Semua Bab Bimantara Pendekar Kaki Satu: Bab 401 - Bab 410

582 Bab

401. Andana Warih

Aksara berdiri menunggu di depan istana batu, di negeri Chandaka Uddhiharta. Dia menunggu kedatangan Bimantara sudah ratusan purnama. Tak lama kemudian Dewa Angin datang menemuinya. Aksara langsung terduduk hormat padanya.“Tugasmu telah selesai,” ucap Dewa Angin.Aksara heran.“Maksudnya, Maha Dewa?”“Bimantara tak akan kembali ke istana ini,” jawab Dewa Angin.Aksara terkejut mendengarnya.“Apakah dia gagal menjadi Chandaka Uddhiharta?” tanya Aksara heran.“Dia telah berhasil,” jawab Dewa Angin.Aksara semakin heran.“Jika dia telah berhasil, kenapa Bimantara tidak akan kembali ke sini lagi?”“Dia telah mempelajari semua kitab yang ada di perpustakaan istana ini. Itu artinya dia akan kembali menjadi manusia yang utuh, tanpa ada campur tangan para Dewa lagi. Dia pun akan melupakan campur tangan para Dewa yang telah membantunya menjadi Chandaka Uddhiharta selama ini,” jawab Dewa Angin.“Lalu, apa yang akan Bimantara lakukan selanjutnya? Apakah tugasnya telah selesai?” tanya Aksara her
Baca selengkapnya

402. SEASON 3 : Negeri Tanpa Pendekar

Bimantara terheran-heran melihat dirinya terdampar ke negeri asing itu. Dia mendekati dua pemuda yang berwajah sama itu. Mereka berumur 17 tahun, memiliki rambut ikal yang sama. Kulit mereka hitam. Pakaian yang mereka kenakan juga berwarna hitam.“Kalian tahu, sejauh apa jarak negeri ini dengan Nusantara?” tanya Bimantara.Dua pemuda kembar itu mundur selangkah bersamaan. Mereka tampak takut melihat Bimantara yang tampak tak terawat. Rambutnya panjang menggimbal. Pakaian yang dikenakannya compang camping. Wajahnya menghitam karena terbakar matahari. Tubuhnya tampak bau dan tercium ke hidung pemuda itu.“Ka... kami tidak tahu!” ucap salah satu dari pemuda itu.“Ta... tapi kami pernah mendengar nama Nusantara itu,” jawab pemuda di sebelahnya.Bimantara tampak berpikir. Dia menoleh ke arah lautan. Sudah bertahun-tahun dia terombang ambing di lautan. Pelayarannya pasti sangat jauh. Dia yakin negeri itu sangat jauh dari Nusantara. Saat Bimantara menoleh ke pemuda kembar itu, Bimantara terk
Baca selengkapnya

403. Perjalanan Baru

Gavin dan Gala membawa Bimantara menuju jalanan tengah hutan. Bimantara heran.“Apa negeri ini dipenuhi hutan yang luas?” tanya Bimantara.“Tidak, negeri ini dipenuhi perkampungan,” jawab Gavin.“Kenapa kita melewati jalan yang sepertinya tak pernah dilewati oleh siapapun?” tanya Bimantara heran.“Kami harus menjauhkanmu dari orang-orang kampung,” jawab Gala.Bimantara melompat lalu berputar di atas udara dan mendarat di hadapan mereka dengan kaki satunya.“Kenapa aku harus disembunyikan?” tanya Bimantara heran.Gavin dan Gala saling melihat dengan bingung.“Tampangmu,” jawab Gavin.Bimantara kembali melihat tubuhnya yang compang camping. Dia mengerti, pasti orang-orang kampung akan menyangka si kembar itu membawa orang gila ke rumahnya. Bimantara akhirnya diam, lalu berjalan duluan di hadapan mereka.“Hey!” panggil Gavin.Bimantara berhenti melangkah dengan tongkatnya lalu menoleh pada Gavin.“Kenapa?”“Harusnya kami yang di depan. Kau kan tidak tahu di mana rumah kita,” jawab Gavin.
Baca selengkapnya

