Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1421 - Bab 1430

2578 Bab

164. Bagian 9

"Kalau yang ini bagaimana?" Bintang segera membuka kancing-kancing di depan sepasang gunung kembar Dewi Mawar Hitam. Tidak sulit melakukan yang satu ini, karena posisi kancingbaju tampaknya sengaja dibuat untuk mudah dibuka. Sebentar saja telah terpampang pemandangan indah menakjubkan, putih mulus tanpa cela, tersangga penutup dada yang seperti tidak cukup muat menampung gelembung daging menggairahkan itu. Bintang tentu paham semua gerakan birahi Dewi Mawar Hitam dalam dekapannya. Paham semua petunjuk paling samar sekalipun. Bintang sudah sangat paham apayang disukai tipe perempuan seperti Dewi Mawar Hitam kala bercinta yaitu sebuah usapan lembut di perut yang perlahan-lahan menuju ke bawah, menyelinap diantara dua pahanya yang bagai pualam, dilanjutkan dengan penjelajahan nakal di liang surga yang mulai terkuak mengundang sentuhan penuh pengertian. Tanpa kata, Bintang mengusap-usap lembut permukaan perut datar Dewi Mawar Hitam, seperti hendak ikut merasakan gerak gejolak gairah d
Baca selengkapnya

164. Bagian 10

Justru hal ini membuat Dewi Mawar Hitam semakin mengerang-erang berkepanjangan, merasakan sebentuk titik puncak birahi awal yang tercipta didasar pinggulnya. Ia menggelinjang dan membuka kedua pahanya lebih lebar lagi, dan lebih lebar lagi, seakan mengundang Bintang untuk menjelajah lebih dalam lagi. Tetapi, sebelum Bintang sempat bergerak lebih jauh, Dewi Mawar Hitam tak bisa menahan ledakan puncak kenikmatan. Menggelepar kuat, dan mengerang panjang! “Aaaaaaahhh...” Sambil mencengkeram pinggiran dipan kuat-kuat dan melentingkan tubuhnya. Bintang membiarkan sang bidadari sensual menikmati ledakan puncak kenikmatan, melepaskan isapan di bagian ujung gunung kembar, dan mengalihkan tangannya ke pinggul Dewi Mawar Hitam. Di ciuminya wajah yang tampak semburatmemerah-jambu dan tegang berkonsentrasi menikmati puncak birahi. Wajah itu semakin cantik dan semakin bersinar tatkala mencapai titik puncak birahi. Pemandangan paling indah dalam sebuah percumbuan!Merupakan episode paling menegan
Baca selengkapnya

164. Bagian 11

“Ahhh... yang bener?" sergah Bintang, “Aku belum pernah merasakan seperti apa yang aku rasakan sekarang ini, Kang... Aku betul-betul jatuh hati pada kakang...." "Tapi, aku kan sudah punya banyak istri?" “Aku tidak peduli. Jadi istri gelap pun aku bersedia," kata Dewi Mawar Hitam, serius. “Asal selalu tetap bersama kakang..." lalu dengan bergairah Dewi Mawar Hitam menciumi leher, pipi, mata, hidung... semua permukaan wajah Bintang dan berhenti dibibir Bintang. Dewi Mawar Hitam melumatnya dengan penuh gairah. Bintangpun ikut membalasnya tak kalah gairah. Bintang segera tidur terlentang setelah Dewi Mawar Hitam mendorong tubuhnya. “Jangan bergerak!" bisik Dewi Mawar Hitam sambil bergerak mundur kebelakang bawah, menelusur pinggul Bintang. Geraknya gemulai, seperti seorang penari yang menyiapkan gerakan pembukaan dalam sebuah tarian. Dengan takjub Bintang memandang tubuh telanjang yang serba indah menggairahkan itu terpampang bebas di wajahnya. Dewi Mawar Hitam kemudian melakukan beb
Baca selengkapnya

