Share

50. PERDEBATAN

Penulis: Zee Zee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-08 12:19:26

"Abang, kalau Abang nekat melakukan poligami, mending abang ceraikan Zaira. Aku yang akan membahagiakannya!"

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak akan membiarkan Zaira terluka."

"Maksudmu, Abang tidak pernah membahagiakan Zaira?"

"Ya. Jika Abang mengikuti kemauan Bude."

"Abang sangat mencintai istriku!"

Kami berdua terlibat ketegangan yang luar biasa. Aku menangkap raut kemarahan dari Zain. 

"Tenang dulu kalian!" Rayyan mulai melerai.

"Kita bisa membicarakannya baik-baik. Aku tahu kalian memyayangi Zaira. Aku juga sama, Zaira sudah seperti adikku. Dia sahabat istriku. Membuat Zaira terluka sama saja aku menyakiti istriku secara tidak langsung."

Kami berdua terdiam. Aku bersyukur banyak yang menyayangi Zairaku.

"Aku menyerahkan Zaira ke Abang, karena aku percaya Abang akan menjaganya. Abang sudha tahu kan bagaimana perasaanku padanya?"

"Aku mengerti, Zain."

"Jadi. Kalau Abang mengikuti kemauan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • BIDADARI SURGAKU   51. PERTENGKARAN

    "Abang, kalau Abang nekat melakukan poligami, mending abang ceraikan Zaira. Aku yang akan membahagiakannya!" Aku yang tadinya ingin memesankan mereka makanan, tiba-tiba menarik tanganku saat mendengar keributan di dalam. Aku menempelkan telinga di daun pintu. Bukan ingin menguping, tetapi aku sangat penasaran apa yang terjadi di dalam. Aku takut terjadi sesuatu di dalam. "Apa maksudmu?" tanya Mas Zafran. "Aku tidak akan membiarkan Zaira terluka." "Maksudmu, Abang tidak pernah membahagiakan Zaira?" "Ya. Jika Abang mengikuti kemauan Bude." "Abang sangat mencintai istriku!" Mereka berdua sepertinya terlibat ketegangan yang luar biasa. Aku menangkap suara kemarahan dari Zain. Ingin kuhentikan mereka, tetapi suara Mas Rayyan juga terdengar. "Tenang dulu kalian!" Mas Rayyan mulai melerai. "Kita bisa membicarakannya baik-baik. Aku tahu kalian memyayangi Zaira. Aku juga sama, Zaira sudah seperti adikku. Dia sahabat istr

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-08
  • BIDADARI SURGAKU   52. ZAIRA SAKIT

    Prang! Aku yang baru saja membersihkan diri gegas berlari ke arah dapur saat mendengar suara benda jatuh. Di sana aku melihat Zaira yang sedang berdiri sambil memegangi kepalanya. Kulihat pecahan mangkuk bertebaran. Aku dengan sigap menangkap tubuhnya yang hampir saja terjatuh. Kupapahnya tubuh ini menuju tempat pembaringan kami. "Ada apa, Sayang?" tanyaku khawatir. "Adek pusing, Mas." Zaira yang baru saja terbaring tiba-tiba merasakan mual. Zaira bangkit lalu menuju kamar mandi. Aku yang panik segera menyusulnya. Di dalam kamar mandi, Zaira tak berhenti mual bahkan muntah. Aku dengan cekatan memijit tengkuknya dan membantunya menyiram bekas muntahannya. Sebenarnya rasa mual bahkan muntah ini sudah biasa terjadi beberapa hari ini, hanya saja Zaira selalu menjawab itu karena faktor stres. "Dek, kamu kenapa?" "Adek nggak tahu, Mas," jawabnya dengan suara lemah. "Mas telfon Umi dulu

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • BIDADARI SURGAKU   53. ZAIRA HAMIL?

