All Chapters of Pendekar Pedang Api: Chapter 141 - Chapter 150
167 Chapters
Ch. 141 - Pertarungan di Pulau Terapung
Seculas senyum mengembang di kedua sudut bibirnya. "Tujuan kita sama. Yang berbeda hanya siapa yang mati lebih dulu saja."Du Rong mengangkat pedangnya, diikuti Zei Yu, Jun Shuiyang, Bao Ning dan Tian Wei."Baiklah kalau begitu."Tiga detik berlalu, semua prajurit menahan napas masing-masing sebelum turun ke laut dangkal di bawah kapal. Di sana, detik pertarungan berdarah akan dimulai. Tak ada yang tahu mereka bisa kembali ke Goufu besok atau tidak. "Serang!!!"Bunyi cipratan air, gesekan pedang dan teriakan berontak mulai terdengar. Tak terduga, sebelum para prajurit sepenuhnya menapak di daratan Pulau Terapung suara ledakan terdengar. Beberapa yang mengawasi dari dalam kapal berteriak, memberitahu bahwa lumbung kapal pecah akibat bom peledak. Semakin lama, semakin terlihat jelas bahwa musuh sengaja mengurung mereka di kandangnya. Untuk dibunuh habis-habisan. Beberapa prajurit sempat menoleh mengetahui mereka tak bisa kembali ke Kota Goufu tanpa adanya kapal. Hanya dalam kurun wak
Read more
Ch. 142 - Angin yang Melewati Pepohonan Kering
Sebuah gubuk hancur berkeping-keping di saat sambaran mengerikan datang. Pria yang sebelumnya berbicara dengan Du Rong, tubuhnya jauh lebih besar dari rekan-rekannya. Dengan tenaga yang besar, dalam satu terjangan saja satu gubuk hancur tak bersisa.Tian Wei membungkuk, membalik badan cepat dan menahan tusukan pedang dari arah belakang. Dibelokkannya pedang itu, membuat pedang musuh berakhir menancap di pepohonan.Tian Wei menyepak dada lawannya, tapi mengenaskannya tendangan itu sama sekali tidak membuat lelaki tersebut bergeser barang seujung kuku pun. Justru Tian Wei mendapatkan serangan balasan yang jauh lebih menyakitkan. Tulang hidungnya seperti bergeser saat tinju mentah mendarat di wajahnya, Tian Wei terpental menghantam pohon. Lawan mengambil kembali pedang dan berniat menusuk Tian Wei bersama dengan pohon di belakangnya. Tian Wei sempat bergeser tapi tusukan itu tetap tembus di bahu kirinya."Ini adalah kekalahan mu. Kami akan memaafkan nyawamu jika kau mau menjadi mata-mat
Read more
Ch. 143 - Kau Kembali!
Du Rong mundur berulang kali, pedang lawan mengenai dadanya. Meninggalkan robekan pada pakaiannya yang menunjukkan sayatan dalam. Lelaki itu berdiri, pedangnya menyentuh tanah. Dia terlihat seperti akan tumbang dalam beberapa detik lagi. Namun Du Rong menguatkan pijakan, terdengar teriakan dari mulutnya yang penuh oleh darah."Matilah kau!"Kakinya berlari cepat ke arah musuh, dia mengangkat kedua tangannya dan menebas apa pun yang berada di depan. Tapi serangan itu justru melukai dirinya sendiri. Lagi dan lagi, sayatan melintang menghiasi dadanya yang habis basah oleh darah.Laki-laki itu berlutut, pundaknya bergetar. Mulut Du Rong memuntahkan darah yang amat banyak. Lalu di detik selanjutnya dia tertelungkup tak sadarkan diri.'Lakukan segala cara untuk menghadapi sekawanan serigala yang licik. Meskipun harus menggores harga dirimu sebagai seorang petarung. Bertahan hidup dengan cara yang keji. Atau mati sia-sia di tanah yang dipijaki musuhmu. Pilihan itu ada di tanganmu.' Kalimat
Read more
Ch. 144 - Dewa Kematian dan Sang Pengkhianat