404. Puteri Kidung Putih

“Hey! Kenapa kau mengikutiku?” tanya Bimantara pada kuda itu.Kuda itupun bersuara lagi sambil mengangkat kedua kakinya.“Sepertinya dia tak ingin kau tinggalkan, Tuan,” ucap Gavin.“Kenapa tidak aku ajak saja! Toh dia kuda yang gagah dan penurut!” pinta Gala.Kuda itu semakin bersuara. Seolah tampak senang dibela oleh si kembar itu. Bimantara tampak berpikir, tiba-tiba dia kasihan melihat wajah kuda itu yang seolah memohon untuk dibawa Bimantara. Lagipula, kuda itu penting untuknya untuk berkeliling ke negeri itu.“Baiklah! Kau boleh ikut denganku!” ucap Bimantara pada akhirnya.Kuda itu tampak senang lalu mendekat ke Bimantara sambil menjilati bahunya. Bimantara geram.“Jangan kau sentuh aku!” tegas Bimantara.Kuda itu berhenti menjilati bahunya. Gavin dan Gala saling berbisik lagi.“Kenapa tidak kuda itu saja yang membawa ikan-ikan ini?” tanya Gala.“Benar,” jawab Gavin.Gavin pun mendekat ke Bimantara.“Kau akan membawanya bersamamu?” tanya Gavin penasaran pada Bimantara.“Iya,” j
Baca selengkapnya

405. Tanda Kepala Naga

Bimantara mencari-cari keberadaan Kuda Putih itu. Gavin dan Gala ikut panik karena ada dua karung ikan di punggung kuda itu, mereka pasti akan dimarahi neneknya jika pulang tak membawa ikan-ikan itu, dan jika tidak menemukan kuda itu, sudah pasti Gavin dan Gala akan mengajak Bimantara kembali ke lautan untuk menangkap ikan.“Kemana dia?” tanya Bimantara heran.“Apa dia kesal karena kita meminta bantuannya untuk membawa ikan-ikan itu?” tanya Gavin heran.“Itulah tugas kuda, membantu kita,” ucap Bimantara.“Apa kuda itu pergi mengikuti Tuan Puteri?” tanya Gala tak percaya.Bimantara mengernyit heran.“Kenapa dia harus mengikuti Tuan Puteri itu?”“Konon katanya Tuan Puteri pencinta hewan dan binatang, hingga hewan dan binatang memiliki intuisi yang tajam dan mencintai Tuan Puteri,” jawab Gala.Bimantara terdiam mendengarnya. Tak lama kemudian tedengar suara hentakan kuda yang banyak. Gavin dan Gala ketakutan.“Kita harus bersembunyi lagi!” pinta Gavin.Gala dan Gavin pun langsung bersemb
Baca selengkapnya

406. Siapa Pemuda Itu?

“Bagaimana dia membantu kalian hingga bisa mendapatkan ikan sebanyak ini?” tanya Nenek itu pada Gavin dan Gala. Mereka tengah berada di beranda rumah saat Bimantara sudah pergi ke sungai membawa pakaian yang dipinjamkan oleh Gavin. Dua cucunya yang kembar itu saling menatap dengan bingung. Mereka ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, namun mereka khawatir Nenek kesayangannya itu tak akan mempercayainya.“Kenapa kalian diam?!” tanya Neneknya heran. Ya, Nenek itu bernama Amita. Dia lahir di negeri Andana Warih saat negeri itu dipenuhi para pendekar yang gemar melakukan pertumpahan darah.“Jawab!” teriak Amita pada dua cucu kembarnya.Dua pemuda tampan itu tampak takut dan gemetar.“Pemuda itu membantu kami dengan menggunakan tongkatnya, Nek” jawab Gavin.Amita terkejut mendengarnya. Angin petang menyapu wajahnya. Pepohonan di sekitar rumah tampak bergoyang mengeluarkan suara misterius.“Dengan tongkat itu?”“Iya, Nek.” Kali ini Gala yang bicara.Amita terdiam cukup lama. Gavin
Baca selengkapnya

407. Aku Bukan Siapa-Siapa

Bimantara duduk di atas batu. Dia baru saja selesai mandi dan mengganti pakaiannya yang dipinjamkan oleh Gavin. Matanya tampak sayu memandangi aliran sungai yang mengalir tidak begitu deras. Tongkat hitamnya Ia sandarkan pada batu. Ujung tongkatnya tenggelam di aliran sungai. Wajahnya yang sudah bersih terlihat jelas dari permukaan sungai. Kuda putih yang ditemukannya di pinggir pantai tampak berdiri dengan keempat kakinya di pinggir sungai. Bimantara menoleh padanya.“Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau menemuiku dan ingin ikut denganku? Apakah kau datang dari Nusantara? Apakah kau jelmaan dari para dewa yang sengaja ingin menemaniku?” tanya Bimantara pada kuda putih itu.Kuda putih itu hanya diam, tidak bersuara seperti biasanya.“Jika benar kau datang dari jelmaan para dewa atau dikirim dewa untukku, tugasku sebagai Chandaka Uddhiharta sudah selesai. Aku telah menyelamatkan Nusantara dari Penguasa Kegelapan. Kini aku ingin menjadi diriku sendiri. Aku akan melepaskan semua ilmu yang ak
Baca selengkapnya

