Tami duduk di antara Pak Burhan dan Bu Fitri, membiarkan dirinya dalam suasana tak nyaman dan dingin. Yah, meskipun sebenarnya dia tampil memesona, sama sekali tak merasakan demikian. Justru dia merasa bahwa kini dirinya macam badut yang dipertontonkan. Air matanya bahkan tertahan di pelupuk mata, menghasilkan rasa panas yang menyesakkan dada.“Tami?” Bu Fitri berbisik, “kamu kenapa?”“Tidak apa, Bu.”“Tahan ya.”“Baik, Bu.”“Langsung saja, Pak, Bu,” Om Romi membuka pembicaraan di tengah keheningan. “Saya selaku perwakilan dari keluarga Anggara datang kemari untuk membicarakan permasalahan serius dengan wali dari Tami. “Sebelumnya, kami sangat berterima kasih karena keluarga Tami mau menerima kedatangan saya dan keluarga di rumah yang nyaman ini. Kami juga sangat berterima kasih atas penyambutan yang kalian dan keluarga berikan.” Pak Burhan menjawab, “Terima kasih kembali kepada Bapak, Ibu dan keluarga sudah mau berkunjung ke apartemen kami yang sederhana ini.”“Sebelumnya, barangka
Read more