    "Masya Allah. Allahu Akbar! Alhamdulillah, Ya Allah!" pekik Umi mertua. Kami serentak saling maju untuk sekedar melihat. Pandangan kami fokus pada benda kecil itu. Mataku membulat, ada rasa bahagia, haru yang luar biasa. Dua garis merah terpampang nyata di depanku. Zairaku hamil? Anakku? Aku berbalik lalu memeluknya. Ku eratkan pelukan sambil terus mengucapkan rasa syukur yang tak terkira. Penantian ini telah diijabah. "Selamat, Sayang. Alhamdulillah kita bakal jadi orang tua," seruku. Zaira masih terdiam di tempat. Kucium berkali-kali wajahnya. Aku bahagia dan sangat bahagia atas kuasa Allah. Kedua orang tua kami tampak sangat bahagia. Mereka berpelukan, kecuali Bude. Bude hanya berdiri mematung dengan tatapan yang sama. Aku terseyum ke arahnya, namun tak dibalas juga. Harusnya Bude ikut bahagia. Orang tua kami tak berhenti mengucapkan selamat dan syukur atas kabar bahagia ini. Tak b

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-13
  • BIDADARI SURGAKU   54. PENANTIAN YANG INDAH

    "Alhamdulillah, selamat, Pak, ada kehidupan di dalam." Aku terperangah mendengar penuturan dari dokter Namira. "Maksudnya, Dok?" tanya suamiku. "Usia kehamilan Ibu Zaira sudah memasuki minggu ke tiga. Artinya sudah hampir satu bulan sudah ada kehidupan di dalam sana." Mataku membulat sempurna. Mas Zafran bersujud syukur atas jawaban dari penantian lama kami. Aku terus menangis dan tak hentinya mengucapkan syukur. Dokter dan perawat yang menyaksikan keadaan kami ikut merasa terharu. Perawat kemudian membersihkan sisa gel yang ada di perutku yang masih datar ini dan membantuku untuk turun. Mas Zafran langsung memelukku, tak henti aku menangis di dalam pelukannya. "Alhamdulillah, Mas, adek bahagia," ucapku di sela tangis. Mas Zafran mengangguk seraya menghapus jejak air mata ini. Perawat itu memberikan kami hasil dari USG nya. Kami tak berhenti memandangi gambar hitam putih itu. Meskipun belum tampak jelas, setidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • BIDADARI SURGAKU   55. NGIDAM

    Hari-hari kulalui dengan penuh rasa bahagia. Menjadi seorang calon ibu di kehamilan pertama trimester pertama sungguh campur aduk rasanya. Proses ngidam yang semua ibu pun sudah pasti merasakan. Akan ada berbagai macam keanehan yang timbul. Begitu juga denganku. "Mas, Adek mau makan rujak, tapi Mas sendiri yang buat, ya?" pintaku manja. "Dek, Mas nggak tahu cara buat rujak. Kota beli aja, ya?" bujuknya. "Nggak, Mas! Adek maunya Mas yang buatin." Mas Zafran menepuk pelan keningnya. "Dek, ini sudah malam. Jam delapan malam, bagaiamana caranya? Kita kudu belanja dulu kan, Sayang?" "Ya sudah kalau gitu, bilang aja malas!" Kau menghentakkan kaki meninggalkannya sendiri di ruang kerjanya. Aku benar-benar merasa dongkol. Air mata menetes begitu saja. Perasaanku mengatakan Mas Zafran sudah mulai tak menyayangiku. Terdengar Mas Zafran terus memanggilku, kurasakan tangannya kini meraih tangan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • BIDADARI SURGAKU   56. RUJAK CINTA

    Hari-hari kami lalui dengan penuh rasa bahagia. Menjadi seorang calon ayah untuk kali pertama selama penantian panjang. Jangan tanyakan seperti apa rasanya, tentu saja rasa yang bercampir aduk. Tapi, aku sangat menikmati. Proses ngidam yang semua ibu pun sudah pasti merasakan. Akan ada berbagai macam keanehan yang timbul. Begitu juga dengan Zairaku. Sebagai suami siaga, bukan hanya aku yang pasti sudah mengalaminya, bahkan laki-laki yang bergelar suami pasti merasakan sensasi menjadi suami siaga. Siap antar jaga.Bagi suami siaga, kemauan istri adalah nomor satu. Kebahagiaan istri adalah nomor satu dan kebutuhan istei adalah nomor satu. Kebahagiaan kita, kebutuhan kita bahkan jadi nomor sekian."Mas, Adek mau makan rujak, tapi Mas sendiri yang buat, ya?" pinta Zaira manja.Aku yang sedang sibuk memeriksa laporan bulanan sedikit merasa keberatan dengan permintaan Zaira."Dek, Mas nggak tahu cara buat rujak. Kita beli a

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • BIDADARI SURGAKU   57. MENJADI SUAMI SIAGA

