Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Api / Ch. 142 - Angin yang Melewati Pepohonan Kering

Share

Ch. 142 - Angin yang Melewati Pepohonan Kering

Penulis: Fii
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-03 22:36:27

Sebuah gubuk hancur berkeping-keping di saat sambaran mengerikan datang. Pria yang sebelumnya berbicara dengan Du Rong, tubuhnya jauh lebih besar dari rekan-rekannya. Dengan tenaga yang besar, dalam satu terjangan saja satu gubuk hancur tak bersisa.

Tian Wei membungkuk, membalik badan cepat dan menahan tusukan pedang dari arah belakang. Dibelokkannya pedang itu, membuat pedang musuh berakhir menancap di pepohonan.

Tian Wei menyepak dada lawannya, tapi mengenaskannya tendangan itu sama sekali tidak membuat lelaki tersebut bergeser barang seujung kuku pun. Justru Tian Wei mendapatkan serangan balasan yang jauh lebih menyakitkan. Tulang hidungnya seperti bergeser saat tinju mentah mendarat di wajahnya, Tian Wei terpental menghantam pohon.

Lawan mengambil kembali pedang dan berniat menusuk Tian Wei bersama dengan pohon di belakangnya. Tian Wei sempat bergeser tapi tusukan itu tetap tembus di bahu kirinya.

"Ini adalah kekalahan mu. Kami akan memaafkan nyawamu jika kau mau menjadi mata-mat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 143 - Kau Kembali!

    Du Rong mundur berulang kali, pedang lawan mengenai dadanya. Meninggalkan robekan pada pakaiannya yang menunjukkan sayatan dalam. Lelaki itu berdiri, pedangnya menyentuh tanah. Dia terlihat seperti akan tumbang dalam beberapa detik lagi. Namun Du Rong menguatkan pijakan, terdengar teriakan dari mulutnya yang penuh oleh darah."Matilah kau!"Kakinya berlari cepat ke arah musuh, dia mengangkat kedua tangannya dan menebas apa pun yang berada di depan. Tapi serangan itu justru melukai dirinya sendiri. Lagi dan lagi, sayatan melintang menghiasi dadanya yang habis basah oleh darah.Laki-laki itu berlutut, pundaknya bergetar. Mulut Du Rong memuntahkan darah yang amat banyak. Lalu di detik selanjutnya dia tertelungkup tak sadarkan diri.'Lakukan segala cara untuk menghadapi sekawanan serigala yang licik. Meskipun harus menggores harga dirimu sebagai seorang petarung. Bertahan hidup dengan cara yang keji. Atau mati sia-sia di tanah yang dipijaki musuhmu. Pilihan itu ada di tanganmu.' Kalimat

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-03
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 144 - Dewa Kematian dan Sang Pengkhianat

    Xiao Long menjepit pedang di antara siku tangannya, membersihkan bekas darah dari benda tersebut.Masih tak percaya nyawanya terselamatkan, Bao Ning sampai bergumam tanpa sadar."Mungkin dewa kematian lah yang datang menyelamatkan ku.""Kita harus segera mencari yang lain."Pandangan keduanya tertuju pada musuh yang berkeliling mengerubungi, hampir semuanya mengangkat senjata ke arah mereka. Jika seorang saja memulai perlawanan, Xiao Long yakin puluhan dari mereka akan langsung menyerang bersamaan.Bao Ning terlalu banyak mengeluarkan darah. Tubuhnya seakan-akan mati rasa oleh luka yang memenuhi sekujur tubuh. "Bertahanlah sebentar lagi. Bala bantuan mungkin akan datang. Semoga saja.""Apa maksudmu?" Suara Bao Ning terdengar serak akibat darah yang memenuhi kerongkongannya."Orang-orang kapal kami selamat. Mereka sedang bertolak ke Kota Goufu dan mungkin akan mengirimkan pasukan kembali."Laki-laki gempal itu mengangguk, dia juga berpikiran sama. Namun ada sedikit lega di hatinya saa

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 145 - Bunga Api di Tengah Hutan

