Matahari sudah tampak condong ke ufuk barat saat Bintang yang menunggangi Sembrani berada dikaki bukit Jati Wangi. Bintang menatap bukit Jati Wangi yang ada dihadapannya. Bintang mengalihkan pandangannya kearah barat, dimana disudut ufuk, terlihat mega merah yang terbentang disepanjang garis barat. Bintang lalu memalingkan wajahnya kembali kepuncak bukit Jati Wangi, lalu berpaling lagi ke arah barat, begitu berulang-ulang sampai ; “Sepertinya sudah tak terkejar lagi kalau memaksakan diri ke puncak bukit Jati Wangi, mungkin besok saja sebaiknya aku naik ke puncak” ucap Bintang akhirnya pelan, seolah berkata pada dirinya sendiri.
Memutuskan seperti itu, akhirnya Bintangpun berniat berniat untuk memutar balikkan kuda tunggangannya Sembrani, tapi tiba-tiba saja Bintang menahan tali kekangnya yang sudah mau diputar balik tersebut, kedua mata Bintang terlihat menyipit menatap kearah suatu arah.
“Semb
“Topengku.” ucapnya pelan. Seperti orang yang kebingungan, perempuan cantik ini tampak mencari-cari sesuatu didekatnya dan wajahnya terlihat lega saat melihat sebuah benda yang berada tak jauh darinya, segera diraihnya benda itu yang ternyata adalah sebuah topeng perak. Hal ini membuat kita mengenali sosok perempuan muda dan cantik ini yang tak lain adalah Sekarwangi alias Dewi Topeng Perak.“Apa yang sebenarnya terjadi denganku?” batin Sekarwangi seraya menatapi topeng perak yang kini ada ditangannya, Sekarwangi mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi padanya, Sekarwangi ingat pertarungannya dengan si durjana Aryasuta, Sekarwangi juga ingat kalau dia pergi meninggalkan pertarungan setelah terkena luka dalam berhawa dingin yang dilepaskan oleh Aryasuta padanya. Sekarwangi terus mengingat satu demi satu potongan ingatannya hingga sampai akhirnya Sekarwangi teringat dia terkulai pingsan dipangkuan seseorang yang telah menolongnya, Sekarwangi menco
“Lepaskan tanganku kakang! lepaskan!” ucap Sekarwangi dengan keras tanpa menoleh kearah Bintang, melihat sikap Sekarwangi seperti itu, bukannya melepas tangannya, Bintang justru bangkit. Lalu berjalan kehadapan Sekarwangi.“Kenapa Sekar?” tanya Bintang lembut. Sekarwangi seakan tak mampu untuk menatap wajah Bintang hingga wajahnya tertunduk.“Kenapa.. kenapa kakang ada disini?”“Aku menemukanmu pingsan di kaki bukit Jati Wangi, Sekar”“Kenapa kakang ada disini?” kembali Sekarwangi mengulangi pertanyaannya dan ini membuat Bintang tersadar akan maksud pertanyaan Sekarwangi. Bintang terdiam, lalu dengan lembut Bintang mengangkat tangannya dan menyentuh lembut dagu Sekarwangi yang tertunduk dan mengangkatnya, sehingga kini kedua-duanya saling memandang satu sama lain.“Apa kakang tidak boleh ada disini? bersamamu Sekar?” ucap Bintang lagi dengan lembut, Sekarwangi tampak t
Rembulan bersinar terang malam itu, karena bulan menampakkan dirinya penuh malam itu, malam itu adalah malam bulan purnama, sinar bulan begitu terang menerangi malam, bahkan mampu menerangi gubuk kecil tanpa dinding yang menjadi tempat berteduhnya Bintang dan Sekarwangi, sehingga Bintang tak perlu menghidupkan api unggun untuk menerangi tempat itu.Saat ini, Sekarwangi tampak tengah memanjakan dirinya dengan merebahkan dirinya dipangkuan Bintang yang duduk bersandar ditiang gubuk sambil menatap pemandangan alam bebas yang ada dihadapan mereka. Bintang tampak asyik membelai wajah jelita Sekarwangi yang tampak begitu menikmati belaian tangan Bintang pada wajahnya.Tiba-tiba saja wajah Bintang berubah saat Bintang teringat akan sesuatu.“Sekar”“Ya, kakang” ucap Sekarwangi seraya membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam karena menikmati suasana romantis diantara dirinya dan Bintang. Sekarwangi tampak menatap kearah Bintang yang
