Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1341 - Bab 1350

2578 Bab

161. Bagian 3

Bintang kemudian duduk bersila di belakang Jerangkong Hidup. Sebentar dipejamkan matanya, lalu kedua telapak tangannya ditempelkan ke punggung Jerangkong Hidup. Pelahan-lahan matanya kembali terbuka bersamaan dengan mengepulnya asap tipis dari sela-sela jari tangan yang menempel di punggung."Kosongkan jiwamu, Jerangkong Hidup," kata Bintang. Tubuh Bintang mulai bergetar sedikit. Tak lamakemudian, dari ubun-ubun Jerangkong Hidup mengepul asap berwarna kuning kebiru-biruan. Semakin lama asap itu semakin menggumpal, dan akhirnya menguap diudara."Hhh...!" Bintang menarik napas dalam dalam ketika seluruh asap kuning kebiru-biruan yang mengepul dariubun-ubun Jerangkong Hidup hingga tuntas, dan menguap diudara. Bintang melepaskan tangannya dari punggung Jerangkong Hidup, kemudian bangkit berdiri dan kembali duduk bersila di depan bekas lawannya itu. Tampak mata Jerangkong Hidup masih terpejam. Tapi kemudian mata itu terbuka pelahan-lahan,"Mengapa kau menolongku, Ksatria Pengembara?" tan
Baca selengkapnya

161. Bagian 4

“Setahu hamba, dia seorang tokoh rimba persilatan yang berperangai aneh dan berilmu tinggi. Tidak ada yang tahu dia berada dalam golongan mana. Kadang-kadang ia membantu yang lemah dan memerangi kezaliman, tapi kadang-kadang pula membantu kejahatan," ujar Bayan Sangkuri menjelaskan."Tampaknya kau memiliki pandangan luas tentang dunia persilatan," puji Bintang."Hamba selalu mengikuti perkembangan dunia persilatan, Gusti Prabu," Bayan Sangkuri mengakui."Kalau begitu, apa pendapatmu tentang tujuan Jerangkong Hidup datang ke sini semalam?""Mungkin hanya ingin mencoba kesaktian Gusti Prabu," jawab Bayan Sangkuri ragu-ragu."Aku rasa tidak, Bayan Sangkuri," bantah Bintang."Gusti Prabu punya pemikiran lain?""Kulihat ada sesuatu yang tersembunyi di balik maksud kedatangannya semalam."“Sebaiknya Gusti Prabu tidak perlu memikirkan hal itu. Kita harus terpusat untuk menghadapi si Durjana dan para begundalnya," celetuk Ki Parung"Kau benar, Ki Parung," sambut Bintang setuju"Persoalan yang
Baca selengkapnya

161. Bagian 5

“Rupanya ada bidadari yang tersesat kemari. Sungguh beruntung sekali diriku ini” ucap Aryasuta tertawa terkekeh.“Jangan banyak bicara kau iblis durjana.. Aku kemari untuk membunuhmu!” ucap perempuan bertopeng perak lagi dengan tegas.“Untuk apa kau ingin membunuhku, bukankah diantara kita tidak ada permusuhan, daripada bermusuhan, mungkin lebih baik kita menjadi sepasang kekasih” ucap Aryasuta dengan penuh wibawa.“Fuiih! Siapa sudi punya pacar iblis sepertimu!” ucap perempuan bertopeng perak lagi.Datuk Tuak yang ada disamping Aryasuta tampak memegang lembut pundak Aryasuta seraya berkata ; “Siapakah sebenarnya nisanak ini? kenapa datang kemari dengan membawa dendam?”Perempuan bertopeng perak tampak menatap kearah Datuk Tuak. Melihat penampilannya, perempuan bertopeng perak ini yakin kalau yang ada dihadapannya ini adalah salah satu tokoh dedengkot persilatan yang bergelar Datuk Tuak. K
Baca selengkapnya

161. Bagian 6

“Baik.. ku kirim kau ke neraka secepatnya!” ucap Sekarwangi, dan ;Huppp....! Hiaaah...!Wutttt.. wuttt.. wuttt.. wuttt...!Sekarwangi melompat tinggi dari punggung kudanya dan langsung melesat kearah Aryasuta dengan serangan mematikan. Wajah Aryasuta seketika berubah terkejut karena tak menyangka kalau lawannya benar-benar menyerangnya dengan ganas. Mau tak mau Aryasuta terpaksa harus bergerak menghindari serangan lawannya.Kemampuan Dewi Topeng Perak memang tak bisa dipandang sebelah mata, terbukti, Aryasuta terlihat mulai kewalahan menghadapi gempurannya.“Kalau kau tak melawan, kau takkan bisa menang melawannya Aryasuta!” teriak Datuk Tuak memperingatkan. Aryasuta menyadari kebenaran ucapan Datuk Tuak.Bretttt...!Aryasuta terperanjat kaget saat serangan lawannya berhasil merobek pakaiannya, untung saja Aryasuta masih selamat, terlambat sedikit saja pasti tubuhnya tadi sudah terkena serangan Dewi Topeng Per
Baca selengkapnya

161. Bagian 7

Aryasuta yang yakin dengan kekuatan ajian ‘perjaka murni’nya tak menghindar, Aryasuta hanya menyilangkan kedua tangannya didepan dada.Duggghhh...! Duar!Serangan Pedang Angin yang dilancarkan oleh Sekarwangi dengan telak menghantam kedua lengan Aryasuta yang melindungi dirinya. Ledakan terjadi, terlihat sosok Aryasuta terseret beberapa langkah kebelakang, tapi Aryasuta berhasil mengendalikan gerak seret tubuhnya dan kini terlihat Aryasuta sudah kembali membuka kedua lengannya yang tadi gunakan untuk melindungi dirinya. Terlihat sosok Aryasuta tak terluka sedikitpun, walaupun sudah terkena serangan telak Pedang Angin milik Sekarwangi.Sekarwangi terkejut bukan kepalang melihat lawannya tidak terluka sedikitpun terkena telak serangannya, tapi Sekarwangi tak patah semangat, kembali serangan Pedang Angin dikerahkan.  Hyatttt!Wuuttt...! Wuuutt...! Wuuutt...!Kembali Sekarwangi melepaskan jur
Baca selengkapnya

161. Bagian 8

“Gunakan pukulan Dewa Air Penakluk Api tingkat terakhirmu Aryasuta dan lindungi tubuhmu dengan ajian perjaka murni.. Jika tidak, kau pasti akan mati melawan pukulan Pemijar Sukma miliknya” ucap Datuk Tuak lagi memberikan petunjuknya kepada Aryasuta. Mendengar petunjuk itu, Aryasuta segera menghimpun tenaganya.Weeerrr....Seketika saja dari tangan Aryasuta keluar aliran-aliran aura putih pekat yang terlihat mengalir kesekujur tubuhnya. Aryasuta terus menghimpun tenaganya untuk mengerahkan pukulan Dewa Air Penakluk Api tingkat terakhirnya.Sekarwangi menyadari kalau Datuk Tuak telah memberikan petunjuk kepada lawannya, tapi Sekarwangi tak perduli akan hal itu, dengan senyum sinisnya, Sekarwangi yakin pukulan Pemijar Sukma miliknya mampu mengatasi pukulan lawannya.“Pukulan Pemijar Sukma, Heaa!”Wuussshhhh....!Segelombang cahaya merahpun berkiblat kearah Aryasuta.
Baca selengkapnya

161. Bagian 9

Matahari sudah tampak condong ke ufuk barat saat Bintang yang menunggangi Sembrani berada dikaki bukit Jati Wangi. Bintang menatap bukit Jati Wangi yang ada dihadapannya. Bintang mengalihkan pandangannya kearah barat, dimana disudut ufuk, terlihat mega merah yang terbentang disepanjang garis barat. Bintang lalu memalingkan wajahnya kembali kepuncak bukit Jati Wangi, lalu berpaling lagi ke arah barat, begitu berulang-ulang sampai ; “Sepertinya sudah tak terkejar lagi kalau memaksakan diri ke puncak bukit Jati Wangi, mungkin besok saja sebaiknya aku naik ke puncak” ucap Bintang akhirnya pelan, seolah berkata pada dirinya sendiri.Memutuskan seperti itu, akhirnya Bintangpun berniat berniat untuk memutar balikkan kuda tunggangannya Sembrani, tapi tiba-tiba saja Bintang menahan tali kekangnya yang sudah mau diputar balik tersebut, kedua mata Bintang terlihat menyipit menatap kearah suatu arah.“Semb
Baca selengkapnya

161. Bagian 10

“Topengku.” ucapnya pelan. Seperti orang yang kebingungan, perempuan cantik ini tampak mencari-cari sesuatu didekatnya dan wajahnya terlihat lega saat melihat sebuah benda yang berada tak jauh darinya, segera diraihnya benda itu yang ternyata adalah sebuah topeng perak. Hal ini membuat kita mengenali sosok perempuan muda dan cantik ini yang tak lain adalah Sekarwangi alias Dewi Topeng Perak.“Apa yang sebenarnya terjadi denganku?” batin Sekarwangi seraya menatapi topeng perak yang kini ada ditangannya, Sekarwangi mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya, Sekarwangi ingat pertarungannya dengan si durjana Aryasuta, Sekarwangi juga ingat kalau dia pergi meninggalkan pertarungan setelah terkena luka dalam berhawa dingin yang dilepaskan oleh Aryasuta padanya. Sekarwangi terus mengingat satu demi satu potongan ingatannya hingga sampai akhirnya Sekarwangi teringat dia terkulai pingsan dipangkuan seseorang yang telah menolongnya, Sekarwangi menco
Baca selengkapnya

161. Bagian 11

“Lepaskan tanganku kakang! lepaskan!” ucap Sekarwangi dengan keras tanpa menoleh kearah Bintang, melihat sikap Sekarwangi seperti itu, bukannya melepas tangannya, Bintang justru bangkit. Lalu berjalan kehadapan Sekarwangi.“Kenapa Sekar?” tanya Bintang lembut. Sekarwangi seakan tak mampu untuk menatap wajah Bintang hingga wajahnya tertunduk.“Kenapa.. kenapa kakang ada disini?”“Aku menemukanmu pingsan di kaki bukit Jati Wangi, Sekar”“Kenapa kakang ada disini?” kembali Sekarwangi mengulangi pertanyaannya dan ini membuat Bintang tersadar akan maksud pertanyaan Sekarwangi. Bintang terdiam, lalu dengan lembut Bintang mengangkat tangannya dan menyentuh lembut dagu Sekarwangi yang tertunduk dan mengangkatnya, sehingga kini kedua-duanya saling memandang satu sama lain.“Apa kakang tidak boleh ada disini? bersamamu Sekar?” ucap Bintang lagi dengan lembut, Sekarwangi tampak t
Baca selengkapnya

161. Bagian 12

Rembulan bersinar terang malam itu, karena bulan menampakkan dirinya penuh malam itu, malam itu adalah malam bulan purnama, sinar bulan begitu terang menerangi malam, bahkan mampu menerangi gubuk kecil tanpa dinding yang menjadi tempat berteduhnya Bintang dan Sekarwangi, sehingga Bintang tak perlu menghidupkan api unggun untuk menerangi tempat itu.Saat ini, Sekarwangi tampak tengah memanjakan dirinya dengan merebahkan dirinya dipangkuan Bintang yang duduk bersandar ditiang gubuk sambil menatap pemandangan alam bebas yang ada dihadapan mereka. Bintang tampak asyik membelai wajah jelita Sekarwangi yang tampak begitu menikmati belaian tangan Bintang pada wajahnya.Tiba-tiba saja wajah Bintang berubah saat Bintang teringat akan sesuatu.“Sekar”“Ya, kakang” ucap Sekarwangi seraya membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam karena menikmati suasana romantis diantara dirinya dan Bintang. Sekarwangi tampak menatap kearah Bintang yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
133134135136137
...
258
DMCA.com Protection Status