    Zaira menutup hidung lalu mengibaskan tangan ke udara, memberi kode agar aku mundur. Aku memilih menuruti kemauannya dengan sedikit menjauh. Dari jauh tampak Zaira melepaskan dua jari yang sejak tadi menutupi hidungnya dan bernapas lega."Mas, kok tiap kali aku mencium bau badan, Mas, kok aku mual-mual ya?""Ya, Mas juga nggak tahu, Dek. Mas wangi padahal. Bau ketek Mas aja kamu suka.""Jadi gimana dong, Mas?""Kita istirahat aja, Sayang." Aku mulai mendekat tanpa mau lagi menggendong tubuhnya.Saat kami sudah berada di dalam kamar, aku memilih berbaring lebih dulu sembari menunggu Zaira untuk menghambur ke pelukanku seperti biasa. Perlahan Zaira mendekat. Niat hati ingin bermesraan, pupus sudah. Saat Zaira mencium kembali aroma tubuh ini, Zaira berdiri mematung."Mual lagi?" tanyaku sedikit frustrasi saat melihat Zaira menutup mulut lalu berlari kecil ke kamar mandi. Aku membuang napas kasar."Mual lagi?" tanyaku sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-18
  • BIDADARI SURGAKU   58. PETUAH SUAMI

    Menjadi ibu hamil adalah impian banyak orang, terutama yang sangat mendambakan kehadiran si buah hati di dalam pernikahannya. Begitupun dengan aku. Dulu, kami sangat merindukan kehadirannya. Siang dan malam lisan ini tak berhenti memohon kepada Sang pemilik kehidupan agar kami diberi amanah untuk memiliki buah hati. Tak tanggung-tanggung, segala cibiran, sindiran bahkan dicap sebagai wanita mandul dilekatkan padaku. Tak peduli bagaimana perasaanku.Aku pernah berada di posisi ingin menyerah. Ingin pergi saja bahkan ingin diduakan meski hati tak menerima. Tapi, semua demi kebahagiaan keluarga suamiku. Hati wanita siapa yang sanggup diduakan? Makanya wanita yang ikhlas dipoligami hadiahnya adalah surga.Aku memang merindukan surga, tapi bukan surga itu yang kurindukan. Aku manusia biasa, makhluk lemah, aku wanita dengan sejuta rasa cemburu yang mengakar di dalam dada. Bukannya aku menentang poligami, hanya saja hati ini belum siap.Poligami itu d

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-19

Bab terbaru

  • BIDADARI SURGAKU   101. Selamanya Cinta

    Tiga tahun berlalu, semenjak kepergian Zain suasana rumah Abi Abdullah semakin sepi. Sekali-sekali Zafran datang menjenguk membawa istri dan kedua bayi kembarnya.Zain yang bertugas tak seperti biasanya hanya pulang beberapa kali dalam setahun. Menjelajahi pulau satu ke pulau lainnya yang sulit diakses. Petualangannya bersama Arumi perlahan menumbuhkan rasa yang tak biasanya. Hingga akhirnya hari ini Zain resmi melamar Arumi sebagai pendamping hidupnya.Siapa yang akan menyangka, keduanya sama-sama pernah ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintainya. Memiliki kisah cinta yang tak bisa terwujud lalu memilih ikhlas melepaskan meskipun sakit begitu dalam. Akhirnya, mereka dipertemukan.Hari ini secara resmi Zain mempersunting Arumi untuk dijadikan sebagai teman hidup. Perihal rasa yang pernah mengakar, akhirnya bisa juga hilang seiring berjalannya waktu.Arumi tampil begitu anggun dengan balutan kebaya syar'i berwarna peach s

  • BIDADARI SURGAKU   100. Aku Pergi

    Pov. Zain."Zain terpilih menjadi salah satu dokter yang bertugas di kapal rumah sakit, Abi. Zain pikir, lebih baik Zain terima." Kulihat mulai berembun."Kapan berangkatnya?" tanya Bang Zafran."Besok lusa, Bang," jawabku.Abi mengembuskan napasnya perlahan. Ditatapnya umi yang sudah mulai terisak. Aku mendekat lalu membawa tubuh orang yang telah melahirkanku ke dalam pelukan."Pasti lama. Kamu tega ya ninggalin, Umi?" Aku tersenyum."Ini bentuk pengabdian, Umi. Insya Allah, nanti Zain akan sekali-sekali pulang kok," bujukku berusaha menenangkan umi.Aku tahu perasaan umi saat ini. Umi pasti tak ingin melepaskanku. Tapi sumpah yang sudah terlanjur terucap untuk mengabdikan diri ini pada bangsa dan negara. Mataku tak sengaja mengarah pada sosok wanita yang kucintai. Segera kualihkan pandangan saat mata kami bertemu.'Maafkan Zain, Umi. Semua ini Zain lakukan demi abang. Rasa cinta ini b