Xiao Long menjepit pedang di antara siku tangannya, membersihkan bekas darah dari benda tersebut.Masih tak percaya nyawanya terselamatkan, Bao Ning sampai bergumam tanpa sadar."Mungkin dewa kematian lah yang datang menyelamatkan ku.""Kita harus segera mencari yang lain."Pandangan keduanya tertuju pada musuh yang berkeliling mengerubungi, hampir semuanya mengangkat senjata ke arah mereka. Jika seorang saja memulai perlawanan, Xiao Long yakin puluhan dari mereka akan langsung menyerang bersamaan.Bao Ning terlalu banyak mengeluarkan darah. Tubuhnya seakan-akan mati rasa oleh luka yang memenuhi sekujur tubuh. "Bertahanlah sebentar lagi. Bala bantuan mungkin akan datang. Semoga saja.""Apa maksudmu?" Suara Bao Ning terdengar serak akibat darah yang memenuhi kerongkongannya."Orang-orang kapal kami selamat. Mereka sedang bertolak ke Kota Goufu dan mungkin akan mengirimkan pasukan kembali."Laki-laki gempal itu mengangguk, dia juga berpikiran sama. Namun ada sedikit lega di hatinya saa
Read more
Ch. 145 - Bunga Api di Tengah Hutan
Bao Ning tahu akan hal itu maka dia melepaskan egonya sendiri dan mengikuti apa perintah Mata Jelaga, karena bagaimanapun misi ini adalah misi yang anak muda itu berikan padanya. Tujuan mereka adalah mengambil kepala Gui Liang, itu sudah cukup jelas. Kaki Bao Ning mundur tiga langkah, bicaranya sedikit bergetar menahan amarah. "Aku serahkan mereka kepadamu."Xiao Long mengangguk. Membiarkan langkah kaki Bao Ning menjauh dan kembali menghadapi dua orang tersebut. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu?""Jangan percaya pada seorang pengkhianat." Suara yang berasal dari dahan pohon itu adalah milik Han. Dia duduk tenang di sana sambil meniup kuku, lalu melihat jemarinya sendiri. Tingkah menyebalkan itu membuat lelaki dari Aliansi Pembunuh tersinggung berat. Dan kalimat Han barusan, dia merasa dirinya tak pernah berkhianat pada tuannya. Sampai mati sekalipun."Kau cari mati, ya?" "Aku sedang mengatai orang itu." Han menunjuk Tian Wei dengan memajukan moncongnya. Tian Wei berbicara tanp
Read more
Ch. 146 - Satu Pilihan, Bertahan
Dengan begitu keduanya saling berpencar ke arah berbeda. Xiao Long menelusuri jalan hutan, hingga tiba di tempat di mana dirinya bisa melihat jelas sebuah bangunan mewah berdiri di tengah pulau tak bertuan. Terlihat sangat tidak masuk akal tapi benar-benar nyata di depan matanya. Kekayaan seperti itu hanya bisa dimiliki oleh perompak sekelas mereka, hartanya bahkan menyamai bangsawan kelas atas.Saat sedang mengendap-endap di balik pepohonan, Du Rong tersentak saat mata pedang telah berada di kulit tenggorokannya. Bergerak sedikit saja benda tajam itu akan menembus kulit. Namun suara yang dia dengar selanjutnya membuat Du Rong menarik napas lega."Senior Du? Maafkan aku. Aku kira kau musuh.""Aku sudah menduga kau akan kembali. Tidak peduli caramu datang ke sini ..." Ucapnya terhenti beberapa saat. Pikirannya tertuju ke tempat lain. "Kita harus memasuki tempat itu."Penjagaan ketat. Aliansi Pembunuh di mana-mana dan pencahayaan terang. Tidak ada jalan untuk mengendap-endap ke sana. S
Read more
Ch. 147 - Seringai Sang Cakram Es
"Sayangnya hanya sampai sini kalian bisa berlari."Langkah kakinya yang berat bergema keras, tangannya yang dipenuhi oleh cincin besi menggores keras besi di pegangan tangga. Xiao Long dan Du Rong mundur saat laki-laki itu maju. Bisa mengatakan itu tanpa keraguan, lawan mereka tentu bukan orang sembarangan yang bicara asal bunyi. Lelaki itu meregangkan otot lehernya, beralih mengetuk senjata di telapak tangan."Jangan harap bisa pergi lebih jauh."Mereka berdua melihat tanda-tanda serangan akan dimulai dan mundur secepat mungkin. Lantai yang dihantam pedang tersebut retak, memunculkan garis lurus bercabang-cabang. Tak terima serangannya gagal, laki-laki itu mengejar Xiao Long dan langsung melepaskan tebasan segala arah.Du Rong mengejar lawan dari belakang, mencoba mengalihkan perhatiannya. Berhasil. Laki-laki itu kini berbalik mengejarnya penuh amarah.Du Rong menggerakkan jemarinya dengan sembunyi-sembunyi, Xiao Long mengerti Du Rong berusaha menyuruhnya pergi selagi musuh sedang s