164. Bagian 12

SEBUAH warung kecil tanpa dinding yang ada dipinggiran sebuah hutan tampak begitu ramai pengunjungnya, pergi satu datang satu, datang satu pergi satu, begitu seterusnya, karena memang warung kecil itu letaknya sangat strategis, berada dipinggiran sebuah hutan yang menjadi lalu lalang orang-orang yang melewati tempat itu. Warung itu tampak menyiapkan meja-meja dan kursi dialam terbuka, karena gubuknya hanya untuk hidangannya saja.Diantara banyaknya para pengunjung, disalah satu meja tampak duduk sepasang muda mudi yang juga tengah menikmati sarapan pagi mereka, yang satu adalah sosok lelaki muda tampan yang mengenakan pakaian pendekar dengan Blangkon Koncir/Kliwir dikepalanya, sebilah pedang bergagang indah tampak tersampir dipunggungnya, sementara itu duduk dihadapannya seorang perempuan berpakaian hijau dengan ikat pinggang berkepala lempengan logam hitam berbentuk bunga mawar hitam telah melekat di tubuhnya dan tersunting di telinga dan diatas rambutnya. Melihat sosok kedu
Baca selengkapnya

164. Bagian 13

“Mpu Bajil... Nini Rampah..” ucap Dewi Mawar Hitam mengenali kedua sosok yang ada dibelakangnya, terlihat jelas wajah Dewi Mawar Hitam langsung berubah. Sosok yang ternyata Mpu Bajil dan Nini Rampah itu tampak berjalan memutari meja Bintang dan Dewi Mawar Hitam sehingga kini keduanya sudah berada dihadapan Bintang dan Dewi Mawar Hitam.Ketiganya memang sudah sangat saling mengenal satu sama lain, Dewi Mawar Hitam mengenali Mpu Bajil dan Nini Rampah sebagai pengawal pribadi Adipati Sutapati, sedangkan Mpu Bajil dan Nini Rampah mengenali sosok Dewi Mawar Hitam sebagai kekasih Aryasuta.Sejenak Mpu Bajil dan Nini Rampah tampak menatap kearah sosok Bintang yang masih dengan tenang menikmati sarapan paginya.“Apa yang kau lakukan disini Dewi Mawar Hitam ? apa kau tahu apa yang terjadi pada Aryasuta?” tanya Nini Rampah kepada Dewi Mawar Hitam.Dewi Mawar Hitam terlihat hanya terdiam seraya sesekali melirik kearah Bintang, Dewi Mawar Hita
Baca selengkapnya

164. Bagian 14

Sementara itu Nini Rampah dan Dewi Mawar Hitam terlihat sudah bersiap untuk beradu ilmu kanuragan hingga ;“Tunggu!” sebuah suara yang penuh wibawa dan ketegasan terdengar hingga menghentikan niat Nini Rampah dan Dewi Mawar Hitam untuk saling menyerang, keduamya segera menoleh kearah asal suara yang rupanya berasal dari Bintang.“Daripada buang-buang tenaga untuk pertarungan yang sia-sia, lebih baik kita duduk bersama menikmati sarapan pagi yang enak ini” ucap Bintang menawarkan Mpu Bajil dan Nini Rampah untuk ikut bersama sarapan. Hal ini membuat Mpu Bajil dan Nini Rampah terlihat saling pandang satu sama lain.“Mereka jangan dilayani kakang... tidak akan ada gunanya” sanggah Dewi Mawar Hitam lagi.“Kau jangan sembarangan bicara Dewi Mawar Hitam!” bentak Nini Rampah dengan keras, bentakan yang cukup keras itu terdengar hingga seantero tempat itu sehingga kini sosok Dewi Mawar Hitam langsung menjadi perhatia
Baca selengkapnya

164. Bagian 15

“Walau bagaimanapun, kisanak harus bertanggung jawab atas kematian Lurah Gelagah Ireng” ucap Mpu Bajil bersikeras dengan hal itu.“Jika aku menolak?”“Terpaksa kami membawa kisanak secara paksa kehadapan gusti adipati”“Lakukan kalau kalian memang mampu!” ucap Bintang menantang.Mpu Bajil dan Nini Rampah menatap tajam kearah Bintang, untuk sesaat suasana ditempat itu terasa lebih mencekam. Dewi Mawar Hitam yang ada didekat Bintang juga ikut bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.“Apapun yang terjadi, jangan ikut campur Destywuni” ucap Bintang kepada Dewi Mawar Hitam hingga membuat Dewi Mawar Hitam bersungut-sungut sendiri mendengarnya.Debbb! Debbb!Masih dalam posisi duduk, Mpu Bajil tiba-tiba saja melancarkan serangan tinjunya kearah Bintang, bukan Bintang namanya bila harus kelabakan mendapati serangan sedekat itu, hanya dengan memiringkan sedikit ke
Baca selengkapnya

