Beberapa menit kemudian, mereka pum menghentikan pekerjaan itu.
"Ndriek siang ini, uang lo udah terkumpul banyak nih." Aliya tersenyum girang.
"Syukurlah."
"Kira-kira buat apa uang lo ndriek?"
"Em..." Andriek berpikir sejenak.
"Di simpen aja ndriek."
"Maksud kamu?"
"Ya maksud gue buat modal."
"Modal apa?"
"Modal makanlah, haha...." Aliya langsung tertawa dan Andriek cuma tersenyum menanggapinya. 'Senyum Lo manis banget ndriek. Yaa Tuhan, sepertinya gue mulai Suka sama ni cowok.'
"Oh Iya Ndriek gue punya pertanyaan sama Lo dan itu ngebuat gue penasaran banget deh."
"Apa?"
"Lo beneran tinggal di apartemen itu?"
"Iya, emang kenapa?"
"Gini loh Ndriek waktu itu gue dateng ke apartemen lo terus yang bukain gue pintu itu cewek dia cantik juga sih, ya Gue cuma heran aja, pas gue nanyain lo, dianya bilang kalau gue salah alamat?"
"Oh begitu?"
"Iya, siapa sih cewek i
Andriek langsung menarik tubuh Keyla untuk di peluknya. Keyla terkejut."Andriek!" Sebutnya, Lelaki itu tak perduli dengan respon Key selanjutnya. Key menjadi semakin tak mengerti tapi pelukan itu terasa sungguh membuatnya tenang dan diapun terlelap didalam dekapan hangat Andriek.Matahari memasuki celah-celah kamar.keyla bangun sambil melemaskan otot-ototnya. Di lihatnya Andriekbsudah tak berada di sampingnya. Key termenung sejenak, serta matanya berputar mengawasi di sekeliling."Kamu udah bangun?" Tanya Andriek tiba-tiba, Pria itu baru saja keluar dari kamar mandi. Keyla memandangnya."Ya."'Kenapa ini aneh sekali dia tau gue udah bangun belum juga ada ngeluarin suara-suara. Apa jangan-jangan.'"Kamu terkejut?" Tanyanya lagi."Gak!"Andriek tersenyum. "Gimana sama tidur kamu semalam? Keliatan nya kamu nyenyak banget.""Ya... Iyalah, terus apa masalahnya?""Gak a
Pagi itu di sebuah Caffe yang berada di pinggir kota Andriek duduk di atas bangku berwarna biru, sepertinya dia tengah menunggu seseorang. Dan tentunya ini bukan Caffe Riyan, Aliya berjanji padanya waktu itu, agar menunggunya di caffe ini.Mungkin ada hal penting yang perlu Dia bicarakan Aliya juga sudah memesan minuman terlebih dahulu dan beberapa snack kecil sebagai hidangan pembuka.Tak lama kemudian Aliya pun datang menghampirinya. Dia tersenyum, mengambil posisi berhadapan dengan Andriek."Ndriek udah lama ya nungguin gue?" Tanya Aliya pelan.Lelaki itu tersenyum, sebelum menjawab pertanyaan yang di lontarkan kepada dia."Gak, Aku juga barusan datang.""Oh... Kirain udah lama nungguin. Oh... Ya Ndriek, ada yang pengen gue omongin sama lo.""Apa?"Tiba-tiba saja Aliya meraih tangannya untuk dia genggam tapi Andriek pelan-pelan menolaknya."Maaf Liya.... Apa yang ingin kamu bicarakan langsung saja." Andriek menjauhkan tangann
"Aaacch sial! Kenapa sih hidup gue selalu aja sial." Riko menatap dirinya pada cermin yang terletak di dekat tempat tidurnya. Sambil beberapa kali, tangannya menghantam meja. Dia merasakan frustasi yang luar biasa. Di liriknya lagi sebuah poster wajah milik mantannya. Hati dan perasaannya menjadi sangat hancur....Seandainya harus menangis darah pun, masih tidak akan berguna. Karena, keyla tidak akan pernah mendengarkannya. Tok... Tok.... Terdengar ketukan halus pada pintu kamar Riko, Riko kini mengalihkan pandangannya. "Rik... Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Mamanya pelan. Riko tak menjawab.. "Keluarlah sayang... Mama perlu bicara." Dengan langkah malas dan wajah kusut, Riko tetap membukakan pintu. Ckleekk... Pintu terbuka, tapi dia tak mengatakan apa pun. Mama memperhatikannya hati nya terasa perih dan prihatin melihat keadaan putranya yang semakin lama semakin memburuk. "Rik... Ada orangtua Queen di ba
"Lo seneng sekarang." Riko menjawab"Tentu saja, Lalu sekarang kamu harus benar-benar menjauhkan diri dari dia, Karena Aku pikir kamu udah gak punya hak atas dia lagi!"Wajah Riko langsung berubah."Lo pikir Lo siapa, Hah... Lo itu cuma cowok buta yang sama sekali gak terlihat menarik! Miskin iya! Kita buktikan siapa yang akan menang!""Ehh..... Apaan sih ini? Lo berdua itu sama-sama gak tau diri! Riko pulang Lo sana!" Keyla menengahi pembicaraan."Key Lo serius ngusir gue?" Riko tampak menatap keyla."Iya sekarang keadaan udah berbeda, gue bukan siapa-siapa Lo lagi." Matanya berkaca-kaca. Semangatnya pun mulai melemah."Key dulu Lo pernah berjanji gak akan pernah ninggalin gue, Apa pun itu keadaannya tapi..... Sekarang?""Sekarang... Gue udah lupain itu dan satu hal lagi jangan pernah ganggu pernikahan gue!""Key.""Pergi Rik! Cepat Gue udah muak ngeliat muka lo.""Oke Gue akan pergi, tapi inget Gue
Di sebuah kamar gantiAndriek baru saja selesai mandi, setelah beberapa jam melakukan pekerjaannya di ruang rekaman. Dan dia masih mengenakan sebuah handuk yang dia lilitkan di pinggangnya. Tiba-tiba saja pintu ruangan itu terbuka.Cekleek...'Ya... Ampun, Aku lupa nguci pintunya.'Batinnya pelan. Dan ketika itu tante Jenni pun muncul."Ndriek." Wanita itu langsung terdiam sejenak, sambil memandangi lelaki di hadapannya penuh kagum."Ooh... Ya Tuhan, kamu barusan selesai mandi." Ucap Tante Jenni pelan. Dia menjadi salah tingkah."Hem maaf Tante ada apa ya?" Andriek menanyainya, dia tak ingin berbasa basi berharap wanita itu cepat pergi."Eem... eemm begini Ndriek ada surat undangan buat kamu." Tante Jenni memegang sebuah amplop berwarna biru."Simpen aja di atas meja Tan, terus keperluannya cuma itu aja kan Tan?""Iy... Iya sih." Tante Jenni sedikit gugup."Kalau begitu silahkan keluar Tante, Aku mau ganti baju dulu.
Pagi-pagi sekali Andriek sudah rapi dengan pakaiannya. Dia memakai baju berwarna hijau muda serasi dengan celana jeans hitam.Ceklek....Terdengar pintu di tutup, secara kebetulan Keyla pun tengah menutup pintunya. Karena memang kamar mereka bersebelahan. Keyla menatapnya samar-samar, itu di karenakan dia baru saja bangun tidur. Jadi hawa mengantuknya masih terbawa mungkin sebenarnya dia hanya ingin mengambil segelas air minum saja sih.Namun tiada di sengaja mereka bertemu di situ."Ndriek.." Panggilnya pelan, sambil menggaruk rambutnya yang sedikit gatal, dan tampangnya juga masih berantakan. Mungkin, jika Andriek melihatnya pasti dia akan menertawainya, tapi sayangnya lelaki itu tak melihatnya dia hanya terlihat menunduk serta masih memegangi gagang pintu kamarnya."Ya." Dia baru menjawabnya."Mau kemana?""Mau pergi!""Pergi? Hah, sejak kapan sih Lo mulai sibuk?" Keyla menjeda pembicaraannya sejenak. "Gue mau tanya sama Lo."
Di rumah kediaman orangtua Keyla"Pah Gak sarapan dulu?" Tanya Mamah Nia ketika dia liat suaminya nampak sibuk dengan berkas-berkas di tangannya."Nanti saja Mah, Lagian Papah sibuk banget!""Kalau Mamah boleh tau sibuk apa?""Berkas-berkas ini loh semuanya gak ada yang beres!" Lelaki itu sejenak memijit kepalanya sepertinya sedang pusing sekali.Mamah Nia hanya menghela nafas pendek sambil menatap suaminya dengan tatapan iba."Mah, perusahaan kita sedang genting dan sekarang, kita terancam bangkrut!""Maksud Papah?" Mamah Nia tampak memperlihatkan keterkejutannya. "Papah serius dengan pernyataan Papah ini?""Iya Mah, hutang perusahaan sudah terlalu besar, akhir-akhir ini penghasilan benar-benar anjlok dan Papah terpaksa harus menjual perusahaan kita untuk menutupi segala hutang yang ada."Lelaki itu berkata sambil menatap lekat wajah isterinya yang terlihat khawatir."Terus bagaimana dengan Keyla Pah? bisa kah dia meneri
Tak lama kemudian, Taksi pun datang menghampiri mereka karena Papah Rama sudah memesannya sejak masih di rumah tadi. Mereka langsung naik."Key."Mamah Nia memegang pundaknya."Apakah kamu sedih? Karena sekarang Papah kamu udah gak punya apa-apa?""Ya sedih dong Mah? Terus kuliah Key gimana? Jangan bilang kalau Key harus benar-benar putus kuliah sekarang!" Mata gadis itu kini berubah sendu ada kesedihan yang dia simpan sejak tadi. Kedua orang tua itu, terdiam sejenak. Dan Mamah baru menjawab."Kamu bisa bicarakan sama Andriek nanti.""Iih... Kenapa harus dia sih. Key gak mau makan jasa dia! Mamah kan tau kalau key itu bener-bener anti sama dia.""Iya Mamah tahu, lagian sekarang harta papah kamu udah habis semua, gak ada satu pun yang tersisa.""Hufff...."Keyla tampak begitu manyun."Iya Key, Apa yang di bilang Mamah kamu itu gak salah, lagian Andriek juga kan suami kamu. Dia udah berhak membiayai hidup kamu."Keyla diam saja.Mata