All Chapters of Ksatria Pengembara Season 2: Chapter 1411 - Chapter 1420

2578 Chapters

163. Bagian 27

"Baru pertama kali kulihat ada pedang indah seperti itu," pikir Dewi Mawar Hitam takjub sambil bangkit berdiri dari duduk bersilanya, "hhmm..siapa sebenarnya kang Bintang ini?"“Mustahil! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi!?" desis Golok Ringkik Kuda dengan mata terbelalak. Hatinya sempat tergetar melihat tataran ilmu yang digunakan pihak lawan. Akan tetapi, sebagai salah satu tokoh persilatan yang sudah lama malang melintang puluhan tahun lamanya, tidak membuat Golok Ringkik Kuda mundur dari arena pertarungan. Maka ;“Terima jurus golokku ini! Heaaa..!" Diiringi dengan teriakan penambah semangat, Golok Ringkik Kuda mendorongkan golok perseginya dengan dorongan kuat ke depan.Wutt! Wussshh ..!Seberkas cahaya putih terang menebar hingga dua tombak lebarnya. Tanah di sekitar pancaran sinar putih yang berasal dari jurus ‘Terjangan Kuda Jantan Gila’ yang dilepas dengan tenaga penuh membuat tanah terkelupas bagaikan ada tikus
Read more

163. Bagian 28

Kembali ke pertarungan .. Bintang masih tegak dengan posisi semula, dengan tangan kiri masihmemegang Pedang Bintang Angkasa. Tidak ada yang berubah sama sekali, tetap seperti sebelumnya. Sedang Golok Ringkik Kuda justru terjajar ke belakang hingga tanah di bawah kakinya membentuk lekukan memanjang ke belakang. Dari lima panca indra di tubuhnya keluar leleran darah kental kehitaman berbau sangit. Jelas sekali bahwa organ dalam tubuhnya terluka parah. Mungkin kesempatan untuk hidup hanya tinggal satu dua bagian saja. Andaikata ia selamat, ia pasti jadi orang cacat seumur hidup. Bintang sendiri kemudian memasukkan kembali Pedang Bintang Angkasa kedalam warangkanya.Golok persegi ditangannya pelan tapi pasti terkikis menjadi bubuk halus dan akhirnya seluruh badan golok musnah, lenyap tertiup angin, termasuk pula dengan gagang golok yang ikut menyerpih, membuat laki-laki pendek kekar ini berkata dalam keterkejutan."Golok kesayanganku..” desisn
Read more

164. Dendam Sang Adipati

DEWI MAWAR HITAM berlari kecil menghampiri Bintang yang sedang meletakkan raga tanpa nyawa Golok Ringkik Kuda. Sekujur tubuh Dewi Mawar Hitam dipenuh keringat, selain karena hawa panas siang hari, juga baru saja mengerahkan hawa murninya untuk menyembuhkan luka dalamnya."Bagaimana kondisinya, Kakang?" tanya Dewi Mawar Hitam begitu sampai dengan napas sedikit memburu.“Dia tewas.""Kakang membunuhnya?"“Aku terpaksa melakukannya, Destywuni. Sebab luka dalam yang dialaminya teramat parah. Dari pada menanggung sakit derita berkepanjangan lebih baik aku sudahi saja hidupnya," desah Bintang,"Lawanku juga tewas, Kakang," tutur perempuan berbaju hijau itu, "Padahal awalnya aku hanya ingin memberinya pelajaran, tapi, nasi telah menjadi bubur, apa yang bisa kita perbuat jika sudah begini?"Bintang hanya mengangguk pelan."Kita kuburkan mereka," ucap Bintang.Siang itu juga mayat Golok Ringkik Kuda dan Cambuk Pemutus Jiwa d
Read more

