Sementara itu Datuk Tuak terus memperhatikan sosok Bintang dengan seksama sejak tadi. Kalau saja Datuk Tuak tidak merentangkan tangannya dihadapan Dewi Mawar Hitam, mungkin Dewi Mawar Hitam sudah melesat menyerang kearah Bintang. Rentangan tangan Datuk Tuak membuat Dewi Mawar Hitam mengurungkan niatnya untuk menyerang.
“Siapa kau pendekar?” tanya Datuk Tuak kepada Bintang, rupanya penampilan Bintang yang baru dengan menggunakan blangkon dikepalanya, membuat Dewi Mawar Hitam tidak mengenali ciri-cirinya.
“Aku utusan Setyo Kencana, datang untuk membasmi orang-orang seperti kalian!” ucap Bintang dengan tegas. Ucapan Bintang membuat Datuk Tuak dan Dewi Mawar Hitam terlihat saling pandang.
“Setyo Kencana!” ulang Datuk Tuak dan Dewi Mawar Hitam bersamaan dengan wajah berubah.
“Kau terlalu jumawa pendekar.. Kau kira mampu untuk mengalahkan kami berdua?!” tanya Datuk Tuak dengan sinis.
&ldqu
“Setan! Kubunuh kau!" Aryasuta benar-benar kalap melihat kekasihnya yang entah tewas entah pingsan itu. Segera dia menyerang dengan cepat dan membabi buta kearah Sekarwangi.Sementara itu Bintang kini masih sibuk menghadapi Datuk Tuak yang telah menggunakan salah satu jurus andalannya, jurus ‘belalang mabuk’. Jurus ‘belalang mabuk’ memang memiliki keunikan tersendiri, gerakan langkahnya tak beraturan, persis seperti orang mabuk, posisi kedua tangan mengait seperti kaki belalang. Teknik ini digunakan untuk gerakan menangkis, mengunci lengan lawan, atau menghantam titik lemah lawan.Ciri khas dari jurus belalang mabuk ini adalah tangannya yang seperti kait. Kait tersebut terdiri atas 1-3 jari yang ditekuk hingga menyerupai kait dan digerakkan layaknya cambuk. Bentuk tangan yang menyerupai kait tersebut bisa digunakan untuk menghalau serangan, mengunci alat serangan sehingga tidak bisa bergerak, atau untuk menyerang
“Jurus menghindarnya aneh, sepertinya jurus ‘Delapan langkah pemabuk’, tapi sebenarnya bukan” batin Datuk Tuak heran melihat jurus lawannya. Keheranan Datuk Tuak memang beralasan, karena saat ini Bintang memang tengah menggunakan jurus ‘kelana pemabuk’nya, dimana jurus ‘kelana pemabuk’ merupakan gabungan dari jurus ‘Delapan langkah pemabuk’ dan jurus ‘kijang kelana’ miliknya, hingga tak heran Datuk Tuak dibuat bingung olehnya. Terkadang gerakan Bintang seperti orang mabuk dan terkadang tak beraturan seperti orang gila itu mampu menyelinap di antara serangan Datuk Tuak.. Bahkan kadang-kadang sosok Bintang lenyap dan muncul di belakang Datuk Tuak. Hal ini pulalah yang sangat mengerankan Datuk Tuak. Dan yang lebih mengejutkan Datuk Tuak adalah ; “Jurusnya bukan jurus sembarangan, tenagaku terasa terkuras lebih cepat dari yang seharusnya.” batin Datuk Tuak lag
MALAM TELAH LARUT. Suasana hutan jati itu sungguh amat menyeramkan. Bulan yang tengah bersinar, tak sampai menyinari tanah di sekeliling hutan jati yang luas itu. Sinarnya hanya bisa menyinari pucuk-pucuk pohon jati saja. Suara binatang malam terdengar ramai. Dan di kejauhan terdengar suara srigala yang menakutkan. Dan suasana yang senyap dan menyeramkan itu tiba-tiba diganti oleh derap langkah kuda yang cepat. Debu-debu pun berterbangan. Nampak sebuah kereta kuda tengah melarikan diri dengan kencang. Saisnya dengan tergesa-gesa mengendalikan kekang kudanya. Cambuknya berkali-kali dia lontarkan kepada dua ekor kuda yang saling berhubungan untuk berlari dengan cepat."Hiyaaa! Hiyaaa!"Di dalam kereta kuda nampak sesosok tubuh yang sedang terkapar, entah mati entah hidup. Sang sais kuda terus memacu kuda keretanya dengan sangat cepat melewati hutan jati itu. Saat sudah keluar dari hutan jati itu, sebuah gerbang desa terlihat.Hieekk..!Kedua ekor kuda yang menjadi penarik kereta kuda it
“Siapa kau? berani membuat kekacauan di Gelagah Ireng!” bentaknya dengan keras.Si sais kereta bukannya gentar, justru bangkit berdiri dari tempat duduknya dengan tangan berkacak pinggang, sebelah tangannya mengangkat bumbung tuak yang sejak tadi dibawanya.Gluk.. Gluk.. Gluk..!“Cepat suruh ki lurah keluar? aku membawa kabar buruk untuknya!” ucap si sais kereta acuh tak acuh dengan belasan centeng yang ada dihadapannya.“Siapa kau berani berlagak disini ha!” bentak ketua centeng bayaran itu lagi.“Aku Datuk Tuak. Cepat suruh ki lurah keluar!” ucap si sais kereta yang rupanya adalah Datuk Tuak.Mendengar nama Datuk Tuak disebutkan, sontak membuat belasan wajah centeng-centeng bayaran yang ada dihadapannya berubah. Tentu saja mereka kenal dengan nama besar Datuk Tuak yang sudah terkenal di dunia persilatan.“Parto! cepat panggil juragan kemari” ucap kepala centeng bayaran itu cepat kepada salah seorang anak buahnya yang ada didekatnya.“Ba..baik ketua!” ucap salah seorang centeng bayar
