Beberapa menit kemudian. Mereka sudah sampai di rumah sakit, Andriek, Mamah Nia, dan Papah Rama langsung masuk kedalam ruangan, suasana ruangan itu terasa sejuk. Karena pendingin ruangan tidak di off kan. "Yah, benarkah Riana sudah sadar?" "Iya." Jawab pak Rino singkat, serta merta Andriekpun mendekati Adiknya yang tengah terbaring tanpa daya itu, ia raba tangannya dan ia genggam penuh kebahagian. "Riana." Panggilnya pelan. "Kak." Riana pun menjawab dengan suara lirih sambil membalas genggaman jari jemari Kakak Tampannya itu. "Maafkan Riana jika selama ini, Riana belum cukup membuat Kakak senang, Riana hanya...." Suaranya terhenti. Tiba-tiba kristal beningnya mengalir. "Tidak Riana jangan berkata seperti itu lagi." Mata Riana terlihat sendu, perlahan-lahan kedua mata indahnya terpejam sangat lembut, genggaman tangannya pun secara mendadak kian melemah, merasakan hal itu sedikit berbeda Andriek menjadi khawatir. "Riana." Panggil
Read more