Dewi Mawar Hitam yang tidak menyangka lawan begitu lihai memainkan cambuk, langsung membuang tubuh ke kiri sambil tangkai besi bunga mawar hitamnya berusaha membabat ke ujung cambuk lawan yang tengah mengancam pinggangnya.
Criing! Triing!
"Cambuk ini terbuat dari besi," desis Dewi Mawar Hitam setelah tangkis besi bunga mawar hitamnya sedikit gompal.
"Ha-ha-ha! Senjata rongsokanmu mana sanggup merontokkan jalinan besi yang membungkus cambuk kesayanganku ini," kata Cambuk Pemutus Jiwa dengan angkuh. Tanpa menjawab sepatah kata pun, kembali Dewi Mawar Hitam menyerang. Tak pelak lagi, pertarungan terpecah di dua tempat.
Lama kelamaan Dewi Mawar Hitam keteteran atau tepatnya dibawah angin, karena yang dihadapinya saat ini adalah salah satu tokoh silat aliran hitam yang bergelar Cambuk Pemutus Jiwa, seorang jago silat kawasan selatan, tentu saja tidak memiliki ilmu pasaran. Ilmu cambuknya yang bernama "Cambuk Langit Berarak" merupakan jurus simpanan ya
Dewi Mawar Hitam yang saat itu masih melayang di udara, tersentak kaget, "Celaka tigabelas!" Tidak ada waktu untuk menghindar, bahkan untuk menghimpun kekuatan juga tidak sempat. Satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah memperhebat serangan hawa angin tajam ke lawan, siapa tahu saja sanggup menahan pukulan sakti yang dilancarkan lawan.Wutt! Wutt!! Dhuarr! Buaghh! Crasss! Crasss!!Cambuk di tangan lawan kontan terputus-putus menjadi puluhan potong, termasuk pula kepala Cambuk Pemutus Jiwa menggelinding ke tanah dalam kondisiterbelah kecil-kecil. Orang tanpa kepala tentu nyawanya tidak bakalan mau lama-lama berada di dalam raga, apalagi jika berdiri lama-lama!Bruggh!Bersamaan dengan rubuhnya Cambuk Pemutus Jiwa yang tanpa nyawa lagi, Dewi Mawar Hitam ikut melayang jatuh di tanah.Bruggh!Dewi Mawar Hitam segera berusaha bangkit dari keterpurukan, namun baru saja mengangkat kepala, darah kental kehitaman tersembur keluar da
“Setan keparat! Silahkan kau pentang bacot sesukamu!" bentak Golok Ringkik Kuda gusar, namun pengerahan hawa sakti terus meningkat setahap demi setahap. Begitu mencapai batas maksimal, sekujur tubuh pendek kekar itu diselimuti cahaya putih yang membungkus sekujur tubuhnya.Sriiing!Perlahan-lahan, pancaran sinar putih menjalar naik dan pada akhirnya terkumpul di genggaman tangan dan terus menjalar hingga badan golok memancarkan sinar putih menyilaukan mata. Semakin lama pancaran sinar putih membesar, dan berikutnya mendadak bergejolak seperti ombak di tepi pantai. Bahkan jilatan-jilatan cahaya itu membuat jarak dua tombak di sekitar Golok Ringkik Kuda seperti pasir pantai yang dihempaskan oleh gelombang laut pasang.Srakk! Srakk!Sementara itu, Bintang sendiri tidak tinggal diam menunggu serangan lawan seperti yang sudah-sudah.“Sepertinya aku harus menghajar adat sipendek ini," kata hati Bintang seraya membuang ranting kering ditangnny
"Baru pertama kali kulihat ada pedang indah seperti itu," pikir Dewi Mawar Hitam takjub sambil bangkit berdiri dari duduk bersilanya, "hhmm..siapa sebenarnya kang Bintang ini?"“Mustahil! Bagaimana mungkin ini bisa terjadi!?" desis Golok Ringkik Kuda dengan mata terbelalak. Hatinya sempat tergetar melihat tataran ilmu yang digunakan pihak lawan. Akan tetapi, sebagai salah satu tokoh persilatan yang sudah lama malang melintang puluhan tahun lamanya, tidak membuat Golok Ringkik Kuda mundur dari arena pertarungan. Maka ;“Terima jurus golokku ini! Heaaa..!" Diiringi dengan teriakan penambah semangat, Golok Ringkik Kuda mendorongkan golok perseginya dengan dorongan kuat ke depan.Wutt! Wussshh ..!Seberkas cahaya putih terang menebar hingga dua tombak lebarnya. Tanah di sekitar pancaran sinar putih yang berasal dari jurus ‘Terjangan Kuda Jantan Gila’ yang dilepas dengan tenaga penuh membuat tanah terkelupas bagaikan ada tikus
