Semua Bab Ksatria Pengembara Season 2: Bab 1351 - Bab 1360

2578 Bab

161. Bagian 13

“Tidak Sekar, pantang bagi kakang membunuh seorang wanita kalau tidak sangat terpaksa.. tapi Dewi Mawar Hitam juga sudah sudah kakang kalahkan, Sekarang sudah ditahan oleh masyarakat Jati Wangi” ucap Bintang lagi. “Kakang memang lelaki sejati.. Sekar makin cinta sama kakang” ucap Sekarwangi tersenyum, lalu memeluk Bintang dengan pelukan hangatnya. “Oh ya Sekar.. Saat kakang menemukan Sekar. Sekar tengah menderita luka dalam berhawa dingin, apakah itu hasil perbuatan si durjana itu?” tanya Bintang tiba-tiba hingga membuat Sekarwangi merenggangkan pelukannya dan menatap kearah Bintang. “Benar kang.. tapi si durjana itu juga takkan selamat kalau saja tidak ditolong oleh Datuk Tuak.. Sekar berhasil mengalahkannya dalam pertarungan” ucap Sekarwangi lagi. “Wah.. lama tidak bertemu, Sekarang Sekar sudah semakin hebat ya” “Tapi tidak sehebat kakang.. karena Bopo selalu bercerita tentang kehebatan kakang” ucap Sekarwangi. “Oh ya, bagaimana kaba
Baca selengkapnya

161. Bagian 14

SORE ITU, matahari sudah begitu condong di ufuk barat, dimana mataharipun tampaknya sebentar lagi akan segera menghilang dari peraduannya setelah seharian menyinari alam mayapada yang luas ini. Segerombolan burung-burung yang terbang secara bergerombolpun tampak terbang pulang kembali kesarangnya, pak nelayanpun sudah menambatkan perahunya ditepi pantai, pak tani dan bu tanipun ikut pulang setelah seharian menggarap sawah mereka.Sementara di sebuah kaki lembah tampak sepasang muda-mudi yang tengah berkelebat cepat menaiki lembah tersebut. Lembah yang disepanjang jalan hanya terlihat pohon-pohon bambu yang tumbuh dengan suburnya, lesatan tubuh keduanya baru berhenti saat tiba dipuncak lembah tersebut dimana dihadapan mereka terlihat sebuah bangunan yang cukup besar.Sepasang muda mudi yang tak lain adalah Bintang dan Sekarwangi itu tampak menatap bangunan besar yang ada dihadapan mereka, sementara Sekarwangi terlihat langsung melangkah kedepan dan membuka pintu gerbang
Baca selengkapnya

161. Bagian 15

Kegelapan sudah menyelimuti alam, rembulan tampak bersinar redup malam itu. Tapi masih terlihat satu dua Bintang yang dengan setia menemaninya malam itu. Angin berhempus perlahan, membelai apapun yang dilewatinya. Sesekali terdengar suara binatang malam memecah kesunyian malam.Lembah Bambu terlihat tenggelam dikesunyiannya, keindahan tempat itu seakan sirna bersama kegelapan malam. Di dalam sebuah kamar yang berukuran cukup besar, beberapa meja hias terlihat didalamnya, tapi bukan hal itu yang menarik didalam kamar tersebut, melainkan dua sosok tubuh yang berada diatas peraduan yang berada ditengah-tengah kamar tersebut.Dua sosok, dimana sosok sang wanita tampak tengah memeluk dada bidang seorang lelaki. Melihat sosok raut wajah keduanya, mereka tak lain adalah Bintang dan Sekarwangi adanya. Sosok keduanya terlihat masih terpejam dengan nafas yang memburu, tubuh keduanya terlihat ditutupi oleh sebuah selimut tebal, tapi walaupun begitu keringat tampak memban
Baca selengkapnya