    Bao Ning tahu akan hal itu maka dia melepaskan egonya sendiri dan mengikuti apa perintah Mata Jelaga, karena bagaimanapun misi ini adalah misi yang anak muda itu berikan padanya. Tujuan mereka adalah mengambil kepala Gui Liang, itu sudah cukup jelas. Kaki Bao Ning mundur tiga langkah, bicaranya sedikit bergetar menahan amarah. "Aku serahkan mereka kepadamu."Xiao Long mengangguk. Membiarkan langkah kaki Bao Ning menjauh dan kembali menghadapi dua orang tersebut. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu?""Jangan percaya pada seorang pengkhianat." Suara yang berasal dari dahan pohon itu adalah milik Han. Dia duduk tenang di sana sambil meniup kuku, lalu melihat jemarinya sendiri. Tingkah menyebalkan itu membuat lelaki dari Aliansi Pembunuh tersinggung berat. Dan kalimat Han barusan, dia merasa dirinya tak pernah berkhianat pada tuannya. Sampai mati sekalipun."Kau cari mati, ya?" "Aku sedang mengatai orang itu." Han menunjuk Tian Wei dengan memajukan moncongnya. Tian Wei berbicara tanp

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 146 - Satu Pilihan, Bertahan

    Dengan begitu keduanya saling berpencar ke arah berbeda. Xiao Long menelusuri jalan hutan, hingga tiba di tempat di mana dirinya bisa melihat jelas sebuah bangunan mewah berdiri di tengah pulau tak bertuan. Terlihat sangat tidak masuk akal tapi benar-benar nyata di depan matanya. Kekayaan seperti itu hanya bisa dimiliki oleh perompak sekelas mereka, hartanya bahkan menyamai bangsawan kelas atas.Saat sedang mengendap-endap di balik pepohonan, Du Rong tersentak saat mata pedang telah berada di kulit tenggorokannya. Bergerak sedikit saja benda tajam itu akan menembus kulit. Namun suara yang dia dengar selanjutnya membuat Du Rong menarik napas lega."Senior Du? Maafkan aku. Aku kira kau musuh.""Aku sudah menduga kau akan kembali. Tidak peduli caramu datang ke sini ..." Ucapnya terhenti beberapa saat. Pikirannya tertuju ke tempat lain. "Kita harus memasuki tempat itu."Penjagaan ketat. Aliansi Pembunuh di mana-mana dan pencahayaan terang. Tidak ada jalan untuk mengendap-endap ke sana. S

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-04
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 147 - Seringai Sang Cakram Es

    "Sayangnya hanya sampai sini kalian bisa berlari."Langkah kakinya yang berat bergema keras, tangannya yang dipenuhi oleh cincin besi menggores keras besi di pegangan tangga. Xiao Long dan Du Rong mundur saat laki-laki itu maju. Bisa mengatakan itu tanpa keraguan, lawan mereka tentu bukan orang sembarangan yang bicara asal bunyi. Lelaki itu meregangkan otot lehernya, beralih mengetuk senjata di telapak tangan."Jangan harap bisa pergi lebih jauh."Mereka berdua melihat tanda-tanda serangan akan dimulai dan mundur secepat mungkin. Lantai yang dihantam pedang tersebut retak, memunculkan garis lurus bercabang-cabang. Tak terima serangannya gagal, laki-laki itu mengejar Xiao Long dan langsung melepaskan tebasan segala arah.Du Rong mengejar lawan dari belakang, mencoba mengalihkan perhatiannya. Berhasil. Laki-laki itu kini berbalik mengejarnya penuh amarah.Du Rong menggerakkan jemarinya dengan sembunyi-sembunyi, Xiao Long mengerti Du Rong berusaha menyuruhnya pergi selagi musuh sedang s

