Xiao Long melihat sesosok lain di jembatan. Seluruh tubuhnya hitam, tak memiliki pakaian atau lekuk tubuh selayaknya manusia biasa.Mungkin akibat benturan di kepalanya tadi kini Xiao Long mulai berhalusinasi yang tidak-tidak."Kau telah sampai di sini dengan penuh luka. Dan sekarang sumber lukamu akan sembuh hanya dengan mengambil kepala lelaki itu." Tangan tersebut menunjukan Gui Liang yang berjalan semakin jauh."Orang-orang baik itu adalah ketakutanmu. Kau takut mengkhianati perkataan kakekmu." Suara tersebut semakin berat dan samar-samar."Kebaikan tak akan membuatmu hidup. Kau hanya akan mati konyol seperti lelaki itu, dengan mata melotot di kerubuti lalat dan perut dipenuhi ulat-ulat ... Bahkan sebelum kau tahu kesalahan apa yang kau perbuat sehingga kau dihukum mati seperti itu."Mata Xiao Long terpejam sekali-kali, begitu berat kelopak matanya untuk melihat. Gelap sekali, sampai-sampai dari sosok di depannya nyaris tak terlihat selain bola matanya yang begitu hitam. "Lelaki i
Arah pertarungan semakin membuat Gui Liang terpojokkan dalam waktu yang terbilang singkat, jenis serangan mematikan yang ditunjukkan Xiao Long bahkan sebelum lawan menunjukkannya sudah membuat Gui Liang gentar. Tak dapat dielakkan lagi semakin lama semakin buruk keadaan untuknya. Jika tak segera menjauh dari Xiao Long mungkin Gui Liang tak akan selamat dari teknik Enam Pembunuh yang paling mematikan yang bisa saja mengambil nyawanya.Derap langkahnya mundur secara perlahan, hingga merasa jarak sudah cukup aman. Namun dalam hati Gui Liang tak dapat menerima bahwa dirinya mundur layaknya pengecut. Apa jadinya jika semua orang tahu jika seorang Cakram Es melarikan diri dari pertempuran melawan Mata Jelaga?Sudah dipastikan setelah ini nama Mata Jelaga akan jauh membumbung tinggi melebihi julukannya sendiri, dan jauh lebih berbahaya lagi jika para penyewa jasa pembunuh bayaran tak lagi menawarkan kesepakatan kepadanya.Mata tajamnya terkunci lama pada musuh yang terdiam di atas jembatan,
Darah kental menyebar perlahan di dalam air danau yang tenang mengikuti arus air di bawahnya hingga sebuah gelombang kecil terlihat di atas permukaan. Sesuatu sedang bergerak cepat menyerbu mangsanya yang terjatuh. Gerakan yang gesit itu disadari oleh salah satu dari mereka yang tumbang.Dengan cepat dia mengambil kepala musuh yang nyaris tenggelam ke dasar danau, meninggalkan danau tersebut secepat yang dia bisa. Matanya melirik ke belakang dan melihat bahwa kini Siluman ular tengah menyantap tubuh lawannya tanpa ampun.Pedang Hitam mengeluarkan reaksi yang aneh. Kepala Gui Liang yang kini dibawa oleh Xiao Long-dengan membaluti kepala itu dengan kain untuk menutupnya- mengeluarkan energi negatif dan berkumpul ke sisi kanan Xiao Long, masuk ke dalam Pedang Hitam. Lalu sekejap mata hilang tanpa berjejak.Detik itu Xiao Long mulai mengetahui tentang Pedang Hitam ini. Dia menemukannya secara misterius-di sebuah pemakaman yang terletak jauh di dalam jurang. Dan kini kekuatan misteriusnya
"lalu kesepakatan apa yang ingin kau tawarkan? Tentunya tanpa merugikan pihakku.""Kau mengerti posisiku. Nyawa orang-orang ku adalah segalanya, maka dari itu aku akan membiarkan kalian pergi dari pulau ini hidup-hidup.""Dan mengembalikan kapal-kapal kami yang telah kalian hancurkan." Xiao Long melanjutkan dengan penekanan, sejenak musuh mengerutkan alisnya dan menunjukkan pergerakan. Bawahannya datang ke arah lelaki itu, dia berbisik sebentar sebelum akhirnya pergi dan melakukan tugasnya."Orangku akan mengganti dengan satu kapal saja."Setidaknya itu sudah cukup untuk semua awaknya pulang ke daratan, Xiao Long mengangguk singkat. "Lalu?""Kalian harus meninggalkan pulau ini bersama dengan kepala itu."Zei Yu mengangkat pedang dengan wajah garang, tak lama terdengar teriakan lantang. "Kami tidak akan menyerahkannya! Karena perintah yang diutus adalah untuk membawa kepala pimpinan Aliansi Pembunuh!"Musuh terprovokasi, sebagian mengeluarkan senjata masing-masing hingga akhirnya atmo
