All Chapters of Matchmaking: Chapter 61 - Chapter 70

90 Chapters

60. Sikap yang Tidak Wajar

Dona berguling-guling di atas kasurnya karena kesal. Foto yang diambilnya susah payah tadi ternyata tidak membuahkan hasil. Saking kesalnya, Dona bahkan lupa tujuan pertama, yaitu untuk mengambil rambut Nea. Lihatlah, gigi Fairel ada cabainya. Senyum mereka jadi kelihatan tidak mirip karena cabai itu. Lagian, bisa-bisanya bubuk keripik nyempil di gigi Fairel. Dona menghela sarkas. Ia pusing, tangannya mulai memijat kepalanya. Perlahan-lahan, Dona menggeser layar ponselnya ke aplikasi kontak, lalu mencari kontak Fairel di sana. Baru saja ingin menelepon, pria itu meneleponnya duluan. "Baru aja gue mau nelepon lo Rel." Fairel terkekeh, firasatnya benar. Dona pasti akan selalu membuat Fairel tidur setiap malam. "Nggak baik, cewek yang nelepon cowoknya duluan. Udah kewajiban cowok untuk ngabarin ceweknya. Kamu lagi apa Na?" Mati-matian, di tempatnya Dona terus menggigit bibir bawah."Lagi tiduran." "Kamu pasti ma
Read more

61. Janji adalah Hutang, Kawan!

Bi Kian mulai mengisi piring Fairel dan How dengan nasi dan ayam yang dimasaknya.Beliau juga memberikan sedikit sambal di piring Fairel, berbeda dengan Gow yang tidak ada sambal.Ayahnya itu tidak menyukai makanan pedas. Mirip sekali dengan Fairel."Udah lama ayah nggak makan bareng sama kamu."Nggak salah? Tangan Fairel berhenti menyendok nasi. Ucapan Gow membuat hatinya bertanya-tanya.Bukan bahagia, hanya saja Fairel merasakan ada yang janggal. Entah itu apa, Fairel tidak mengetahuinya."Ayah ingin balikan sama kamu. Kamu masih mau nerima ayah kan?"Fairel terbatuk-batuk, pria itu tersedak oleh nasi. Gow segera memberikan air minum. Pria itu berdiri menghampiri Fairel dan mengelusi punggung anaknya agar tenggorokannya lega."Makasih," jawab Fairel setelah selesai minum."Sikap ayah mengejutkan kamu yah?"Tentu saja, kenapa Gow harus bertanya lagi?Fairel hanya berdeham untuk mencairkan suasana. Dentinga
Read more

62. Kupas Tuntas

Dona berpamitan kepada Fairel. Ia ada janji dengan Meta, dan sebisa mungkin Dona jauh-jauh dengan Fairel saat ini. Dona mengistirahatkan tubuhnya di kursi besi taman kampus. Ia lagi-lagi hanya bisa berteduh di sana. Semilir angin menerbangkan penat Dona. Fairel juga berusaha untuk menjauh dari Dona sementara. Ia harus belajar melukis wajah manusia, dan Fairel juga menjauh karena salah tingkah. Di sinilah Fairel berada. Berada di kelas seni seorang diri. Fairel mengeluarkan buku gambar dari sana, pria itu memilih alternatif menggunakan buku gambar terlebih dahulu daripada langsung ke kanvas. Fairel mengeluarkan alas tulis seperti pensil dan penghapus. Ia juga tidak membawa pensil warna karena belum tentu hasilnya nanti akan memuaskan. . Dona menguap, ia kembali merasa kantuk karena Meta tak kunjung datang. Perutnya sedikit melilit karena terlalu banyak makan pedas. Jajan bersama Fairel tadi menghabiskan hampir seratus ribu. Liha
Read more

63. Titik Terang

"Sekarang, giliran ke rumah sakit. Semuanya udah jelas, kemungkinan hasilnya kalau Kak Nea adalah kakak kandung Fairel. Siapa yang mau pergi ke rumah sakit? Gue atau lo? Atau kita berdua?" tanya Dona. Rekaman yang sedari tadi diputar itu telah selesai. Entah kenapa, tubuh Dona terasa ringan. Padahal masalahnya belum selesai, mungkin karena perlahan kebenaran terungkap. "Kapan?" tanya Meta. Ia menatap langit dengan sorot sendu."Bentar lagi malam. Lo yakin, mau ke sana sekarang?" "Besok aja gimana? Mau ketemuan?" "Besok gue ada jadwal nganter Loey untuk tanding tinju. Gue nggak bisa." Dona mengangguk paham,"Yaudah, gue sendirian aja besok." "Lo yakin nggak papa?" "Nggak papa kok gue. Semoga aja hasilnya memuaskan yah Met." Meta tersenyum simpul, ia memandangi tubuh Dona yang jangkung sedang berdiri di hadapannya."Iya." "Yaudah, gue pulang dulu. Mau pulang bareng nggak?" Meta menggeleng, ia mere
Read more

64. Titik Terang Kedua

"Ayah, selingkuh?" tanya Dona heran. Gadis itu melirik ibu dan Wima berkali-kali seraya meminta penjelasan. "Sejak kapan ayah kayak gitu bunda?" Dona menggoyangkan tubuh Aliya, tetapi beliau tetap diam dan tidak bergeming sama sekali. "Jawab Dona!" Dona berteriak, air matanya mengalir deras membasahi pipi."Jawab Dona! Apa cuman Dona yang nggak tahu kejadian ini?" Naas sekali nasib Dona. Dona pikir kehidupan keluarganya akan menyenangkan. Dona pikir, ibunya bahagia hidup bersama Dion. Dona tahu, Dion tampak tidak terlalu perhatian. Dona pikir, itu hanya karena sikapnya. Karena manusia memiliki sifat yang berbeda-beda, dan ada juga yang malu untuk mengungkapkan rasa perhatian atau kasih sayang. Dona tidak tahu, kalau sikap cuek ayahnya itu lebih ke rasa bosan. Ayahnya selingkuh? Seperti ada petir yang menggelegar di telinga Dona. Gadis itu berjongkok di hadapan ibunya, menutup kedua telinganya, kemudian menangis tersedu-sedu
Read more

65. Titik Terang Ketiga

"Nah, yang terakhir, rambutnya keriting sebahu. Warnanya kuning." Dona sudah mendeskripsikan seluruh wajah yang harus Fairel gambar. Ia berharap, Fairel dapat menggambarnya dengan baik tanpa ada kendala lain lagi. "Warna kuning?" tanya Fairel heboh. Ia jarang menemukan wanita yang memiliki rambut warna kuning selain Fera. "Iya, gambar aja dulu." Dona nyengir, ia benar-benar penasaran dengan hasil gambar Fairel. "Oke-oke. Sabar yah." Dona mengangguk tanpa menjawab, sesekali ia melirik jam dinding yang terpajang di seberang kasur. Matanya membulat ketika melihat pukul empat dini hari. Dona hampir berteriak kaget ketika dirinya tidak tidur malam ini hanya karena menemani Fairel menggambar. Tetapi tidak apa, jika Fairel bisa keluar dari kegelapannya, Dona siap untuk insomnia. "Udah?" tanya Dona tidak sabaran. "Iya udah." "Gimana? Cantik kan?" tanya Dona. Fairel terdiam, ia memandangi wajah pe
Read more

66. Sampai Ketiduran

Dona menenggelamkan wajahnya di tumpukan tangan. Ia benar-benar merasa kantuk. Sebenarnya, Dona tidak boleh tidur, nanti malam bisa saja dirinya insomnia. Tetapi apa boleh buat, urusan malam biarlah terjadi nanti malam, Dona hanya butuh tidur sebentar saja. Matanya bahkan bengkak dan menghitam karena bergadang. Dona menguap, gadis itu segera memejamkan matanya dan berusaha untuk terlelap. . "Ayah mau makan apa? Biar Wima beliin. Wima pinjem mobil ayah." Dion yang sedang bersantai di sofa setelah rapat yang memakan waktu dua jam itu langsung membalalak kaget. "Kenapa ayah kaget gitu? Nah, ayah mikir yang aneh-aneh ya?" Dion menelan salivanya, ia segera berdiri dan merampas kunci mobil di meja kerja. "Nggak usah. Biar ayah aja yang beli makan, kamu mau makan apa?" Dion berjalan ke tempat gantungan, mengambil jas abu-abu dari sana, kemudian memakainya dengan rapi. "Biar Wima aja. Ayah diem aja di sini." Dion berger
Read more