  • BIDADARI SURGAKU   99. Aqiqah

    Tepat empat puluh lima hari berlalu. Keluarga besar Zaira dan Zafran hari ini mengadakan tasyakuran aqiqah untuk kelahiran bayi kembar mereka. Segala persiapan telah dilaksanakan. Nuansa hijau dan putih menghiasi ruangan sesuai dengan permintaan Zaira.Banyak keluarga, sahabat, dan tetangga yang hadir di acara tersebut, tak terkecuali rekan bisnis serta para jama'ah tempat Zafran mengajarkan ilmu agama.Pemandu acara mulai membuka acara syukuran aqiqah."Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh bapak, ibu dan para tamu undangan yang kami hormati.Pertama – tama mari kita sampaikan puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanah Wa Ta'ala, atas rahmat dan hidayat yang dilimpahkan kepada kita semua, sehingga pada siang yang penuh dengan kebahagiaan ini kita bisa hadir memenuhi undangan dari Ustadz Zafran Abdullah sekeluarga dalam rangka syukuran akan lahirnya putra dan putri, buah hati dari pasangan Ustaz Zafran Abdullah dan ibu Zai

  • BIDADARI SURGAKU   98. Panik

    "Mas tolong!" pekik Zaira.Selepas isya suasana rumah menjadi ramai. Zaira tak berhenti menangis kala suhu tubuh kedua bayi kembarnya panas. Rasa panik menghampiri.Zafran yang tengah mengerjakan urusan kantor gegas menuju kamar. Dilihatnya Zaira duduk dengan ekspresi kebingungan di dekat bayi mereka.Zafran mendekat ke istrinya yang masih menangis sesegukan. "Ada apa, Sayang?""Ba-bayi kita, Mas.""Iya, mereka kenapa?" tanya Zafran."Bayi kita demam."Zafran mengecek keduanya. Ternyata benar, suhu badannya tinggi."Sebentar, Sayang, mas hubungi Zain dulu."Sementara Zafran menghubungi Zain, Mbok Siti datang terpongoh-pongoh di dekat Zaira."Ada apa, Bu?" tanyanya khawatir."Bayiku demam tinggi, Mbok," jawab Zaira dengan terisak.Diperiksanya kening bayi itu secara bergantian lalu Mbok Siti bergegas menuju dapur untuk mengambil air lalu tangannya meraih handuk

  • BIDADARI SURGAKU   97. Panggilan Baru

    Hari minggu bahkan tak terasa satu bulan pun berlalu. Kehidupan Zaira dan Zafran terasa begitu indah dengan hadirnya bayi kembar mereka. Rasa lelah tak terasa bagi mereka. Justru mengurus kedua anaknya merupakan hal terindah yang belum pernah mereka rasakan.Bangun di tengah malam saat orang lain tengah menikmati istirahat, justru tidak bagi mereka. Mengganti popok, bangun menyusui atau bahkan melantunkan shalawat untuk si kembar. Hal yang sudah lumrah dirasakan oleh kebanyakan orang tua di luaran sana.Bagi Zafran berangkat ke kantor sudah terasa berbeda. Melihat kelucuan si kembar menjadi penyemangatnya. Begitpun saat pulang bekerja, Zafran akan disambut dengan suara dan harumnya bau tubuh si kembar."Anak ayah harum banget sih, bikin betah aja," ucap Zafran gemas."Ayahnya malah belum mandi, bau acem!" goda Zaira. Zafran tak menggubris godaan istrinya malah memeluk erat Zaira."Apaan sih, Mas," bisik Zaira lalu meli