“Tidak Sekar, pantang bagi kakang membunuh seorang wanita kalau tidak sangat terpaksa.. tapi Dewi Mawar Hitam juga sudah sudah kakang kalahkan, Sekarang sudah ditahan oleh masyarakat Jati Wangi” ucap Bintang lagi. “Kakang memang lelaki sejati.. Sekar makin cinta sama kakang” ucap Sekarwangi tersenyum, lalu memeluk Bintang dengan pelukan hangatnya. “Oh ya Sekar.. Saat kakang menemukan Sekar. Sekar tengah menderita luka dalam berhawa dingin, apakah itu hasil perbuatan si durjana itu?” tanya Bintang tiba-tiba hingga membuat Sekarwangi merenggangkan pelukannya dan menatap kearah Bintang. “Benar kang.. tapi si durjana itu juga takkan selamat kalau saja tidak ditolong oleh Datuk Tuak.. Sekar berhasil mengalahkannya dalam pertarungan” ucap Sekarwangi lagi. “Wah.. lama tidak bertemu, Sekarang Sekar sudah semakin hebat ya” “Tapi tidak sehebat kakang.. karena Bopo selalu bercerita tentang kehebatan kakang” ucap Sekarwangi. “Oh ya, bagaimana kaba
SORE ITU, matahari sudah begitu condong di ufuk barat, dimana mataharipun tampaknya sebentar lagi akan segera menghilang dari peraduannya setelah seharian menyinari alam mayapada yang luas ini. Segerombolan burung-burung yang terbang secara bergerombolpun tampak terbang pulang kembali kesarangnya, pak nelayanpun sudah menambatkan perahunya ditepi pantai, pak tani dan bu tanipun ikut pulang setelah seharian menggarap sawah mereka.Sementara di sebuah kaki lembah tampak sepasang muda-mudi yang tengah berkelebat cepat menaiki lembah tersebut. Lembah yang disepanjang jalan hanya terlihat pohon-pohon bambu yang tumbuh dengan suburnya, lesatan tubuh keduanya baru berhenti saat tiba dipuncak lembah tersebut dimana dihadapan mereka terlihat sebuah bangunan yang cukup besar.Sepasang muda mudi yang tak lain adalah Bintang dan Sekarwangi itu tampak menatap bangunan besar yang ada dihadapan mereka, sementara Sekarwangi terlihat langsung melangkah kedepan dan membuka pintu gerbang
Kegelapan sudah menyelimuti alam, rembulan tampak bersinar redup malam itu. Tapi masih terlihat satu dua Bintang yang dengan setia menemaninya malam itu. Angin berhempus perlahan, membelai apapun yang dilewatinya. Sesekali terdengar suara binatang malam memecah kesunyian malam.Lembah Bambu terlihat tenggelam dikesunyiannya, keindahan tempat itu seakan sirna bersama kegelapan malam. Di dalam sebuah kamar yang berukuran cukup besar, beberapa meja hias terlihat didalamnya, tapi bukan hal itu yang menarik didalam kamar tersebut, melainkan dua sosok tubuh yang berada diatas peraduan yang berada ditengah-tengah kamar tersebut.Dua sosok, dimana sosok sang wanita tampak tengah memeluk dada bidang seorang lelaki. Melihat sosok raut wajah keduanya, mereka tak lain adalah Bintang dan Sekarwangi adanya. Sosok keduanya terlihat masih terpejam dengan nafas yang memburu, tubuh keduanya terlihat ditutupi oleh sebuah selimut tebal, tapi walaupun begitu keringat tampak memban
“Bopo! Kang Buntal!”. ucap si wanita yang tak lain adalah Sekarwangi. Sementara itu kedua sosok yang ada dihadapan Sekarwangi juga tak lain adalah Sigila Tuak, salah satu dedengkot persilatan aliran putih yang sangat dihormati dan disegani oleh kawan maupun lawan, sosok gemuk yang ada disebelah Sigila Tuak tak lain adalah Buntal, murid Sigila Tuak. “Sudah pulang, Sekar?” “Sudah bopo.” “Kok pakai dikunci-kunci segala, Sekar” gerutu Buntal seraya melangkah masuk, diiringi langkah Sigila Tuak dan Sigila Tuak dibelakangnya. “Bopo dari kemana?” tanya Sekarwangi lagi “Bopo dan Buntal baru saja menghadiri pembukaan padepokan milik sahabat bopo Sekar” ucap Sigila Tuak lagi. Ketiganya terus melanjutkan langkah menuju kearah bangunan besar yang ada dihadapan mereka, tapi tiba-tiba saja Sigila Tuak dan Buntal mengeyitkan kening, kedua mata mereka menyipit, dipintu bangunan terlihat tengah menunggu sesosok tubuh. “Siapa Sekar?” tanya Bunta