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 148 - Arak yang Membakar

    Tangan kekar Gui Liang naik ke atas, seperti memberikan isyarat. Saat Xiao Long menyadari ternyata di bangunan sebelah yang terhubung oleh jembatan masih ada anak buah Gui Liang mengintai dirinya. Xiao Long membulatkan matanya lebar-lebar, menyadari bahwa sesuatu sedang memburunya dari balik tubuh besar Gui Liang di depannya. Dan di saat Gui Liang memiringkan badannya, sebuah anak panah berapi lewat menghunus tepat di perut Xiao Long.Arak yang membasahi tubuhnya membuat Xiao Long tiba-tiba terbakar. Pemuda itu lantas menjauh dan melakukan berbagai upaya untuk memadamkan api di tubuhnya. Panas api membakar tiap jengkal tubuhnya meski tak seluruhnya. Sementara tawa Gui Liang mulai terdengar mengolok-olok keadaan Xiao Long yang saat itu benar-benar kacau.Lelaki bernama Gui Liang itu, memiliki hawa aneh yang membuat musuhnya tunduk dan takut padanya. Xiao Long merasakan itu. Tangan besarnya telah mengambil ratusan nyawa tanpa belas kasih, dan level kekuatannya memang jauh lebih besar di

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 149 - Bukankah Dia yang Kau Takuti?

    Gemuruh di langit menggelegar, deru napas berkejaran setiap detiknya. Kedua petarung tengah berperang di medan tempur mereka sendiri, mempertaruhkan nyawa demi kemenangan. Jembatan yang menghubungkan dua bangunan berulang kali retak oleh hantaman serangan Gui Liang, lelaki itu menjadi liar tak terkendali, segala jenis teknik yang digunakan Xiao Long tak memberikan dampak berarti bagi nya.Percikan api melintang miring, lalu menghilang bersama derasnya air hujan. Di bawah jembatan itu terdapat sebuah danau yang dihuni oleh siluman ular berukuran besar. Sepuluh kali lipat lebih besar dari tubuh kekar Gui Liang sendiri.Bisa dipastikan. Siapa pun yang jatuh ke bawah akan mati.Pedang Gui Liang menyeret pedang lawannya ke samping, nyaris membuat tubuh Xiao Long terlempar ke bawah jembatan. Namun pijakan kakinya keras bagaikan batu, pemuda itu bertahan dan berusaha melepaskan cengkraman musuh. Menendang dada Gui Liang hingga lelaki itu mundur terseok-seok, wajah Gui Liang bergetar menahan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 150 - Pembelot atau Bidak yang Setia

    Xiao Long melihat sesosok lain di jembatan. Seluruh tubuhnya hitam, tak memiliki pakaian atau lekuk tubuh selayaknya manusia biasa.Mungkin akibat benturan di kepalanya tadi kini Xiao Long mulai berhalusinasi yang tidak-tidak."Kau telah sampai di sini dengan penuh luka. Dan sekarang sumber lukamu akan sembuh hanya dengan mengambil kepala lelaki itu." Tangan tersebut menunjukan Gui Liang yang berjalan semakin jauh."Orang-orang baik itu adalah ketakutanmu. Kau takut mengkhianati perkataan kakekmu." Suara tersebut semakin berat dan samar-samar."Kebaikan tak akan membuatmu hidup. Kau hanya akan mati konyol seperti lelaki itu, dengan mata melotot di kerubuti lalat dan perut dipenuhi ulat-ulat ... Bahkan sebelum kau tahu kesalahan apa yang kau perbuat sehingga kau dihukum mati seperti itu."Mata Xiao Long terpejam sekali-kali, begitu berat kelopak matanya untuk melihat. Gelap sekali, sampai-sampai dari sosok di depannya nyaris tak terlihat selain bola matanya yang begitu hitam. "Lelaki i

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-12

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 167 - Gulungan Kuno Iblis Pembunuh

    Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 166 - Di Ambang Kematian

    Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 165 - Putaran Naga Angin

    Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 164 - Aku adalah Bencana

    Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 163 - Ingin Menyerah?

    "Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 162 - Sang Bayangan

    Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 161 - Lenyapnya Arah Tujuan

    Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 160 - Ini Tentang Perintah

    Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa

    Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu

DMCA.com Protection Status