Pelayaran berhenti di awal fajar, kapal menepi ke daratan disambut beberapa penduduk yang saat itu memanggil prajurit untuk mengabarkan kepulangan pasukan yang dibawa para pendekar ke Pulau Terapung.Hingga jangkar kapal diturunkan, pelabuhan menjadi semakin ramai. Lambaian tangan menyambut kepulangan mereka dengan suka cita. Disertai sahut-sahutan yang sayup. Salah satu prajurit maju ke depan mereka,"Akhirnya kalian kembali. Ku harap kalian membawa kabar gembira untuk kami semua."Xiao Long mengedarkan pandangan, menyadari semua mata terkunci padanya. Dia berpikir sejenak. Sesaat dirinya tahu bahwa seluruh penduduk ini menantikan dirinya berkata bahwa Aliansi Pembunuh telah tumbang di Pulau Terapung. Ketakutan yang menggerayangi kota di tempat mereka tinggal adalah momok menakutkan. Sudah tak terhitung lagi kasus pembunuhan satu keluarga yang dilakukan oleh Aliansi Pembunuh. Dan mereka takut jika mereka tak segera dibasmi maka nasib buruk itu juga akan terjadi kepada keluarga mereka
Kota Guofu gegap gempita, kedai-kedai arak ramai oleh perbincangan hangat yang sepertinya tak pernah habis semenjak tiga hari terakhir. Dari mulut mereka terdengar kabar bahwa Mata Jelaga mendapatkan penghargaan dari Walikota Goufu beserta rekan-rekannya Zei Yu, Jun Shuiyang, Bao Ning, Du Rong, Tian Wei serta prajurit-prajurit yang ikut bertempur di Pulau Terapung.Lepas dari kabar yang terus menyebar tersebut, sosok yang menjadi perbincangan itu nyatanya telah pergi meninggalkan Kota Guofu untuk melanjutkan perjalanannya. Tanpa ada yang mengetahui ke mana dia dan rekannya yang berambut merah pergi. Banyak hal berkecamuk dalam pikiran Xiao Long. Dibandingkan itu, dunia akan berlaku semakin kejam terhadapnya. Para pembunuh bayaran akan datang untuk menjemput nyawanya setelah kematian Gui Liang itu. Satu per satu tokoh jahat tumbang, bukan hal aneh lagi kepalanya menjadi incaran musuh.Dengan itu, mau tak mau Xiao Long harus memperkuat dirinya. Menjadi sosok yang ditakuti musuhnya. Sebel
"Itu dia!" teriak Huo Rong berapi-api, tapi tidak menjelaskan sama sekali apa yang dia maksud hingga Xiao Long mulai kesal."Apanya, bodoh?""Cih, otakmu tidak jalan apa bagaimana?""Otakku tidak punya kaki. Cepat katakan apa?"Huo Rong menarik napas sambil memegang erat sebelah pundak Xiao Long, bibirnya berat sekali mengucapkan sesuatu yang hendaknya disadari Xiao Long sebelum dirinya mengambil benda itu dari makam."Jangan, tinggalkan pedang itu."Xiao Long dapat menebak tapi dia tak berani mengakui dugaannya benar. "Dua makna, kawan. Dua makna. Jangan tinggalkan pedang itu. Itu yang kau pikirkan, bukan? Kau berpikir si pemilik makam berharap kau mewarisi pedang tersebut?"Anggukan pelan menandakan Xiao Long mengiyakan ucapannya. "Bagaimana jika kalimatnya ku buat seperti peringatan. Misalkan aku sedang melihat mu mengambil sebuah pedang terkutuk. Lalu aku berkata,""Jangan. Tinggalkan pedang itu."Hati Xiao Long seperti ditusuk sesuatu, rasa takut mulai datang ketika dia menyada
"Lalu apa yang harus kulakukan?""Bayangkan saja kau masuk ke dalam sebuah hutan, lalu tersesat. Kau pikir apa yang akan kau lakukan?""Tetap berjalan?""Benar. Berjalan dan cari tahu semua yang ada di sekitarmu. Dan bersiaplah dengan hal-hal tak diduga.""Kau benar." Xiao Long tersenyum lega, "Walaupun kau sedikit brengsek tapi di saat-saat tertentu jawabanmu selalu menenangkan ku."Kali ini Huo Rong tak menanggapinya sambil marah-marah, dia menarik senyum miring sambil menjepit kepala Xiao Long di ketiak sembari berbicara."Bagaimana pun kau satu-satunya teman manusia yang memperlakukan ku seperti sesama manusia. Itu saja, sudah cukup membuatku bahagia.""Hahaha, kau mulai berlebihan, bodoh. Membuatku geli saja."Xiao Long melepaskan diri dari ketiak Huo Rong. Tapi Huo Rong tak membiarkannya pergi dan justru mengeratkan jepitannya."Hoo, begitu kau padaku? Ku kira kau menganggap ku temanmu."Xiao Long menyingkirkan tangan Huo Rong dengan paksa, tapi senyumnya tak luntur malah semaki
Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert
Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah
Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d
Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un
"Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel
Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan
Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak
Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb
Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu