Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1401 - Bab 1410

2578 Bab

163. Bagian 17

Semakin dekat, semakin jelas tembang nyanyian itu terdengar, Bintang kemudian turun dari punggung Sembrani, Bintang lalu membiarkan Sembrani untuk pergi meninggalkan tempat itu, karena kini Bintang sudah mengetahui darimana tembang nyanyian itu berasal. Sembrani kemudian pergi meninggalkan tempat itu, sementara Bintang sendiri berjalan menuju kearah rerimbunan dedaunan lebat yang ada dihadapannya.Srrrttt..Bintang menyibak dedaunan yang tumbuh lebat dihadapannya. Tapi baru saja menyibak dedaunan lebat itu, tiba-tiba saja Bintang berhenti menyibak dan mematung. Kedua mata Bintang tampak membesar. Beberapa langkah dihadapan Bintang, tampak sosok seorang perempuan yang tengah membersihkan tubuhnya disebuah pancuran air, perempuan itu tampak tak mengenakan apapun ditubuhnya alias bugil, sehingga tubuhnya yang putih dan mulus terlihat dengan jelas dimata Bintang, apalagi tubuhnya yang begitu montok semakin membuat Bintang panas dingin. Keringat dingin tampak mengalir diwaj
Baca selengkapnya

163. Bagian 18

“Ya aku tau.. dan aku menyesali apa yang telah kulakukan itu” ucap Dewi Mawar Hitam hingga membuat Bintang terkejut mendengarnya. “Jika memang ingin menangkapku, tangkaplah! aku takkan melawan” ucap Dewi Mawar Hitam seraya menyorongkan kedua tangannya kepada Bintang. Sikap Dewi Mawar Hitam tentu saja mengherankan dan mengejutkan Bintang.“Datuk Tuak sudah menceritakan semuanya, percuma saja jika aku melawanmu. Lagipula aku sudah berniat untuk bertobat, aku ingin memulai hidup baru” ucap Dewi Mawar Hitam lagi. Bintang terdiam mendengar hal itu, sulit bagi Bintang untuk mempercayainya.“Karena itu aku bersedia ditangkap olehmu, aku akan mempertanggung jawabkan perbuatanku pada penduduk desa Jati Wangi” sambung Dewi Mawar Hitam seraya kembali menyorongkan kedua tangannya kepada Bintang. Bintang masih tetap terdiam ditempatnya. Bintang masih meragukan ucapan Dewi Mawar Hitam, tapi Dewi Mawar Hitam tetap menyorongkan
Baca selengkapnya

163. Bagian 19

“Bagaimana sekarang kakang?” tanya sosok wanita tua yang berjalan disebelahnya.“Kita cari warung makan dulu nyi, disana pasti banyak informasi yang bisa kita dapatkan” ucap sosok lelaki tua itu lagi.Sebuah warung makan yang tampak begitu ramai pengunjungnya, baik dari masyarakat desa Jati Wangi sendiri, maupun dari para pedagang ataupun para pendekar yang sekedar lewat didesa Jati Wangi.Sosok lelaki tua dan wanita tua berpakaian merah itupun singgah diwarung tersebut, si empunya warungpun segera menyambut mereka.“Mari.. mari silahkan masuk tuan pendekar.. nyonya” ucap si empunya warung mengarahkan keduanya kearah sebuah kursi yang baru saja ditinggalkan pemiliknya.“Tuan dan nyonya pendekar mau pesan apa?”“Siapkan saja yang paling enak diwarung ini ki” ucap siwanita tua.“Baik..baik”Tak lama, si empunya warung sudah kembali dengan du
Baca selengkapnya

