang sampai mati rasanya tidak bakal Tami lupakan dari kepala. Ayahnya hanyalah mimpi buruk, tidak ada satu pun kebahagiaan pernah dia rasakan sepanjang hidup bersama Galih. Pria itu alih-alih merawat justru dirawat oleh putrinya yang belum genap sepuluh tahun saat itu.Itulah kenapa begitu mendengar bahwa sang ayah bebas dari penjara, Tami buru-buru pulang ke rumah. Dia tahu pasti kalau Galih akan kembali, meminta uang dan bahkan berpotensi melakukan hal aneh-aneh lagi, yang akan merugikan orang lain. Beberapa tahun lalu Gal
Read more

Patah Hati 4

Sudah dua jam Tami duduk di depan ruang operasi, menanti kondisi adiknya yang sedang berjuang antara hidup dan mati. Ghania mengalami pendarahan hebat akibat luka di perutnya, memaksa para medis untuk segera mengambil tindakan.Di samping Tami, Puja dan Diah duduk menemani. Bahkan Diah lah yang suka rela membayarkan seluruh biaya penanganan medis Ghania, mengingat keluarga mereka sama sekali tidak ditanggung asuransi. Pun pemerintah belum menyediakan asuransi kesehatan seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Alhasil, demi kehidupan Ghania yang lebih panjang mereka harus membelinya dengan uang secara cash.“Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa bokap lo bebas dari penjara?” Puja yang sejak tadi diam akhirnya buka suara, memecah keheningan di antara mereka. “Bukankah seharusnya dia dikirim ke Nusa Kambangan?”Tami menggeleng, kedua tangannya saling meremas satu sama lain. “Gue juga nggak tahu. Aneh rasanya melihat orang kayak dia dapat potongan penahanan.”“Yang benar saja?” Di
Read more

Resiko 1

Sejujurnya Angga sedikit merasa kurang cocok dengan gaya pengasuhan Tami, menurutnya perempuan itu terlalu kasar dan tidak menampakkan sisi kelembutan seorang perawat pada umumnya. Mengingat selama bertahun-tahun terakhir keluarga mereka telah mempekerjakan banyak orang dari berbagai yayasan sudah tentu Angga sedikit banyak paham bagaimana seorang pekerja harusnya menangani orang-orang dengan kondisi spesial seperti anaknya. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berbuat banyak dikarenakan Andini telah sepenuhnya mempercayakan putra sulung mereka kepada Tami. Sebagai suami, Angga tidak mau jikalau dia tampak seperti pria kolot yang membatasi pasangannya, terlebih selama ini Andini sudah berjuang keras merawat Arjuna, dan tidak mungkin istrinya itu hendak mencelakai anak mereka.Seminggu sebelum akhirnya Tami tinggal di rumah mereka, Andini terus menerus membicarakan soal keajaiban dalam diri gadis itu. Utami telah berhasil memulihkan banyak orang, juga testimoni dari bekas kliennya. Dikataka
Read more

Resiko 2

Dan pagi itu, ketika dia hendak menuju meja makan Angga melihat anak bungsu serta istrinya telah lebih dulu berada di sana. Juan hanya mengaduk-aduk piring, sedangkan Andini memakan nasi goreng dengan tatapan kosong. Keduanya terdiam. Tidak ada obrolan satu sama lain.“Kenapa ini?” tanya Angga sambil menarik kursi di ujung meja untuk dia duduki. “Apakah kalian sedang sakit gini?” lanjutnya mencoba memecah keheningan.Juan mendengkus. “Candaan Papa garing banget.”“Jadi, kenapa kalian semua diam?” Angga kembali bertanya, lalu membalik piring makan di depannya sebelum diisi dengan nasi goreng tanpa kecap buatan Andini. “Ini sangat tidak biasa, bukan?”“Perempuan itu menyebalkan!” ungkap Juan. “Dia bahkan belum genap sehari tinggal di sini tapi sudah berani melarangku datang ke kamar Kak Juna. Awas saja, aku akan membuat peringatan untuknya.”“Juan!” Andini memeloti putra kecilnya. “Jangan buat masalah! Kita harusnya senang karena Tami mau bekerja di rumah ini. Memangnya kamu tidak mau ka
Read more

Resiko 3

“Nanti aku hubungi lagi.”Tami menutup pintu mobil, lalu tanpa berbalik dia melangkahkan kaki menuju gerbang rumah keluarga Anggara yang tinggi menjulang. Sebenarnya butuh keberanian baginya untuk mengambil langkah mengingat kredibilitasnya sedang dipertaruhkan. Dia telah dicaci-maki orang kemarin, karena dengan sepihak membatalkan kontrak kerja sama, untungnya Andini mau membayarkan uang ganti rugi kepada calon pasien Tami yang jatahnya diambil oleh Arjuna.Terlihat jelas betapa Andini mencintai putranya, membuat Tami terkadang sangat iri mengingat dia dan anak-anak di panti hidup tanpa genggaman orang tua. Kedatangannya pun langsung disambut oleh Andini Anggara, dia dibawa ke bangunan besar penuh pegawai rumah tangga.“Asrama ini bahkan lebih baik dari panti asuhan kami.”Pernyataan Tami tentu membuat Andini tersenyum. “Kalau begitu bukankah artinya Anda akan betah?”“Sayangnya, kalau boleh saya ingin tinggal di rumah utama,” katanya. “Maaf, Nyonya. Bukannya saya hendak lancang tetap
Read more

Resiko 4

“Sarapannya sudah habis?”Tanpa perlu Tami menjawab, Andini sudah tahu dari banyaknya makanan sisa makanan di dalam mangkuk. Namun, sebagaimana telah dikatakan pada kontrak awal, dia memutuskan untuk diam dan tidak berkomentar sama sekali. Hanya senyuman tipis di bibir saja yang digunakan sebagai tanda bahwasa ibu tiga anak itu tidak senang dengan situasi tersebut. Lalu, dia melihat Tami menuangkan air hangat ke dalam wadah besar yang biasa digunakan untuk menyeka tubuh Juna.“Tunggu! Dia akan diseka?”Tami mengangguk. “Benar, Nyonya.”“Bahkan sebelum makan?”“Dia akan makan saat lapar. Anda tenang saja,” jawab gadis berambut panjang tersebut sebelum meninggalkan dapur.Sesampai di kamar Juna, Tami justru mendapati penolakan dari Juna. Seperti biasa pria itu enggan dibersihkan, sayangnya, lagi dan lagi Tami tidak banyak menjawab dan justru membawa kembali peralatan mandi tersebut ke luar.“Kenapa?” tanya Juna. “Kenapa tidak membujukku?”Tami melebarkan senyumannya. “Buat apa?”“Lo diba
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status