Menjelang sore pintu diketuk, gegas kutinggalkan Zaira yang sedang menatap kosong. Tampak kedua orang tua kami dan kedua sahabat kami. Rayyan dan Khadijah. "Zaira, di mana, Nak?" tanya Umi mertua. "Ada di dalam kabar, Mi. Zafran panggilkan dulu, ya." Aku segera melangkah ke kamar, Zaira masih dalam posisi semula. "Sayang, keluar dulu, yuk! Di luar ada Umi, Abi, Mas Rayyan dan Khadijah," seruku. Zaira hanya menoleh sekilas lalu tetap fokus memandang ke arah luar jendela. Aku menghampirinya. "Sayang, mereka kesini karena sayang sama kamu, Dek. Apa kamu tega membiarkan mereka menunggu di luar? Orang tua kita ada loh, Sayang." Aku membawanya ke dalam pelukanku. Menciumi pucuk kepalanya dengan sayang. Zaira membalas pelukanku . "Maafin, Zaira, Mas." "Udah, jangan ngomong gitu. Yuk, temui mereka!" Zaira melepas pelukannya seraya mengangguk, mengikuti langkah kakiku.
Baca selengkapnya