“Sekar berhasil mengalahkan si durjana iblis itu bopo. Hanya saja Datuk Tuak menolongnya.. Sekar sendiri ditolong kang Bintang” jelas Sekarwangi.
“Apa Gusti Prabu juga berhadapan langsung dengan Datuk Tuak?”
“Belum guru”
“Berhati-hatilah bila berhadapan dengan Datuk Tuak Gusti Prabu, Datuk Tuak memiliki sebuah ajian dahsyat yang bernama ‘nafas badai’ Konon, dengan kesaktiannya itu, Datuk Tuak mampu mengeluarkan badai yang dapat menyapu tanah Jawa dalam satu kali hembusan napasnya” ucap Sigila Tuak lagi hingga membuat wajah Sekarwangi dan Buntal berubah terkejut, sementara Bintang masih tenang-tenang saja.
“Saya memiliki sebuah pusaka yang mampu menandingi ‘nafas badai’ milik Datuk Tuak, guru. Pemberian Begawan Cakra Buana” ucap Bintang lagi hingga kali ini wajah Sigila Tuak yang berubah.
“Pusaka apa yang diberikan oleh Begawan Cakra Buana itu
Bintang segera menarik kembali Cakra Petirnya dari dalam keris kyai guntur, kilauan kilat petir itupun langsung surut menghilang,Sreggg....!Keris kyai guntur kembali kedalam sarungnya.“Luar biasa” ucap Sigila Tuak dengan kagum.“Hebat” ucap Buntal juga tak kalah kagum.Sekarwangi tetap diam, tapi dari pandangannya, jelas Sekarwangi sangat kagum melihat pusaka keris kyai guntur yang baru saja diperlihatkan oleh Bintang.“Jika memang keris itu bisa menangkal ajian ‘nafas badai’ milik Datuk Tuak.. kini aku tenang” ucap Sigila Tuak. Sejenak Sigila Tuak memalingkan pandangannya kearah Sekarwangi.“Lalu kenapa kau membawa Gusti Prabu kemari Sekar, tanpa bantuan bopomu ini, bopo yakin Datuk Tuak takkan bisa menang menghadapi Gusti Prabu” ucap Sigila Tuak kepada putrinya, Sekarwangi.“Maaf guru.. Bukan karena itu kedatangan
"Akh!" Bayan Sangkuri memekik tertahan ketika dadanya kena tendangan keras Aryasuta. Belum lagi Sangkuri mampu bangkit, satu jejakan kuat bersarang di perutnya. Laki-laki setengah baya itu bergulingan ke samping. Dengan menahan rasa sakit pada dada dan perutnya, dia segera bangkit.Tanpa menghiraukan keadaan dirinya lagi, Sangkurikembali bergerak dengan senjata golok di tangan.Sementara itu Datuk Tuak terus mengamuk sambil berusaha mendekati Dewi Mawar Hitam. Dalam waktu yang tidak berapa lama, telah lebih dari separuh penjaga tewas berlumuran darah. Dan begitu dia melompat, tahu-tahu telah berada di dekat Dewi Mawar Hitam yang masih terikat rantai. Bahkan tangannya yang menggenggam bumbung tuak berhasil merobohkan tiga orang sekaligus."Edan! Bumbungku pecah!" rungut Datuk Tuak.“Datuk Tuak, cepat bebaskan aku!" seru Dewi Mawar Hitam."Huh! Bumbungku pecah, tuakku habis!" rungut Datuk Tuak."Akan kubelikan yang terbaik nanti! Cep
Sementara itu Datuk Tuak terus memperhatikan sosok Bintang dengan seksama sejak tadi. Kalau saja Datuk Tuak tidak merentangkan tangannya dihadapan Dewi Mawar Hitam, mungkin Dewi Mawar Hitam sudah melesat menyerang kearah Bintang. Rentangan tangan Datuk Tuak membuat Dewi Mawar Hitam mengurungkan niatnya untuk menyerang.“Siapa kau pendekar?” tanya Datuk Tuak kepada Bintang, rupanya penampilan Bintang yang baru dengan menggunakan blangkon dikepalanya, membuat Dewi Mawar Hitam tidak mengenali ciri-cirinya.“Aku utusan Setyo Kencana, datang untuk membasmi orang-orang seperti kalian!” ucap Bintang dengan tegas. Ucapan Bintang membuat Datuk Tuak dan Dewi Mawar Hitam terlihat saling pandang.“Setyo Kencana!” ulang Datuk Tuak dan Dewi Mawar Hitam bersamaan dengan wajah berubah.“Kau terlalu jumawa pendekar.. Kau kira mampu untuk mengalahkan kami berdua?!” tanya Datuk Tuak dengan sinis.&ldqu
“Setan! Kubunuh kau!" Aryasuta benar-benar kalap melihat kekasihnya yang entah tewas entah pingsan itu. Segera dia menyerang dengan cepat dan membabi buta kearah Sekarwangi.Sementara itu Bintang kini masih sibuk menghadapi Datuk Tuak yang telah menggunakan salah satu jurus andalannya, jurus ‘belalang mabuk’. Jurus ‘belalang mabuk’ memang memiliki keunikan tersendiri, gerakan langkahnya tak beraturan, persis seperti orang mabuk, posisi kedua tangan mengait seperti kaki belalang. Teknik ini digunakan untuk gerakan menangkis, mengunci lengan lawan, atau menghantam titik lemah lawan.Ciri khas dari jurus belalang mabuk ini adalah tangannya yang seperti kait. Kait tersebut terdiri atas 1-3 jari yang ditekuk hingga menyerupai kait dan digerakkan layaknya cambuk. Bentuk tangan yang menyerupai kait tersebut bisa digunakan untuk menghalau serangan, mengunci alat serangan sehingga tidak bisa bergerak, atau untuk menyerang