164. Bagian 2

“Sekarang guru sudah meninggal," potong Bintang menarik nafas panjang.“Aku makin penasaran, siapa sebenarnya kakang ini? kasih tahu dong kang? jangan buat aku penasaran" ucap Dewi Mawar Hitam. Tapi Bintang hanya tersenyum tanpa menjawabnya, Dewi Mawar Hitam akhirnya menyerah untuk memaksa Bintang menyebutkan tentang jati dirinya.“Menurut kakang.. Apa aku bisa berubah kearah yang lebih baik?” tanya Dewi Mawar Hitam tiba-tiba hingga membuat Bintang mengalihkan pandangan kearahnya.“Pasti bisa Destywuni, asalkan kau memang bersungguh-sungguh ingin bertobat” jawab Bintang mencoba meyakinkan.“Bagaimana bila banyak halang rintang yang menghalangi kakang. Dosa-dosa dari masa lalu yang pernah kulakukan” ucap Dewi Mawar Hitam. “Contohnya Golok Ringkik Kuda dan Cambuk Pemutus Jiwa tadi?” sambung Dewi Mawar Hitam lagi.“Masa lalu, biarkan menjadi masa lalu, bila memang ada pertanggung jawaba
Read more

164. Bagian 3

Bintang termenung sambil berpikir, “Jelas sekali ia sedang mengalami hal itu. Tapi kenapa bilang tidak! Aneh! Atau jangan-jangan ia keracunan waktu sedang bertarung dengan Cambuk Pemutus Jiwa tadi. Aku harus tanya sejelas-jelasnya."“Sewaktu bertarung tadi, apakah lawanmu menggunakan senjata beracun atau sejenisnya?" tanya Bintang."Tidak," sahut Dewi Mawar Hitam, "Memangnya ada apa, kang ?  Dari tadi pertanyaanmu aneh terus..."Sambil membetulkan letak duduknya, Bintang pun mulai berkata, "Begini! Dari tarikan napasmu, aku merasakan kalau kau sedang mengalami sesuatu... Meski lembut sekali, tapi aku merasa kalau saat ini kau sedang keracunan sesuatu atau jika tidak sedang dalam tahap pencapaian nafsu birahi," tutur Bintang"Yang benar?" tanya Dewi Mawar Hitam dengan mimik muka tidak yakin."Boleh aku pegang tangan kirimu?"“Untuk apa?" Meski bertanya begitu, toh Dewi Mawar Hitam mengangsurkan tangan kirinya juga. Jari
Read more

164. Bagian 4

"Bentuknya seperti apa?"Seperti bergumam, Dewi Mawar Hitam berkata lirih, “Seperti apa ya? Emm... mungkin bisa dikatakan seperti... serabut... ya... serabut kayu warna coklat yang segera kucabut, karena bentuknya cuma kecil. Setelah itu kubuang."“Serabut kayu?""Betul."“Apa kau tidak merasakan tanda-tanda keracunan yang aneh, Pusing misalnya?"Dewi Mawar Hitam menggeleng. Beberapa saat kemudian, barulah Dewi Mawar Hitam menyadari bahwa tubuhnya terasa hangat di bawah pusar, tepatnya di liang surga miliknya.Tiba-tiba Bintang melihat sebuah urat warna hijau di lengan kiri Dewi Mawar Hitam."Celaka!" desisnya, "Kalau dibiarkan saja, aliran darahnya bisa meledak sewaktu-waktu. Aku harus bertindak cepat." Bintang segera bangkit berdiri dan mengambil keputusan cepat, lalu meraih tangan Dewi Mawar Hitam sambil berkata, "Kita harus cari tempat atau penginapan. Penyakitmu harus segera disembuhkan atau kau akan mati dengan
Read more

164. Bagian 5

“Sialan! Kalau pemilik penginapan ini kesini bakalan aku semprot habis-habisan dia," gerutu Bintang. “Kamar bersih apanya. Debu hampir satu jengkal begini dibilang bersih. Bah!"Kembali Dewi Mawar Hitam tertawa renyah.Begitu masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu, Bintang segera melangkah keruang tengah, sambil berkata, "Lebih baik kau duduk di atas dipan sana. Aku bantu menyembuhkan lukamu." Belum lagi suara menghilang dari tenggorokan, mendadak saja Dewi Mawar Hitam merangkul dari belakang."Wah, wah, ada apa nih," protes Bintang.Tak ada sahutan dari Dewi Mawar Hitam, yang terdengar hanyalah dengusan napas memburu saja disertai pelukan yang semakin erat. Tonjolan besar di dadanya  Dewi Mawar Hitam itu menekan punggung Bintang.“Edan! Jangan-jangan dia benar-benar terkena racun birahi," pikir Bintang sambil berusaha melepaskan diri, “Atau malah mungkin dia terkena apa yang namanya Serabut Maut yang seperti
Read more

164. Bagian 6

Tanpa tempo lama, Dewi Mawar Hitam tiba-tiba merasakan sesuatu akan segera meledak dalam dirinya. Akan tetapi, ketika baru mau mencapai titik yang jarang sekali ia dapatkan, justru Bintang menghentikan permainannya, diganti dengan Bintang semakin menurunkan posisi celana luar dalam hingga mencapai lutut. Praktis belahan pantat bebas merdeka yang penuh dan kencang terpampang di depan matanya. "Kenapa berhenti?" desis Dewi Mawar Hitam, kecewa. "Bungkuk lagi," bisik Bintang tanpa menjawab pertanyaan, sembari tangan kiri menekan lembut punggung Dewi Mawar Hitam. "Gila! Mau apa lagi ?! Aku sudah tidak tahan tapi dianya masih main-main saja!" desah Dewi Mawar Hitam dalam hati. Dewi Mawar Hitam merendahkan tubuhnya hingga Bintang yang ada di belakangnya bisa melihat liang surganya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis. Dengan masih bertumpu di lutut, kepala Bintang sedikit merunduk ke bawah, lidahnya menjulur. Slepp! Langsung memainkan bibir liang surganya. “Ughh... uahh...” Dewi Mawar Hitam
Read more

164. Bagian 7

Dewi Mawar Hitam berusaha membalikkan tubuhnya, tapi Bintang kembali menahan tubuhnya hingga tetap diam membelakang dalam posisi nungging. Pipinya menempel ditembok. Rintihan terdengar terus dari bibir sensual Dewi Mawar Hitam. Bagi Dewi Mawar Hitam sendiri, rasanya seperti diterjang batang membara yang membawa geli-gatal ke seluruh dinding liang surganya. Belum apa-apa, Dewi Mawar Hitam sudah terlanda gelombang puncak birahinya yang pertama. Begitu cepat! “Aaaah... aaahh...” Beruntun dengan gelombang kedua datang saling susul menyusul. “Aaaah... uuuhh...” Dewi Mawar Hitam mengerang, melejang, bahkan sepasang matanya membeliak merasakan sebentuk kenikmatan yang untuk pertama kalinya ia rasakan. Begitu menggeletar. Begitu menggemuruh seakan sanggup merontokkan seluruh isi tubuhnya. Melihat Dewi Mawar Hitam sudah mencapai titik birahi tertinggi, Bintang segera menarik mundur seluruh tenaga yang dipakai. Srepp! Bintang mempercepat gerakan mennyerang dari belakang. Dewi Mawar Hitam s
Read more

164. Bagian 8

"Masa seperti itu?" "Racun ‘Serabut Maut’ sebenarnya masih termasuk dalam racun birahi, racun yang bisa membangkitkan nafsu birahi lawan jenis dalam tempo singkat. Semakin banyak racun yang masuk ke dalam tubuh seseorang, ia bisa menjadi budak nafsu birahi secara berkepanjangan," urai Bintang panjang lebar. "Bahkan ia menemui ajalnya dengan tubuh kurus kering." Dewi Mawar Hitam bergidik ngeri dirinya menjadi budak nafsu. “Iiihh... jangan menakut-nakuti aku, Kang?" kata Dewi Mawar Hitam sambil mendekapkan dua tangan ke pipinya. "Tapi untunglah, kau hanya terkena sedikit, jadi tidak perlu cemas seperti itu," kata Bintang, lembut. "Benarkah?" tanya Dewi Mawar Hitam sambil menurunkan sepasang tangannya. Saat ia menundukkan kepala, tiba-tiba saja ia menjerit kaget! “Aaaa...” jerit kaget Dewi Mawar Hitam terdengar. “Apa ada!?" Bintang bertanya dengan kaget. “Itu... itu apa?" tanya Dewi Mawar Hitam sambil tangan kanannya menuding kebawah pusar Bintang yang masih berdiri kokoh seperti
Read more
PREV
1
...
140141142143144
...
258
DMCA.com Protection Status