“Sekar berhasil mengalahkan si durjana iblis itu bopo. Hanya saja Datuk Tuak menolongnya.. Sekar sendiri ditolong kang Bintang” jelas Sekarwangi.“Apa Gusti Prabu juga berhadapan langsung dengan Datuk Tuak?”“Belum guru”“Berhati-hatilah bila berhadapan dengan Datuk Tuak Gusti Prabu, Datuk Tuak memiliki sebuah ajian dahsyat yang bernama ‘nafas badai’ Konon, dengan kesaktiannya itu, Datuk Tuak mampu mengeluarkan badai yang dapat menyapu tanah Jawa dalam satu kali hembusan napasnya” ucap Sigila Tuak lagi hingga membuat wajah Sekarwangi dan Buntal berubah terkejut, sementara Bintang masih tenang-tenang saja.“Saya memiliki sebuah pusaka yang mampu menandingi ‘nafas badai’ milik Datuk Tuak, guru. Pemberian Begawan Cakra Buana” ucap Bintang lagi hingga kali ini wajah Sigila Tuak yang berubah.“Pusaka apa yang diberikan oleh Begawan Cakra Buana itu
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y
Una Lyn sendiri terlihat melakukan salto beberapa kali diudara hingga akhirnya berhasil mendarat dengan mulus ditanah, sedangkan Ifrit juga mampu mendaratkan kedua kakinya ditanah, setelah terseret cukup jauh kebelakang. Darah terlihat merembes dimulut keduanya, sebagai tanda luka dalam yang mereka derita.Seakan tak ingin membuat waktu percuma, Una Lyn terlihat langsung mengangkat tangannya yang tengah memegang pedang naga emas keatas.Wusshh..!Bayangan seekor naga emas melesat keluar dari hulu pedang ditangan Una Lyn. Sementara itu di ujung sana, Ifrit pun terlihat tak ingin tinggla diam.Dugghh!Tongkat ditangannya dihentakkan ke tanah.Wusshh..! Wusshh..! Wusshh..!Banyak sosok bayangan hitam yang keluar dari kepala tongkat dan sosok-sosok bayangan hitam itu tampak membentuk wujud-wujud jin yang tak terhitung jumlahnya yang hampir memenuhi langit. Di tempatnya, Una Lyn cukup terkejut melihat pamer kesaktian yang diperlihatkan oleh Ifrit. Ternyata Ifrit mampu mengeluarkan banyak j
Dughh! Seiring dengan itu Ifrit menghentakkan tongkat ditangannya ke bawah.Werrrr...! gelombang energi terpancar keluar dari tubuh Ifrit yang langsung menyapu seluruh tempat itu. Terjadi keanehan! Pemandangan mencengangkan terjadi. Waktu seolah berhenti, bangsa jin yang tengah bertempur satu sama lain, terdiam seperti patung. Semuanya berhenti bergerak, bukan saja yang ada di tanah, tapi juga yang ada diudara ikut berhenti bergerak.Baik bangsa manusia, bangsa jin, maupun para dewa-dewi, bahkan Jejaka Emas pun ikut berdiri mematung ditempatnya berada. Terlihat perubahan diwajah semua orang, termasuk Jejaka Emas yang berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan dirinya agar bisa kembali bergerak, tapi sejauh ini hanya gerakan yang sangat lamban yang terlihat. Tak ada yang mampu menggerakan tubuh mereka. Sementara itu, di pihak Ifrit, mereka semua tahu, kalau ini adalah salah satu kemampuan Ifrit yang bisa menghentikan waktu.Di depan sana, terlihat Ifrit tersenyum sinis melihat ke arah Jej
Jejaka Emas tak memberi kesempatan sedikitpun bagi Ifrit untuk menghela nafas. Serangan gelang dewanya terus menghantam sosok Ifrit.Sosok Ifrit yang melayang diatas tanah, terus terdesak mundur. Entah sudah belasan ataupun berpuluh-puluh kali serangan gelang dewa menghantam sosoknya, tapi walaupun terdesak. Ifrit sedikitpun tidak terlihat terluka.Jejaka Emas yang melihat hal itu, harus mengakui kekuatan dan kekebalan tubuh Ifrit, tapi anehnya seraya terus melesatkan serangan gelang-gelang dewanya, Jejaka Emas justru tertawa-tawa. Hal ini dikarenakan sosok Ifrit yang terkena serangan beruntun gelang dewanya dari berbagai arah, membuat tubuh Ifrit yang melayang diudara itu tampak terdorong ke kanan, ke kiri, ke belakang dan kedepan, Ifrit seperti tengah berjoget atau bergoyang dangdut. Hal ini pula yang membuat Jejaka Emas kemudian tertawa tergelak-gelak. Bangsa Jin yang ada ditempat itupun bingung dan heran, kenapa Jejaka Emas bertarung sambil tergelak-gelak sendiri.Ifrit terus dig