161. Bagian 16

“Bopo! Kang Buntal!”. ucap si wanita yang tak lain adalah Sekarwangi. Sementara itu kedua sosok yang ada dihadapan Sekarwangi juga tak lain adalah Sigila Tuak, salah satu dedengkot persilatan aliran putih yang sangat dihormati dan disegani oleh kawan maupun lawan, sosok gemuk yang ada disebelah Sigila Tuak tak lain adalah Buntal, murid Sigila Tuak. “Sudah pulang, Sekar?” “Sudah bopo.” “Kok pakai dikunci-kunci segala, Sekar” gerutu Buntal seraya melangkah masuk, diiringi langkah Sigila Tuak dan Sigila Tuak dibelakangnya. “Bopo dari kemana?” tanya Sekarwangi lagi “Bopo dan Buntal baru saja menghadiri pembukaan padepokan milik sahabat bopo Sekar” ucap Sigila Tuak lagi. Ketiganya terus melanjutkan langkah menuju kearah bangunan besar yang ada dihadapan mereka, tapi tiba-tiba saja Sigila Tuak dan Buntal mengeyitkan kening, kedua mata mereka menyipit, dipintu bangunan terlihat tengah menunggu sesosok tubuh. “Siapa Sekar?” tanya Bunta
Baca selengkapnya

161. Bagian 17

“Sekar berhasil mengalahkan si durjana iblis itu bopo. Hanya saja Datuk Tuak menolongnya.. Sekar sendiri ditolong kang Bintang” jelas Sekarwangi.“Apa Gusti Prabu juga berhadapan langsung dengan Datuk Tuak?”“Belum guru”“Berhati-hatilah bila berhadapan dengan Datuk Tuak Gusti Prabu, Datuk Tuak memiliki sebuah ajian dahsyat yang bernama ‘nafas badai’ Konon, dengan kesaktiannya itu, Datuk Tuak mampu mengeluarkan badai yang dapat menyapu tanah Jawa dalam satu kali hembusan napasnya” ucap Sigila Tuak lagi hingga membuat wajah Sekarwangi dan Buntal berubah terkejut, sementara Bintang masih tenang-tenang saja.“Saya memiliki sebuah pusaka yang mampu menandingi ‘nafas badai’ milik Datuk Tuak, guru. Pemberian Begawan Cakra Buana” ucap Bintang lagi hingga kali ini wajah Sigila Tuak yang berubah.“Pusaka apa yang diberikan oleh Begawan Cakra Buana itu
Baca selengkapnya

161. Bagian 18

Bintang segera menarik kembali Cakra Petirnya dari dalam keris kyai guntur, kilauan kilat petir itupun langsung surut menghilang,Sreggg....!Keris kyai guntur kembali kedalam sarungnya.“Luar biasa” ucap Sigila Tuak dengan kagum.“Hebat” ucap Buntal juga tak kalah kagum.Sekarwangi tetap diam, tapi dari pandangannya, jelas Sekarwangi sangat kagum melihat pusaka keris kyai guntur yang baru saja diperlihatkan oleh Bintang.“Jika memang keris itu bisa menangkal ajian ‘nafas badai’ milik Datuk Tuak.. kini aku tenang” ucap Sigila Tuak. Sejenak Sigila Tuak memalingkan pandangannya kearah Sekarwangi.“Lalu kenapa kau membawa Gusti Prabu kemari Sekar, tanpa bantuan bopomu ini, bopo yakin Datuk Tuak takkan bisa menang menghadapi Gusti Prabu” ucap Sigila Tuak kepada putrinya, Sekarwangi.“Maaf guru.. Bukan karena itu kedatangan
Baca selengkapnya

161. Bagian 19

"Akh!" Bayan Sangkuri memekik tertahan ketika dadanya kena tendangan keras Aryasuta. Belum lagi Sangkuri mampu bangkit, satu jejakan kuat bersarang di perutnya. Laki-laki setengah baya itu bergulingan ke samping. Dengan menahan rasa sakit pada dada dan perutnya, dia segera bangkit.Tanpa menghiraukan keadaan dirinya lagi, Sangkurikembali bergerak dengan senjata golok di tangan.Sementara itu Datuk Tuak terus mengamuk sambil berusaha mendekati Dewi Mawar Hitam. Dalam waktu yang tidak berapa lama, telah lebih dari separuh penjaga tewas berlumuran darah. Dan begitu dia melompat, tahu-tahu telah berada di dekat Dewi Mawar Hitam yang masih terikat rantai. Bahkan tangannya yang menggenggam bumbung tuak berhasil merobohkan tiga orang sekaligus."Edan! Bumbungku pecah!" rungut Datuk Tuak.“Datuk Tuak, cepat bebaskan aku!" seru Dewi Mawar Hitam."Huh! Bumbungku pecah, tuakku habis!" rungut Datuk Tuak."Akan kubelikan yang terbaik nanti! Cep
Baca selengkapnya

