Memasuki jurus ke 51, tiba-tiba saja Begal racun yang sejak semula begitu bersemangat melancarkan serangannya kini terlihat langsung menghentikan gerakannya, sosok Begal racun sudah bermandi keringat disekujur tubuhnya, tenaganya benar-benar terkuras.
“Bagaimana Begal racun, apakah pertarungan ini masih perlu dilanjutkan..”. ucap Bintang dengan senyuman sinis.
“Jangan kau kira sudah menang.. ingin kulihat apakah kau bisa menghindari kematianmu dari ajianku ini”. ucap Begal racun lagi seraya mengambil sikap duduk bersemedi, cambuk diletakkan dipangkuan dan kedua tangannya mengatup didepan kedua dadanya dan terlihat kedua matanya terpejam seraya berkomat kamit membaca mantra. Ditempatnya Bintang hanya menatap seksama kearah sosok Begal racun.
“Dia terlalu memaksakan diri”. batin Bintang lagi. Dan lagi-lagi wajah Bintang berubah saat dari kedua tangan Begal racun yang terkatup
Begal racun terlihat masih mampu mengangkat wajahnya, terlihat darah sudah bersimbah disekujur wajahnya.“Siia..siapa kkaau?!”. hanya itu yang sempat terucap dari bibir Begal racun setelah tubuhnya langsung tersungkur. Diam. Rupanya Hawa Rembulan Dingin yang dipergunakan Bintang tadi telah membuat Begal racun harus kehilangan nyawanya. Ditempatnya lagi-lagi Bintang hanya dapat menarik napas beratnya, karena jauh didasar hatinya Bintang tak menginginkan hal itu terjadi.Sementara itu sisa anak buah begal racun yang melihat kematian ketua mereka, tanpa menunggu waktu lagi, langsung memutar kuda mereka dan menggebahnya dengan cepat meninggalkan tempat itu.“Kakang tidak apa-apa?”. sebuah suara membuat wajah Bintang berpaling dan terlihat Bintang tersenyum melihat Sekarwangi yang sudah mendekatinya.“Kakang tidak apa-apa sekar”. Sejenak terlihat kedua-duanya saling menatap kearah
Sekarwangi berteriak dengan keras hingga membuat belasan orang pemuda Desa Jati Wangi yang memang sudah mulai kelelahan, langsung melompat mundur, Bayan sangkuripun bahkan ikut melompat mundur.Sekarwangi sendiri melangkah kedepan dan beberapa tombak dihadapan pendekar bertanjak, Sekarwangi berhenti. Pendekar bertanjak tampak mengalihkan pandangannya kearah sosok Sekarwangi yang mengenakan topeng perak diwajahnya.“Pasti kau yang berjuluk Dewi Topeng Perak!”“Benar, aku Dewi Topeng Perak, kau siapa? kenapa buat keonaran di Desa Jati Wangi!”“Aku si Badak Kulon.. Lurah Gelagah Ireng memberikan imbalan yang sangat besar untuk penangkapan dirimu Dewi Topeng Perak!” ucap pendekar bertanjak memperkenalkan namanya sebagai si Badak Kulon sekaligus menyampaikan maksud dan tujuannya.“Lakukan kalau kau mampu!” tantang Sekarwangi tak gentar.“Baik, bersiaplah!” ucap Si Badak
Bahkan ;Crakkk..Crakkk! Rantai bola besinya terlihat langsung terpotong-potong, seperti dipotong oleh sesuatu yang amat tajam dan belum lagi hilang rasa terkejutnya.Dagghhhh..!Satu tendangan yang amat keras dilepaskan oleh Dewi Topeng Perak hingga dengan telak menghantam tubuh si Badak Kulon, tapi jangankan terpental, bergeming saja tidak si Badak Kulon.Sekarwangi yang melihat tendangannya tak berarti apa-apa bagi lawannya kembali mengibaskan tangannya kearah si Badak Kulon.Wuuutttt... Wuuutttt...!Sekarwangi melepaskan pedang anginnya kearah si Badak Kulon. Dua cahaya merah yang berasal dari pedang angin milik Sekarwangi berkiblat kearah si Badak Kulon.Dagghhhh.. Dagghhhh..!Jurus pedang angin milik Dewi Topeng Perak dengan telak menghantam dada si Badak Kulon, tapi lagi-lagi kedua mata indah Dewi Topeng Perak terperangah, sosok si Badak Kulon masih berdiri dengan tegar tanpa terluka sedikitpun
“Sudah enakan kang” ucap Sekarwangi tersenyum. Bintang tersenyum lalu menurunkan sosok Sekarwangi dari pondongannya.“Tunggulah disini Sekar, biar kakang yang memberi pelajaran untuk badak langka itu!” ucap Bintang, Sekarwangi hanya tersenyum mendengar selorohan Bintang. Bintang kemudian melangkah kearah si Badak Kulon. 3 tombak dihadapan si Badak Kulon, Bintang menghentikan langkahnya.“Siapa kau kisanak?!”“Aku Ksatria Dari Setyo Kencana” jawab Bintang singkat.“Setyo Kencana.” ulang si Badak Kulon dengan wajah berubah, siapa yang tak mengenal nama besar Kerajaan Setyo Kencana, apalagi Gusti Prabu Setyo Kencana yang merupakan ketua dunia persilatan, Ksatria Pengembara, tentu saja si Badak Kulon sudah pernah mendengarnya, tapi sayang si Badak Kulon tidak tau kalau yang ada dihadapannya saat ini adalah Gusti Prabu Setyo Kencana alias Ksatria Pengembara.
