"Tom, tunggu!" Suara Dara melejit bak roket, menyerang sesosok cowok yang berjalan beberapa meter di depannya.Cowok yang lagi memainkan kunci mobil di tangannya sontak berhenti dan berbalik ke belakang. Ia mengerutkan dahi begitu melihat sahabat centilnya berlari ke arahnya."Tom, huft, huft, huft....""Lo kenapa? Mau ngelahirin?""Sembarangan! Bentar, gue atur napas dulu. Huft, huft, huft, huft—""Oh, kirain abis ciuman sama Paman Agus, lo bakal langsung ngelahirin anak.""Ngawur! Amit-amit, jangan sampai," pekik Dara, yang membuat Tomi langsung terbahak. "Ikut gue, yuk!""Eh, ke mana dulu?""Udah, ikut aja deh. Penting banget ini, demi hidup dan mati gue."Tomi mencibir, meskipun ia tahu setiap perkataan Dara nggak ada yang bisa dipercaya—kebanyakan suka dilebih-lebihkan—tetapi ia tetap pasrah sa
Baca selengkapnya