161. Bagian 20

Sementara itu Datuk Tuak terus memperhatikan sosok Bintang dengan seksama sejak tadi. Kalau saja Datuk Tuak tidak merentangkan tangannya dihadapan Dewi Mawar Hitam, mungkin Dewi Mawar Hitam sudah melesat menyerang kearah Bintang. Rentangan tangan Datuk Tuak membuat Dewi Mawar Hitam mengurungkan niatnya untuk menyerang.“Siapa kau pendekar?” tanya Datuk Tuak kepada Bintang, rupanya penampilan Bintang yang baru dengan menggunakan blangkon dikepalanya, membuat Dewi Mawar Hitam tidak mengenali ciri-cirinya.“Aku utusan Setyo Kencana, datang untuk membasmi orang-orang seperti kalian!” ucap Bintang dengan tegas. Ucapan Bintang membuat Datuk Tuak dan Dewi Mawar Hitam terlihat saling pandang.“Setyo Kencana!” ulang Datuk Tuak dan Dewi Mawar Hitam bersamaan dengan wajah berubah.“Kau terlalu jumawa pendekar.. Kau kira mampu untuk mengalahkan kami berdua?!” tanya Datuk Tuak dengan sinis.&ldqu
Baca selengkapnya

161. Bagian 21

“Setan! Kubunuh kau!" Aryasuta benar-benar kalap melihat kekasihnya yang entah tewas entah pingsan itu. Segera dia menyerang dengan cepat dan membabi buta kearah Sekarwangi.Sementara itu Bintang kini masih sibuk menghadapi Datuk Tuak yang telah menggunakan salah satu jurus andalannya, jurus ‘belalang mabuk’. Jurus ‘belalang mabuk’ memang memiliki keunikan tersendiri, gerakan langkahnya tak beraturan, persis seperti orang mabuk, posisi kedua tangan mengait seperti kaki belalang. Teknik ini digunakan untuk gerakan menangkis, mengunci lengan lawan, atau menghantam titik lemah lawan.Ciri khas dari jurus belalang mabuk ini adalah tangannya yang seperti kait. Kait tersebut terdiri atas 1-3 jari yang ditekuk hingga menyerupai kait dan digerakkan layaknya cambuk. Bentuk tangan yang menyerupai kait tersebut bisa digunakan untuk menghalau serangan, mengunci alat serangan sehingga tidak bisa bergerak, atau untuk menyerang
Baca selengkapnya

161. Bagian 22

“Jurus menghindarnya aneh, sepertinya jurus ‘Delapan langkah pemabuk’, tapi sebenarnya bukan” batin Datuk Tuak heran melihat jurus lawannya. Keheranan Datuk Tuak memang beralasan, karena saat ini Bintang memang tengah menggunakan jurus ‘kelana pemabuk’nya, dimana jurus ‘kelana pemabuk’ merupakan gabungan dari jurus ‘Delapan langkah pemabuk’ dan jurus ‘kijang kelana’ miliknya, hingga tak heran Datuk Tuak dibuat bingung olehnya. Terkadang gerakan Bintang seperti orang mabuk dan terkadang tak beraturan seperti orang gila itu mampu menyelinap di antara serangan Datuk Tuak.. Bahkan kadang-kadang sosok Bintang lenyap dan muncul di belakang Datuk Tuak. Hal ini pulalah yang sangat mengerankan Datuk Tuak. Dan yang lebih mengejutkan Datuk Tuak adalah ; “Jurusnya bukan jurus sembarangan, tenagaku terasa terkuras lebih cepat dari yang seharusnya.” batin Datuk Tuak lag
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
134135136137138
...
258
DMCA.com Protection Status