  • BIDADARI SURGAKU   96. Menjadi Ayah

    Pov. ZafranBibirnya tak berhenti mengulas senyum kala istriku terus memandangi wajah kedua anak kami. Aku tahu, Zaira sangat bahagia saat ini. Begitu pun dengan aku.Kehadiran si bayi kembar mewarnai hidup kami. Hadirnya bagaikan oase di tengah padang pasir. Bagaimana tidak, mereka hadir di saat orang tuanya sudah pasrah akan takdir yang terus berjalan.Aku memandangi ketiganya dari balik pintu. Rasanya seperti mimpi melihat apa yang ada di depan mata saat ini. Keadaan yang begitu sangat kami rindukan, terlebih istriku."Sayang, belum tidur?" tanyaku sambil menuju lemari mengganti pakaian."Sayang, baju kaos biru navi mas di mana ya? Mas mau pakai itu, Dek."Lagi dan lagi tak ada jawaban. Pandanganku beralih padanya. Rupanya istriku tengah serius memandangi ajah mungil anak kami."Sayang, fokus banget pandangin si kembar, suami sendiri nggak digubris," protesku kala sudah duduk di pinggiran ranjang. 

  • BIDADARI SURGAKU   95. Menjadi Ibu

    Pov. Zaira.Bibir ini tak berhenti menyunggingkan senyum saat melihat wajah lucu dan menggemaskan si bayi kembar. Impian yang selama ini aku rindukan akhirnya terwujud juga.Rasa haru terus menyeruak di dalam dada kala mengingat bagaimana perjuangan kami berdua. Suka duka kita lewati bersama. Tak terhitung berapa tetes air mata yang mewakili perasaan ini.Kini, mereka hadir membantuku meraih mimpi yang sempat aku kubur dalam-dalam. Mereka hadir membangkitkan diri ini yang sempat jatuh hingga terpuruk lebih dalam."Sayang, fokus banget pandangin si kembar, suami sendiri nggak digubris."Aku terhenyak dari lamunanku, rupanya Mas Zafran sudah duduk di pinggiran ranjang. Sejak kapan dia ada di sini?"Maaf, Mas, adek nggak lihat. Mas sudah lama di sini?" tanyaku sambil berusaha bangun lalu menghambur ke tubuhnya.Mas Zafran memelukku dengan erat. "Sejak tadi, Dek. Mas panggilin malah nggak digubris. Mas cemburu sama

  • BIDADARI SURGAKU   94. Keluarga Baru

    "Ingat pesan Om Dokter ya, Vio!" ucap Zain saat Vio sudah berada di dalam mobil."Siap, Om Dokter!" jawab Vio antusias."Apa coba kalau ingat?" tanya Zain memancing.Vio menarik napas lalu mulai menyebutkan pesan dari Zain."Jangan jajan sembarang, jangan makan es krim dulu dan makanan berlemak, tetap jaga kesehatan, jangan bawel. Nah, Vio udah benar kan, Dok?" Zain tersenyum seraya mengangkat kedua jempolnya. Vio bertepuk tangan riang."Dok, terimakasih ya. Suster Mawar, terimakasih sudah merawat Vio, sampaikan pada Dokter Roy dan perawat lainnya.""Iya sama-sama. Jaga Vio ya?" jawab Zain yang dibalas anggukan oleh Arumi."Kami permisi dulu, ya, Dok, Sus," pamit Arumi."Hati-hati," balas Zain.Arumi kemudian masuk dan duduk di samping kemudi. Bibir Arumi tak berhenti menyunggingkan senyum. Zain ikut tersenyum simpul. Mawar yang melihat itu merasa sangat cemburu.Maw

  • BIDADARI SURGAKU   93. Cemburu

    Mawar tak habis fikir dengannya dokter Zain bersikap biasa. Namun, dengan wanita itu, dokter Zain begitu bahagia hingga tertawa lepas. Siapa sebenarnya dia? Apakah dia wanita yang dimaksud Sinta? Pikirnya.Mawar memilih pergi ketimbang terus berdiri di sana melihat keakraban mereka. Wanita mana yang tidak merasa cemburu melihat orang yang dia kagumi tertawa lepas dengan wanita lain?Langkahnya terhenti tepat di depan toilet khusus staf ruangan. Gegas Mawar memilih masuk untuk menenangkan hatinya yang sedang dibakar api cemburu.Di depan cermin berukuran besar, Mawar menatap pantulan dirinya. Menelisik setiap inci yang ada pada dirinya. Baginya, dia tidak terlalu buruk dibanding wanita tadi. Lalu mengapa seolah-olah dokter Zain tak meliriknya?Mawar kemudian menempelkan tangan di dadanya."Ya, Allah. Apakah hamba akan kembali disakiti lagi? Bisakan hamba berharap ditakdirkan dengannya?" lirihnya.Setelah sekian t

DMCA.com Protection Status