Read more
Ch. 148 - Arak yang Membakar
Tangan kekar Gui Liang naik ke atas, seperti memberikan isyarat. Saat Xiao Long menyadari ternyata di bangunan sebelah yang terhubung oleh jembatan masih ada anak buah Gui Liang mengintai dirinya. Xiao Long membulatkan matanya lebar-lebar, menyadari bahwa sesuatu sedang memburunya dari balik tubuh besar Gui Liang di depannya. Dan di saat Gui Liang memiringkan badannya, sebuah anak panah berapi lewat menghunus tepat di perut Xiao Long.Arak yang membasahi tubuhnya membuat Xiao Long tiba-tiba terbakar. Pemuda itu lantas menjauh dan melakukan berbagai upaya untuk memadamkan api di tubuhnya. Panas api membakar tiap jengkal tubuhnya meski tak seluruhnya. Sementara tawa Gui Liang mulai terdengar mengolok-olok keadaan Xiao Long yang saat itu benar-benar kacau.Lelaki bernama Gui Liang itu, memiliki hawa aneh yang membuat musuhnya tunduk dan takut padanya. Xiao Long merasakan itu. Tangan besarnya telah mengambil ratusan nyawa tanpa belas kasih, dan level kekuatannya memang jauh lebih besar di
Read more
Ch. 149 - Bukankah Dia yang Kau Takuti?
Gemuruh di langit menggelegar, deru napas berkejaran setiap detiknya. Kedua petarung tengah berperang di medan tempur mereka sendiri, mempertaruhkan nyawa demi kemenangan. Jembatan yang menghubungkan dua bangunan berulang kali retak oleh hantaman serangan Gui Liang, lelaki itu menjadi liar tak terkendali, segala jenis teknik yang digunakan Xiao Long tak memberikan dampak berarti bagi nya.Percikan api melintang miring, lalu menghilang bersama derasnya air hujan. Di bawah jembatan itu terdapat sebuah danau yang dihuni oleh siluman ular berukuran besar. Sepuluh kali lipat lebih besar dari tubuh kekar Gui Liang sendiri.Bisa dipastikan. Siapa pun yang jatuh ke bawah akan mati.Pedang Gui Liang menyeret pedang lawannya ke samping, nyaris membuat tubuh Xiao Long terlempar ke bawah jembatan. Namun pijakan kakinya keras bagaikan batu, pemuda itu bertahan dan berusaha melepaskan cengkraman musuh. Menendang dada Gui Liang hingga lelaki itu mundur terseok-seok, wajah Gui Liang bergetar menahan
Read more
Ch. 150 - Pembelot atau Bidak yang Setia
Xiao Long melihat sesosok lain di jembatan. Seluruh tubuhnya hitam, tak memiliki pakaian atau lekuk tubuh selayaknya manusia biasa.Mungkin akibat benturan di kepalanya tadi kini Xiao Long mulai berhalusinasi yang tidak-tidak."Kau telah sampai di sini dengan penuh luka. Dan sekarang sumber lukamu akan sembuh hanya dengan mengambil kepala lelaki itu." Tangan tersebut menunjukan Gui Liang yang berjalan semakin jauh."Orang-orang baik itu adalah ketakutanmu. Kau takut mengkhianati perkataan kakekmu." Suara tersebut semakin berat dan samar-samar."Kebaikan tak akan membuatmu hidup. Kau hanya akan mati konyol seperti lelaki itu, dengan mata melotot di kerubuti lalat dan perut dipenuhi ulat-ulat ... Bahkan sebelum kau tahu kesalahan apa yang kau perbuat sehingga kau dihukum mati seperti itu."Mata Xiao Long terpejam sekali-kali, begitu berat kelopak matanya untuk melihat. Gelap sekali, sampai-sampai dari sosok di depannya nyaris tak terlihat selain bola matanya yang begitu hitam. "Lelaki i
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status