163. Bagian 20

Siang itu, disebuah jalan setapak disebuah kaki lembah, tampak sepasang mudi mudi yang tengah berjalan beriringan, tapi tak ada yang berbicara diantara keduanya yang lebih banyak diam, sementara sosok yang wanita tampak terus memperhatikan sosok lelaki muda tampan yang berjalan disebelahnya."Boleh aku memanggilmu.. Kakang?"“Silahkan saja." sahut seorang pemuda berjubah biru, “Mau disebut kakang, mau kakek, mau paman aku juga tidak bakalan protes. Asal jangan nenek saja!""Hi-hi-hik," gadis cantik berbaju hijau tertawa sambil menutup mulut,“Kakang ternyata lucu juga." Ucap si gadis tertawa ringan, lelaki muda tampan yang ada disebelahnya hanya mengeluarkan senyum datar.Kedua orang berbeda jenis itu adalah Bintang dan gadis yang ada disebelahnya tak lain tak bukan adalah Dewi Mawar Hitam adanya. Sudah tiga hari lamanya mereka menempuh perjalanan bersama dan dengan tujuan yang sama pula, Yaitu .. ke Desa Jati Wangi.
Baca selengkapnya

163. Bagian 21

“Jadi beneran istri kakang banyak, ada berapa?” tanya Dewi Mawar Hitam penasaran. Bintang hanya diam.“Dua.” ucap Dewi Mawar Hitam mengacungkan dua jarinya, Bintang menggeleng.“Tiga.” ucap Dewi Mawar Hitam lagi mengacungkan tiga jarinya, tapi Bintang kembali menggeleng.“Empat.” ucap Dewi Mawar Hitam lagi dengna penasaran mengacungkan empat jarinya, lagi-lagi Bintang menggeleng.“Lima.” ucap Dewi Mawar Hitam dengan wajah berubah, lagi-lagi Bintang menggeleng.“Enam”“Tujuh”“Delapan”“Sembilan”“Sepuluh”Sampai disini Dewi Mawar Hitam menghentikan ucapannya dan wajah Dewi Mawar Hitam semakin berubah melihat gelengan dikepala Bintang.“Jadi berapa kang?” tanya Dewi Mawar Hitam semakin penasaran.“Dua puluh” jawab Bintang enteng, tapi sudah cukup membuat wajah
Baca selengkapnya

163. Bagian 22

"Ha-ha-ha! Pucuk di cinta ulam tiba! Tidak di cari justru orang yang kita cari ada di depan mata, sobat Golok Ringkik Kuda!""Benar, kawan! Cuma sayang, Serabut Mautmu gagal mengenai Dewi Mawar Hitam!" seru yang sebelah kiri yang pada pundaknya memanggul sebuah benda berbentuk kotak mengkilat. “Andai kena, pasti dia mengemis-ngemis pada kita berdua untuk memuaskan hasratnya, hua-ha-ha!""Hua-ha-ha!"Begitu mendengar suara itu, Bintang segera melepas pelukan pada Dewi Mawar Hitam dan keduanya bangkit berdiri.Di saat melihat dua orang yang menyerang dengan senjata rahasia, selebar wajah ayu Dewi Mawar Hitam langsung mengkelap membesi, apa lagi ia mengenal dua orang pembokong itu."Rupanya kalian!" seru Dewi Mawar Hitam dengan suara tertahan di leher."Benar! Memang kami!" sahut yang mempunyai lilitan cambuk di pinggangnya.“Kenapa? Kangen, ya?"Keduanya adalah Golok Ringkik Kuda dan Cambuk Pemutus Jiwa! Keduanya mema
Baca selengkapnya

163. Bagian 23

Wutt!Meski terlihat sederhana, tapi justru sanggup memasuki celah-celah dari bayangan golok lawan. Bahkan kini Bintang melayangkan tendangannya kearah ulu hati lawan."Edan!" maki Golok Ringkik Kuda saat serangan goloknya selalu meleset dari tubuh lawan. Tapi sebagai tokoh kawakan, ia tidak malu menyandang gelar Golok Ringkik Kuda. Laki-laki berbadan pendek kekar itu segera menarik jurus dan dalam sekejap mata, badan golok super lebar sudah menghadang di depan dada.Dagg!Benturan antara ujung kaki Bintang dengan badan golok lebar terdengar keras. Golok Ringkik Kuda terjajar ke belakang beberapa tindak. Terlihat sekali kedua tangannya gemetar waktu memegang golok.“Sinting! Ilmu apa yang digunakan pendekar itu untuk menghindar tadi.., tenaga dalamnya juga hebat. Golokku hampir saja terlepas dari tangan. Siapa sebenarnya pendekar ini?" pikir si laki-laki pendek kekar.  "Golok dan tanganku seperti dirambati semut api.""Bagaimana?
Baca selengkapnya