408. Janardana

Amita datang dari dalam hutan. Dia heran melihat pemuda itu tidak ada bersama kedua cucu kembarnya. Gavin dan Gala berdiri dengan bingung saat mendapati Neneknya sudah kembali ke sana.“Mana pemuda itu?” tanya Amita.“Dia sudah tidak ada lagi di sungai saat kami mencarinya ke sana, Nek,” jawab Gavin.Amita menatap wajah Gavin dengan lekat. Dia tahu kalau cucunya itu sedang berbohong.“Kalian pasti membiarkannya pergi dari sini kan?” tebak Amita yang membuat Gavin dan Gala semakin gugup.“Benar, Nek.” Kali ini Gala yang menyahut.“Hanya Chandaka Uddhiharta yang memiliki tongkat hitam itu dan hanya dia yang dapat mengendalikan tongkat hitam itu. Dia adalah utusan Maha Dewa untuk menyelamatkan negeri kita dari keangkara murkaan penguasa. Dia akan mengembalikan generasi penerus tahta yang sebenarnya dari negeri ini!” ucap Amita dengan penuh rasa percaya.Gavin dan Gala terkejut mendengarnya.“Benar kah itu, Nek?” tanya Gala tak percaya.“Jangan banyak tanya! Cepat cari dia sampai ketemu l
Baca selengkapnya

409. Cahaya di Perkambungan

Bimantara melangkah menembus hutan belantara sambil memandangi burung hitam yang terbang rendah di atasnya. Dia takjub dengan keindahan burung itu. Selama tinggal di Nusantara, dia tak pernah melihat burung seindah itu. Warna hitamnya jika terkena terpaan sinar matahari akan memantulkan warna kebiruan dan kehijauan yang lembut.“Kau pasti diurus dengan baik oleh Tuanmu,” ucap Bimantara pada burung hitam itu.Burung hitam itu tak bersuara, Ia terus saja terbang rendah memberi petunjuk arah padanya. Seketika burung hitam itu mendarat di atas dahan pohon di dekatnya. Bimantara berhenti berjalan dengan heran. Wajah burung itu tampak panik.“Tuanmu memanggilmu?” tanya Bimantara.Burung itu akhirnya mengeluarkan suara yang merdu. Lelaki pincang itu mengerti. Tuannya pasti tengah memanggilnya dari jauh.“Apa perkambungan masih jauh?” tanya Bimantara. “Jika masih jauh, pulanglah pada Tuanmu.”Burung hitam itu kini diam. Wajahnya masih tampak bingung. Bimantara semakin heran.“Apa kau lelah?”
Baca selengkapnya

410. Gadis Penunggang Kuda

Kakek itu tampak selesai mencukur habis kumis dan jenggot Bimantara. Rambutnya yang panjang pun sudah dirapihkan oleh Sang Kakek.“Ternyata kau sangat tampan,” puji Sang Kakek.“Terima kasih,” ucap Bimantara.Bimantara mengeluarkan koin emas dalam kantong celananya. Koin yang dia bawa dari Nusantara. Bimantara tidak tahu koin-koin emas yang dia bawa dari Nusantara apakah berguna di negeri asing itu.“Apa ini?” tanya Kakek itu heran.“Untuk Kakek,” jawab Bimantara.Kakek itu meraih koin itu dengan lekat. Lambang naga di permukaan koin itu membuat dahinya mengernyit.“Kau mendapatkan ini dari Nusantara?” tanya Kakek itu tak percaya.Bimantara mengangguk. Seketika wajah Kakek itu berubah menjadi marah.“Kau perampok?” ujar Kakek itu menuduhnya. Bagaimana pun dia heran bagaimana Bimantara bisa mendapatkan koin emas dari Nusantara itu jika bukan merampok. Lagi pula Kakek itu tidak tahu kalau Bimantara memang berasal dari Nusantara, bukan penduduk setempat.“Tidak! Aku memang datang dari sa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3940414243
...
59
DMCA.com Protection Status