“Apa yang terjadi padanya Datuk?”“Dia bertarung dengan putri Sigila Tuak yang bergelar Dewi Topeng Perak.. Dia kalah dan terkena pukulan ‘pemijar sukma’, sehingga sekarang Aryasuta seperti orang mati tapi hidup” jelas Datuk Tuak lagi.“Sigila Tuak! Dewi Topeng Perak!” ucap Juragan Suta. “Akan kubalas dendam putraku ini.” sambung Juragan Suta lagi dengan geram.“Sementara ini jangan berurusan dengan Sigila Tuak, Juragan Suta, jika ingin membalas dendam cukup pada putrinya saja. Sigila Tuak bagianku” ucap Datuk Tuak dengan sinis. “Saat ini Dewi Topeng Perak sedang berada di Desa Jati Wangi” sambung Datuk Tuak lagi.“Desa Jati Wangi” ulang Juragan Suta dengan penuh kegeraman.“Desa Jati Wangi” kembali Juragan Suta mengulangi nama Desa Jati Wangi dengan penuh kegeraman. Rahangnya menggeletuk, dan tangannya terlihat mengepal dan terdengar berderak menahan amarah.-o0o-Desa Jati Wangi. Beberapa hari setelah peristiwa tragis yang terjadi di Desa Jati Wangi, Bintang bersama para perangkat d
“Kami jago-jago bayaran yang dibayar mahal oleh Lurah Gelagah Ireng untuk menangkapmu hidup atau mati!”“Lurah Gelagah Ireng.. Kenapa tidak dia saja yang kemari untuk menangkapku.. Apa dia tak punya nyali hingga mengandalkan kroco-kroco seperti kalian!”“Jangan pongah kau perempuan busuk, Lurah Gelagah Ireng telah mengirimkan jago-jago bayaran untuk menangkapmu” ucap ketua jago bayaran itu lagi, kali ini wajah Sekarwangi dari balik topeng peraknya tampak berubah.“Sebaiknya kau menyerah Dewi Topeng Perak.. Jika tidak, Desa Jati Wangi ini akan kami ratakan dengan tanah!” kembali ketua jago bayaran itu berucap dengan lantang. Sekarwangi sendiri kalau saja Bintang tak menahan dirinya, mungkin sudah dilabraknya kedepan.“Tenanglah Sekar.”“Sebaiknya kalian katakan pada majikan kalian Lurah Gelagah Ireng itu! urungkan niatnya! atau aku sendiri yang akan datang ke Gelagah Ireng untuk membuat perhitungan!” ucap Bintang tegas.“Kau siapa! berani ikut campur urusan kami ha!”“Dewi Topeng Perak
Memasuki jurus ke 51, tiba-tiba saja Begal racun yang sejak semula begitu bersemangat melancarkan serangannya kini terlihat langsung menghentikan gerakannya, sosok Begal racun sudah bermandi keringat disekujur tubuhnya, tenaganya benar-benar terkuras.“Bagaimana Begal racun, apakah pertarungan ini masih perlu dilanjutkan..”. ucap Bintang dengan senyuman sinis.“Jangan kau kira sudah menang.. ingin kulihat apakah kau bisa menghindari kematianmu dari ajianku ini”. ucap Begal racun lagi seraya mengambil sikap duduk bersemedi, cambuk diletakkan dipangkuan dan kedua tangannya mengatup didepan kedua dadanya dan terlihat kedua matanya terpejam seraya berkomat kamit membaca mantra. Ditempatnya Bintang hanya menatap seksama kearah sosok Begal racun.“Dia terlalu memaksakan diri”. batin Bintang lagi. Dan lagi-lagi wajah Bintang berubah saat dari kedua tangan Begal racun yang terkatup
Begal racun terlihat masih mampu mengangkat wajahnya, terlihat darah sudah bersimbah disekujur wajahnya.“Siia..siapa kkaau?!”. hanya itu yang sempat terucap dari bibir Begal racun setelah tubuhnya langsung tersungkur. Diam. Rupanya Hawa Rembulan Dingin yang dipergunakan Bintang tadi telah membuat Begal racun harus kehilangan nyawanya. Ditempatnya lagi-lagi Bintang hanya dapat menarik napas beratnya, karena jauh didasar hatinya Bintang tak menginginkan hal itu terjadi.Sementara itu sisa anak buah begal racun yang melihat kematian ketua mereka, tanpa menunggu waktu lagi, langsung memutar kuda mereka dan menggebahnya dengan cepat meninggalkan tempat itu.“Kakang tidak apa-apa?”. sebuah suara membuat wajah Bintang berpaling dan terlihat Bintang tersenyum melihat Sekarwangi yang sudah mendekatinya.“Kakang tidak apa-apa sekar”. Sejenak terlihat kedua-duanya saling menatap kearah