"Aku hamil?" pikir Zaira. Sebenarnya, Zaira sangat takut kali ini. Pernikahan Arumi terancam batal karena berita kehamillannya. Zaira tidak ingin gegabah. Diambilnya ponsel lalu mencoba menghubungi suaminya. Namun, tak ada jawaban. Zaira kembali mencoba menghubungi Arumi. Dipanggilan ke tiga baru terjawab. "Assalamu'aikum, Arumi.""Wa'alaikumussalam, Mbak.""Apa Mas Zafran sedang bersamamu?" tanya Zaira hati-hati. Arumi terisak, air matanya luruh begitu saja. "Ustaz Zafran ada di sini, Mbak. Bukde Aminah juga."Mata Zaira membulat sempurna. Zaira sudah tahu apa yang tengah terjadi di sana. "Arumi–""Selamat, ya, Mbak, atas kehamilannya. Aku harap, mbak selalu baik-baik saja, calon bayinya juga. Maaf, Mbak, aku tidak bisa melanjutkan permintaan itu.""T-tapi, Arumi, mbak ikhlas."Arumi menggeleng tegas. "Mungkin ini adalah jalannya, Mbak. Aku tidak bisa masuk
Baca selengkapnya