“Jurus menghindarnya aneh, sepertinya jurus ‘Delapan langkah pemabuk’, tapi sebenarnya bukan” batin Datuk Tuak heran melihat jurus lawannya. Keheranan Datuk Tuak memang beralasan, karena saat ini Bintang memang tengah menggunakan jurus ‘kelana pemabuk’nya, dimana jurus ‘kelana pemabuk’ merupakan gabungan dari jurus ‘Delapan langkah pemabuk’ dan jurus ‘kijang kelana’ miliknya, hingga tak heran Datuk Tuak dibuat bingung olehnya. Terkadang gerakan Bintang seperti orang mabuk dan terkadang tak beraturan seperti orang gila itu mampu menyelinap di antara serangan Datuk Tuak.. Bahkan kadang-kadang sosok Bintang lenyap dan muncul di belakang Datuk Tuak. Hal ini pulalah yang sangat mengerankan Datuk Tuak. Dan yang lebih mengejutkan Datuk Tuak adalah ; “Jurusnya bukan jurus sembarangan, tenagaku terasa terkuras lebih cepat dari yang seharusnya.” batin Datuk Tuak lag
MALAM TELAH LARUT. Suasana hutan jati itu sungguh amat menyeramkan. Bulan yang tengah bersinar, tak sampai menyinari tanah di sekeliling hutan jati yang luas itu. Sinarnya hanya bisa menyinari pucuk-pucuk pohon jati saja. Suara binatang malam terdengar ramai. Dan di kejauhan terdengar suara srigala yang menakutkan. Dan suasana yang senyap dan menyeramkan itu tiba-tiba diganti oleh derap langkah kuda yang cepat. Debu-debu pun berterbangan. Nampak sebuah kereta kuda tengah melarikan diri dengan kencang. Saisnya dengan tergesa-gesa mengendalikan kekang kudanya. Cambuknya berkali-kali dia lontarkan kepada dua ekor kuda yang saling berhubungan untuk berlari dengan cepat."Hiyaaa! Hiyaaa!"Di dalam kereta kuda nampak sesosok tubuh yang sedang terkapar, entah mati entah hidup. Sang sais kuda terus memacu kuda keretanya dengan sangat cepat melewati hutan jati itu. Saat sudah keluar dari hutan jati itu, sebuah gerbang desa terlihat.Hieekk..!Kedua ekor kuda yang menjadi penarik kereta kuda it
“Siapa kau? berani membuat kekacauan di Gelagah Ireng!” bentaknya dengan keras.Si sais kereta bukannya gentar, justru bangkit berdiri dari tempat duduknya dengan tangan berkacak pinggang, sebelah tangannya mengangkat bumbung tuak yang sejak tadi dibawanya.Gluk.. Gluk.. Gluk..!“Cepat suruh ki lurah keluar? aku membawa kabar buruk untuknya!” ucap si sais kereta acuh tak acuh dengan belasan centeng yang ada dihadapannya.“Siapa kau berani berlagak disini ha!” bentak ketua centeng bayaran itu lagi.“Aku Datuk Tuak. Cepat suruh ki lurah keluar!” ucap si sais kereta yang rupanya adalah Datuk Tuak.Mendengar nama Datuk Tuak disebutkan, sontak membuat belasan wajah centeng-centeng bayaran yang ada dihadapannya berubah. Tentu saja mereka kenal dengan nama besar Datuk Tuak yang sudah terkenal di dunia persilatan.“Parto! cepat panggil juragan kemari” ucap kepala centeng bayaran itu cepat kepada salah seorang anak buahnya yang ada didekatnya.“Ba..baik ketua!” ucap salah seorang centeng bayar
“Apa yang terjadi padanya Datuk?”“Dia bertarung dengan putri Sigila Tuak yang bergelar Dewi Topeng Perak.. Dia kalah dan terkena pukulan ‘pemijar sukma’, sehingga sekarang Aryasuta seperti orang mati tapi hidup” jelas Datuk Tuak lagi.“Sigila Tuak! Dewi Topeng Perak!” ucap Juragan Suta. “Akan kubalas dendam putraku ini.” sambung Juragan Suta lagi dengan geram.“Sementara ini jangan berurusan dengan Sigila Tuak, Juragan Suta, jika ingin membalas dendam cukup pada putrinya saja. Sigila Tuak bagianku” ucap Datuk Tuak dengan sinis. “Saat ini Dewi Topeng Perak sedang berada di Desa Jati Wangi” sambung Datuk Tuak lagi.“Desa Jati Wangi” ulang Juragan Suta dengan penuh kegeraman.“Desa Jati Wangi” kembali Juragan Suta mengulangi nama Desa Jati Wangi dengan penuh kegeraman. Rahangnya menggeletuk, dan tangannya terlihat mengepal dan terdengar berderak menahan amarah.-o0o-Desa Jati Wangi. Beberapa hari setelah peristiwa tragis yang terjadi di Desa Jati Wangi, Bintang bersama para perangkat d