“Aku mengakui kekuatan ilmu tubuh badakmu si Badak Kulon, tapi seperti yang kubilang tadi, bagi pendekar-pendekar Setyo Kencana, kekuatan tubuh badakmu itu bukan apa-apa” jawab Bintang dengan penuh ketenangan.“Jangan hanya bicara, coba buktikan?!”“Baik, akan kukalahkan kau Badak Kulon.. hanya dengan satu pukulanku saja”“Satu pukulan, jangan sesumbar kau!”“Aku tidak sesumbar, jika aku tak bisa membuktikan ucapanku, silahkan kau bawa aku dan istriku kehadapan lurah Gelagah Ireng itu” ucap Bintang lagi. Kali ini si Badak Kulon tampak tersenyum.“Baik, akan kupegang kata-katamu, jika aku kalah, aku akan memanggilmu guru!” ucap si Badak Kulon lagi seraya bangkit berdiri dengan tegap.Bintang melangkah kearah si Badak Kulon, hal ini tentu saja mengherankan semua orang yang ada ditempat itu, bukankah Bintang akan menyerang si Badak Kulon, tapi ken
“Bagaimana Badak Kulon?”Bukannya mengangkat wajahnya, si Badak Kulon tiba-tiba saja menghaturkan hormatnya dihadapan Bintang seraya berkata ; “Guru.” ternyata si Badak Kulon cukup ksatria untuk menepati ucapannya bila kalah akan memanggil Bintang dengan sebutan guru.Bintang tersenyum melihat sikap ksatria si Badak Kulon. Lalu Bintang segera membantu si Badak Kulon untuk bangkit, tapi si Badak Kulon menolaknya, dengan kekuatannya yang tersisa, si Badak Kulon kini bangkit dan menatap kearah Bintang dengan tatapan penuh arti.“Kau tak perlu memanggilku guru, Badak Kulon”“Lodaya.. itu nama saya” ucap si Badak Kulon memperkenalkan namanya.“Lodaya.. jika aku memintamu untuk mengabdikan dirimu pada Setyo Kencana.. Apakah kau bersedia?” apa yang ditawarkan oleh Bintang membuat Lodaya mengerutkan kening. Ditatapnya sosok Bintang dengan seksama.“Siapakah tuan ini sebenarny
Malam itu keadaan Desa Jati Wangi terlihat sepi, tapi beberapa rombongan pemuda terlihat tengah melakukan ronda hilir mudik kesana kemari. Bintang mempercayakan Bayan Sangkuri dan Lodaya untuk mengatur semuanya, sehingga Bintang dan Sekarwangi bisa menikmati kebersamaan mereka lebih banyak dipondok yang telah dipersiapkan untuk keduanya didekat gerbang desa.Didalam gubuk, dua sosok tubuh tampak tengah terbaring diatas ranjang yang cukup besar untuk mereka berdua, sang lelaki yang tak lain adalah Bintang sudah tampak bertelanjang dada tampak tengah berbaring miring menghadap kearah sosok jelita wanita yang ada didekatnya yang tak lain adalah Sekarwangi.“Sekar cantik sekali malam ini, sungguh beruntung kakang memiliki istri seperti Sekar.” Ucap Bintang hingga membuat Sekarwangi tersenyum tersipu. Tak bosan-bosan Bintang membelai wajah cantik nan jelita itu.“Oh ya kang.. boleh Sekar bertanya sama kakang.. sesuatu yang selalu membuat Se
Tung.. Tung..! Tung..!! Tung..!suara pentungan bertalu-talu memecah kesunyian pagi di Desa Jati Wangi. Hal ini pula yang kemudian membuat kegemparan diantara penduduk Desa Jati Wangi, semua tampak keluar rumah untuk mencari tau darimana asal suara pentungan itu.Tung..! Tung..!! Tung..!Kembali terdengar suara pentungan bertalu-talu, dan ternyata berasal dari 2 arah, arah gerbang selatan dan arah gerbang utara Desa Jati Wangi.Sosok Bintang dan Sekarwangi sendiri tampak baru keluar dari pondok mereka, terlihat wajah keduanya yang sangat menyegarkan, hal ini tentu saja dikarenakan percumbuan malam tadi yang telah keduanya lakukan dengan sangat memuaskan. Bintang dan Sekarwangipun kini dapat mendengar suara pentungan itu dari dua arah yang berbeda.“Kemana kita kang.. apa kakang ke utara, Sekar keselatan” ucap Sekarwangi memberi saran. Bintang tampak menggeleng.“Tidak, kita keutara, diselatan suda