67. Tidak Ada Jarak

Dona menunggu Fairel sampai ia ikut ketiduran lagi. Mereka mungkin terlalu lelah dengan dunia, hingga tidak sadar jam telah menunjukkan pukul tujuh malam. Saat Dona terbangun dari tidurnya, gadis itu tersentak ketika sekelilingnya mendadak gelap. Ia sempat menerka-nerka di mana ia berada, namun setelah mengingat-ingat, ternyata Dona masih berada di kampus. Dona segera menyalakan senter di ponselnya. Ia membangunkan Fairel dan mengarahkan senter itu ke seluruh penjuru. Semilir angin kala malam membuat seluruh bulu kuduk Dona meremang. Ia terus melarikan pandangannya ke segala arah sambil terus berdeham untuk mengusir kantuk. "Rel... bangun Rel." Fairel menggeliat, pria itu segera membuka matanya dan terlonjak kaget hingga hampir terjengkang. "Kenapa mati lampu?" tanya Fairel polos. Maklum, nyawanya masih belum berkumpul. "Kita ketiduran di kampus. Sekarang udah jam tujuh." Fairel merentangkan kedua tangannya yang kaku. M
Read more

68. Harus Seimbang, Kayak Kamu!

Dona masuk ke rumahnya sambil senyum-senyum. Gadis itu tampak bahagia, bahkan sampai membuat Aliya bingung sendiri."Kenapa Na?" tanya Aliya sembari menghampiri anaknya itu. Beliau menepuk pundak anaknya lembut,"Kenapa nih? Ada apa? Bunda lihat kamu bahagia banget." Aliya mulai mengejek dan menjahili anaknya.Dona menggeleng, tanda tidak terjadi apa-apa. Ia sedang tidak ingin bercerita apapun untuk menjaga privasi. Tetapi, Dona akan menceritakan satu hal yang seru."Tadi Dona ketiduran di kelas." Wima yang baru saja datang langsung menjewer kuping adiknya, hingga Dona meringis minta dilepaskan."Bunda, anak bunda jadi bandel nih." Wima menjulurkan lidah guyon. Dion masih berada di mobilnya, ia tidak menyaksikan kegiatan yang seru ini."Wima, lepasin telinga adik kamu. Kasihan dia kesakitan, kalau kamu mau ngejek, ngejek dengan cara yang benar."Dona membulatkan mata, gadis itu mengeluh sambil mengerucutkan bibirnya."Bunda ih! Mal
Read more

69. Kejutan!

Fairel berjalan menuju ruang tamu. Setelah beraliran di kampus, ternyata tubuhnya terasa pegal-pegal. Fairel menghela, ia tidak menyadari kalau Gow sedang duduk di sana. Deheman keras layaknya bariton membuat Fairel kaget hingga lompat. "A-ayah?" tanya Fairel cengo. "Kenapa kamu ngeliat ayah kayak ngeliat setan kayak gitu?" tanya Gow heran, ia membenarkan letak duduknya agar lebih nyaman. "Maaf ayah, aku nggak maksud begitu." Fairel mencium punggung tangan Gow lembut. Saat hendak ke kamar, Gow kembali memanggilnya. "Rel sini, kamu udah makan?" Fairel bingung antara harus jujur atau tidak. Bisa jadi, jika Fairel mengungkapkan kalau dirinya belum lapar, ternyata tidak ada temen nasi di sana. Sebenarnya, Fairel belum pernah mendapatkan pertanyaan seperti ini. Ini adalah yang pertama kali, dan itu membuat hati Fairel tersentuh. "Belum, pasti. Kita makan bareng yuk. Biar ayah yang masak, kamu tolong ambil bah
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status