164. Bagian 16

"Hiaaah...!"Mpu Bajil melesat melancarkan serangan dahsyatnya kearah Bintang, tapi Bintang dengan sangat tenang bergerak menghindarinya. Mpu Bajil sendiri bukan hanya dengan tangan kosong menyerang Bintang, bahkan tongkat ditangan kanannyapun terkadang ikut menyerang.Bintang terus bergerak mundur menjauhi meja-meja yang ada diwarung makan terbuka itu agar tempat itu tidak menjadi serangan salah sasaran dari pertarungan mereka, sementara itu semua yang melihat pertarungan itu semakin tertarik untuk mengetahui siapa yang akan memenangkan pertarungan diantara keduanya.Mpu Bajil mulai mengeluarkan jurus-jurus tingkat tinggi. Gerakan-gerakannya sangat cepat, sulit diikuti mata biasa, sehingga yang terlihat hanya bayangan saja berkelebatan. Tempat di sekitar pertarungan sudah mulai porak-poranda. Debu mengepul ke angkasa menghalangi pandangan mata, tapi sejauh ini Bintang masih dengan tenang bergerak menghindari setiap serangan yang dilancarkan oleh Mpu Bajil. Tapi
Baca selengkapnya

164. Bagian 17

“Ksatria Dari Setyo Kencana... Coba kau hadapi jurus Angkin merahku ini!” ucap Nini Rampah seraya mempersiapkan jurusnya. Angkin merah ditangannya langsung dibentangkan dengan keras diantara kedua tangannya."Hiaaah...!" Nini Rampah melancarkan serangannya dengan teriakan keras.Wusss...!Angkin merah itu tiba-tiba saja memanjang dan meleset kearah Bintang. Bintang hanya menggeser sedikit tubuhnya kesamping hingga serangan Angkin merah itu lewat disebelah kanan tubuhnya.Dhuarr!Terjadi ledakan kecil saat ujung Angkin merah itu hanya menghantam tempat kosong.Wusss...! Wusss...! Wusss...!Serangan pertama lolos, Nini Rampah kembali melanjutkan serangannya dengan beruntun kearah Bintang. Bintang kembali bergerak lincah dengan kedua kakinya menghindari serangan lawannya.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Selanjutnya tempat itu terjadi ledakan-ledakan kecil yang terjad
Baca selengkapnya

164. Bagian 18

Di serang mendadak seperti itu, Bintang bergerak cepat untuk mengatasi ‘Tinju Baja’ milik Mpu Bajil yang kini tengah melesat kearahnya.Tappp!!!Bintang justru langsung menangkap pukulan Mpu Bajil dengan tangan kirinya hingga kini terlihat Bintang dengan posisi tangan kanan menangkap Angkin merah milik Nini Rampah, tangan kiri mencengkram ‘Tinju Baja’ milik Mpu Bajil. Ketiganya langsung beradu tenaga dalam.Semua terkesima melihat hal itu, dan yang paling khawatir adalah Dewi Mawar Hitam yang melihat keadaan Bintang yang langsung dikeroyok oleh dua orang tokoh digdaya Gelagah Ireng tersebut.Bintang yang digempur dengan tenaga dalam dahsyat dari dua arah, sedikit kewalahan juga. Ternyata Mpu Bajil dan Nini Rampah memiliki tenaga dalam yang tak bisa diremehkan, karena itu, Bintangpun segera mengerahkan kekuatan cakra petir dari dalam tubuhnya.Zzgggghhh.....! Zzgggghhh.....!
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141142143144145
...
258
DMCA.com Protection Status