163. Bagian 24

Dewi Mawar Hitam yang tidak menyangka lawan begitu lihai memainkan cambuk, langsung membuang tubuh ke kiri sambil tangkai besi bunga mawar hitamnya berusaha membabat ke ujung cambuk lawan yang tengah mengancam pinggangnya.Criing! Triing!"Cambuk ini terbuat dari besi," desis Dewi Mawar Hitam setelah tangkis besi bunga mawar hitamnya sedikit gompal."Ha-ha-ha! Senjata rongsokanmu mana sanggup merontokkan jalinan besi yang membungkus cambuk kesayanganku ini," kata Cambuk Pemutus Jiwa dengan angkuh. Tanpa menjawab sepatah kata pun, kembali Dewi Mawar Hitam menyerang. Tak pelak lagi, pertarungan terpecah di dua tempat.Lama kelamaan Dewi Mawar Hitam keteteran atau tepatnya dibawah angin, karena yang dihadapinya saat ini adalah salah satu tokoh silat aliran hitam yang bergelar Cambuk Pemutus Jiwa, seorang jago silat kawasan selatan, tentu saja tidak memiliki ilmu pasaran. Ilmu cambuknya yang bernama "Cambuk Langit Berarak" merupakan jurus simpanan ya
Baca selengkapnya

163. Bagian 25

Dewi Mawar Hitam yang saat itu masih melayang di udara, tersentak kaget, "Celaka tigabelas!" Tidak ada waktu untuk menghindar, bahkan untuk menghimpun kekuatan juga tidak sempat. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah memperhebat serangan hawa angin tajam ke lawan, siapa tahu saja sanggup menahan pukulan sakti yang dilancarkan lawan.Wutt! Wutt!! Dhuarr! Buaghh! Crasss! Crasss!!Cambuk di tangan lawan kontan terputus-putus menjadi puluhan potong, termasuk pula kepala Cambuk Pemutus Jiwa menggelinding ke tanah dalam kondisiterbelah kecil-kecil. Orang tanpa kepala tentu nyawanya tidak bakalan mau lama-lama berada di dalam raga, apalagi jika berdiri lama-lama!Bruggh!Bersamaan dengan rubuhnya Cambuk Pemutus Jiwa yang tanpa nyawa lagi, Dewi Mawar Hitam ikut melayang jatuh di tanah.Bruggh!Dewi Mawar Hitam segera berusaha bangkit dari keterpurukan, namun baru saja mengangkat kepala, darah kental kehitaman tersembur keluar da
Baca selengkapnya

163. Bagian 26

“Setan keparat! Silahkan kau pentang bacot sesukamu!" bentak Golok Ringkik Kuda gusar, namun pengerahan hawa sakti terus meningkat setahap demi setahap. Begitu mencapai batas maksimal, sekujur tubuh pendek kekar itu diselimuti cahaya putih yang membungkus sekujur tubuhnya.Sriiing!Perlahan-lahan, pancaran sinar putih menjalar naik dan pada akhirnya terkumpul di genggaman tangan dan terus menjalar hingga badan golok memancarkan sinar putih menyilaukan mata. Semakin lama pancaran sinar putih membesar, dan berikutnya mendadak bergejolak seperti ombak di tepi pantai. Bahkan jilatan-jilatan cahaya itu membuat jarak dua tombak di sekitar Golok Ringkik Kuda seperti pasir pantai yang dihempaskan oleh gelombang laut pasang.Srakk! Srakk!Sementara itu, Bintang sendiri tidak tinggal diam menunggu serangan lawan seperti yang sudah-sudah.“Sepertinya aku harus menghajar adat sipendek ini," kata hati Bintang seraya membuang ranting kering ditangnny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
139140141142143
...
258
DMCA.com Protection Status