Kembali ke pertarungan .. Bintang masih tegak dengan posisi semula, dengan tangan kiri masihmemegang Pedang Bintang Angkasa. Tidak ada yang berubah sama sekali, tetap seperti sebelumnya. Sedang Golok Ringkik Kuda justru terjajar ke belakang hingga tanah di bawah kakinya membentuk lekukan memanjang ke belakang. Dari lima panca indra di tubuhnya keluar leleran darah kental kehitaman berbau sangit. Jelas sekali bahwa organ dalam tubuhnya terluka parah. Mungkin kesempatan untuk hidup hanya tinggal satu dua bagian saja. Andaikata ia selamat, ia pasti jadi orang cacat seumur hidup. Bintang sendiri kemudian memasukkan kembali Pedang Bintang Angkasa kedalam warangkanya.Golok persegi ditangannya pelan tapi pasti terkikis menjadi bubuk halus dan akhirnya seluruh badan golok musnah, lenyap tertiup angin, termasuk pula dengan gagang golok yang ikut menyerpih, membuat laki-laki pendek kekar ini berkata dalam keterkejutan."Golok kesayanganku..” desisn
DEWI MAWAR HITAM berlari kecil menghampiri Bintang yang sedang meletakkan raga tanpa nyawa Golok Ringkik Kuda. Sekujur tubuh Dewi Mawar Hitam dipenuh keringat, selain karena hawa panas siang hari, juga baru saja mengerahkan hawa murninya untuk menyembuhkan luka dalamnya."Bagaimana kondisinya, Kakang?" tanya Dewi Mawar Hitam begitu sampai dengan napas sedikit memburu.“Dia tewas.""Kakang membunuhnya?"“Aku terpaksa melakukannya, Destywuni. Sebab luka dalam yang dialaminya teramat parah. Dari pada menanggung sakit derita berkepanjangan lebih baik aku sudahi saja hidupnya," desah Bintang,"Lawanku juga tewas, Kakang," tutur perempuan berbaju hijau itu, "Padahal awalnya aku hanya ingin memberinya pelajaran, tapi, nasi telah menjadi bubur, apa yang bisa kita perbuat jika sudah begini?"Bintang hanya mengangguk pelan."Kita kuburkan mereka," ucap Bintang.Siang itu juga mayat Golok Ringkik Kuda dan Cambuk Pemutus Jiwa d
“Sekarang guru sudah meninggal," potong Bintang menarik nafas panjang.“Aku makin penasaran, siapa sebenarnya kakang ini? kasih tahu dong kang? jangan buat aku penasaran" ucap Dewi Mawar Hitam. Tapi Bintang hanya tersenyum tanpa menjawabnya, Dewi Mawar Hitam akhirnya menyerah untuk memaksa Bintang menyebutkan tentang jati dirinya.“Menurut kakang.. Apa aku bisa berubah kearah yang lebih baik?” tanya Dewi Mawar Hitam tiba-tiba hingga membuat Bintang mengalihkan pandangan kearahnya.“Pasti bisa Destywuni, asalkan kau memang bersungguh-sungguh ingin bertobat” jawab Bintang mencoba meyakinkan.“Bagaimana bila banyak halang rintang yang menghalangi kakang. Dosa-dosa dari masa lalu yang pernah kulakukan” ucap Dewi Mawar Hitam. “Contohnya Golok Ringkik Kuda dan Cambuk Pemutus Jiwa tadi?” sambung Dewi Mawar Hitam lagi.“Masa lalu, biarkan menjadi masa lalu, bila memang ada pertanggung jawaba
Bintang termenung sambil berpikir, “Jelas sekali ia sedang mengalami hal itu. Tapi kenapa bilang tidak! Aneh! Atau jangan-jangan ia keracunan waktu sedang bertarung dengan Cambuk Pemutus Jiwa tadi. Aku harus tanya sejelas-jelasnya."“Sewaktu bertarung tadi, apakah lawanmu menggunakan senjata beracun atau sejenisnya?" tanya Bintang."Tidak," sahut Dewi Mawar Hitam, "Memangnya ada apa, kang ? Dari tadi pertanyaanmu aneh terus..."Sambil membetulkan letak duduknya, Bintang pun mulai berkata, "Begini! Dari tarikan napasmu, aku merasakan kalau kau sedang mengalami sesuatu... Meski lembut sekali, tapi aku merasa kalau saat ini kau sedang keracunan sesuatu atau jika tidak sedang dalam tahap pencapaian nafsu birahi," tutur Bintang"Yang benar?" tanya Dewi Mawar Hitam dengan mimik muka tidak yakin."Boleh aku pegang tangan kirimu?"“Untuk apa?" Meski bertanya begitu, toh Dewi Mawar Hitam mengangsurkan tangan kirinya juga. Jari
"Bentuknya seperti apa?"Seperti bergumam, Dewi Mawar Hitam berkata lirih, “Seperti apa ya? Emm... mungkin bisa dikatakan seperti... serabut... ya... serabut kayu warna coklat yang segera kucabut, karena bentuknya cuma kecil. Setelah itu kubuang."“Serabut kayu?""Betul."“Apa kau tidak merasakan tanda-tanda keracunan yang aneh, Pusing misalnya?"Dewi Mawar Hitam menggeleng. Beberapa saat kemudian, barulah Dewi Mawar Hitam menyadari bahwa tubuhnya terasa hangat di bawah pusar, tepatnya di liang surga miliknya.Tiba-tiba Bintang melihat sebuah urat warna hijau di lengan kiri Dewi Mawar Hitam."Celaka!" desisnya, "Kalau dibiarkan saja, aliran darahnya bisa meledak sewaktu-waktu. Aku harus bertindak cepat." Bintang segera bangkit berdiri dan mengambil keputusan cepat, lalu meraih tangan Dewi Mawar Hitam sambil berkata, "Kita harus cari tempat atau penginapan. Penyakitmu harus segera disembuhkan atau kau akan mati dengan
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig