Semua Bab Misi Misteri Sang Indigo: Bab 1 - Bab 10

78 Bab

Bagian 1. Malam Menyeramkan

*1. MALAM MENYERAMKAN.********Angin berhembus, menyapa kulit ketika mereka keluar dari dalam kafe. Suara hiruk pikuk kendaraan yang awalnya ramai, kini menjadi sepi. Masih ada beberapa yang lewat, dan itu pun hanya bisa dihitung jari.Karena ini sudah waktunya orang tenggelam dalam mimpi.Melepas lelah karena kegiatan pada siang hari."Ok. Besok lagi ya ...." seru Diva"Dah semuanya?" imbuh CacaSedangkan Cindy, hanya melambaikan tangannya. Beriringan bersama suara Diva dan Caca.Ketiga gadis itu melambaikan tangan, pada tiga remaja laki-laki yang berjalan berlawanan arah dengan mereka."Iya iya ....Dah juga ... jangan pada keluyuran, langsung pulang!" sahut Egy, "kalo udah sampe rumah pada ngabarin di grub ok." Lanjutnya."OKEE ...!" sahut ketiga gadis itu, bersamaan dari sebrang sana.Suara perpisahan yang tadinya mengisi gelapnya malam perlahan mulai hilang.Sua
Baca selengkapnya

Bagian 2. Ega

 2. EGADi malam yang gelap. Hanya diterangi oleh lampu jalanan, tampak Egy berjalan dengan agak laju bersama Raizel di belakang punggungnya."Sial sial sial!" cemoh Egy.Setelah Ia berusaha dengan cepat berlari kerumah, akhirnya Ia sampai. "Maaah! Mamaaahh ...! Buka pintunya!" teriak Egy dari luar pintu.Memanggil sosok wanita yang tidak lain adalah Ibunya. "Egy, kenapa harus teriak-teriak?" sahut Fani—Ibu Egy dari dalam rumah.Setelah pintu mulai terbuka, Egy langsung menerobos masuk kedalam rumah, melewati Fani di ambang pintu. Bersama Raizel yang tak sadarkan diri di belakang punggungnya."Raizel ...," gumam Fani lirih.Terkejut anaknya menggendong seseorang, yang ternyata itu adalah Raizel. Dengan tergesa-gesa.Egy naik ke ruang atas, menaiki tangga yang di mana ruang atas itu adalah kamarnya sendiri. Tanpa bertanya apapun, Fani menutup pintu lalu menge
Baca selengkapnya

Bagian 3. Misteri Ega.

 3. Misteri Ega. Raizel dan Egy berjalan menaiki tangga. Saat Ia naik, Raizel hanya menundukan kepalanya, memperhatikan langkah kaki mereka, yang satu persatu bergantian menapaki anak tangga berikutnya.Batin dan pikirannya terus saja terbayang oleh sosok anak perempuan tadi yang Ia yakini adalah alm. Ega. Karena berjalan melamun, tidak terasa mereka sudah hampir sampai di muka pintu kamar Egy, saat Dia akan menginjak anak tangga yang terakhir. Dan setelahnya ia harus berjalan melewati hamparan keramik datar untuk sampai di pintu kamar. Tiba-tiba ....Raizel merasakan sedikit getaran di telapak kakinya yang membuatnya terpaksa harus berhenti, getaran yang tidak asing seperti hentakan keras kaki seseorang yang berlari naik dari tangga paling bawah.Raizel pun terdiam, untuk lebih fokus merasakan hentakan kaki tersebut.Sejenak Raizel melirik kedepan. Tampak Egy yang tidak memperhatikan
Baca selengkapnya

Bagian 4. Kejujuran Raizel.

 4. Kejujuran Raizel.Egy dan Fani sudah selesai membersihkan kekacauan yang dibuat Ega, di saat itu juga, Egy menyadari bahwa Raizel tidak ada di ruangan bersama mereka. Egy yang menyadari itu, lantas Ia bertanya pada Ibunya. Bahwa Ibunya—Fani, melihat Raizel atau tidak? Tapi jusru Fani baru saja sadar jikalau Raizel tidak ada di sana bersama mereka. Fani mengatakan pada Egy, Ia akan mencari Raizel, tapi Egy menjawab bahwa dirinya saja yang akan mencarinya sendiri."Jangan mah, biar Egy aja yang nyari" ucap Egy."Oh, ya udah. Kalo gitu, Mamah masuk kamar dulu ... masih jam dua malam, Mamah pengen lanjut tidur" pungkas Fani berlalu pergi Ke kamarnya. Egy hanya diam menatap Ibunya, yang berjalan masuk ke dalam kamar. "Kemana tuh anak? ngilang gitu aja" cibir Egy "coba gue cek ke halaman belakang, barangkali dia ada di sana."Alasan Egy berinisiatif untuk mencari Raizel ke halaman
Baca selengkapnya

Bagian 5. Ikut

 5. IKUT "Gue bilang ... bantu gue nyari tau penyebab Ega meninggal!" jelas Egy."Iya! tapi ... lepasin tangan lo, gue bukan cewek!Terus, ini lengan gue sakit!" protes Raizel.Egy yang menyadari, dirinya sudah bersikap tidak wajar pada temannya, langsung melepaskan cengkramannya dari lengan Raizel saat itu juga."Oh, sorry ... maaf, gue kelepasan." "Kenapa lo minta bantuan gue buat nyari tahu penyebab Ega meninggal? Bukannya lo udah tau dari dulu?" tanya Raizel penasaran akan jawaban Egy.Egy menjelaskan pada Raizel, bahwa dirinya sama sekali tidak tahu soal penyebab adiknya meninggal yang diingat Egy adalah, saat itu ayahnya dan Ega sedang berlibur ke rumah  Kakek dan Neneknya di luar kota, tepatnya di pedesaan.Lalu setelah mereka berlibur empat hari di sana, Ayahnya memberi tahu Egy dan Ibunya bahwa, Ega sakit secara tiba-tiba, tapi satu minggu kemudian ayah Egy mengabarkan Ega telah mening
Baca selengkapnya

Bagian 6. Keberanian Yang Kuat

  Raizel hanya diam melamun, menjadi sedikit tidak fokus setelah mendengar semua jawaban temannya. Dia mengira, semua temannya akan pergi menjauh setelah tahu fakta diri Raizel yang seorang Indigo. Hingga sampai, Egy memecah lamunannya. "Tapi ... perjalanan kita akan jauh, dan tempatnya di pedesaan, apa kalian yakin tetep mau  ikut?" tanya Egy. Mengingat, temanya yang terbiasa hidup di kota, Egy hanya takut, mereka tidak akan betah saat tinggal di desa nanti. "Nggak masalah kalo gue, gue juga udah sering mudik ke desa, ke tempat sodara gue di kampung dan ya, gue yakin. Desa tempat Bokap lo suasana, juga keadaannya nggak akan beda jauh, dari kampung sodara gue" tutur Cindy. "Gue juga nggak masalah, gue tetep mau ikut. Mana bisa gue ngebiarin Raizel pergi jauh dan berusaha sendiri" ungkap Diva. Egy, Vano, Caca dan Cindy tercengang mendengar pernyataan Diva.Mereka dengan kompak menoleh kearah Diva, termasuk
Baca selengkapnya

Bagian 7. Mencuci Kain Darah

Sosok wanita berdaster. Yang membawa kain berlumuran darah itu terus saja mendekat, Egy dan Vano tentu melangkah mundur, masih mencoba untuk menjauh darinya.Tetesan darah nampak berjatuhan seperti pakaian cuci yang belum diperas, menetes membuat jejak titik di atas jalanan aspal di setiap langkahnya.Lalu ....'Turuti permintaannya, maka aku akan melepaskanmu.' Bisikan serak dan samar, muncul begitu saja masuk ke dalam telinga Raizel. Dan sepertinya yang membisikannya itu adalah, Genderuwo yang ada di balik tubuhnya.'Jadi ... Dia minta gue menuruti keinginan, si Hantu wanita ini?' batin Raizel."Gy ... Vano ... menyingkir!" seru Raizel.Memerintahkan Egy, dan Vano untuk menghindar dari sosok wanita yang masih saja terus menghampiri.Egy dan Vano mendengarkan perkataan Raizel, mereka yang awalnya terus berjalan mundur di hadapan Raizel, kini memilih menepi ke sisi jalan. Dan. Sosok wanita itu tent
Baca selengkapnya

Bagian 08. Titik Biru

 "Kakek? Kakek siapa?" tanya Raizel.Namun yang ditanya tidak menjawab, dia justru balik bertanya."Cu ... Kenapa kamu menangis?""Nggak kenapa-napa, Kek." "Kakek tau jelas, kalau kamu menangis, kenapa?""Nggak kenapa-napa, Kek. Saya hanya merasa menderita," jawab Raizel memalingkan matanya ke samping, menyembunyikan manik matanya yang menahan tangis.Lalu, kakek itu berkata."Cu ... kelebihanmu memang langka, dan kamu ditakdirkan untuk memilikinya.Jangan sesekali kamu merasa takut, karena sampai kapanpun selama kamu masih hidup. Kamu akan tetap melihat mereka." Setelah Raizel mendengarnya, matanya membulat, menatap orang tua itu tanpa kedip, pikirnya kenapa Kakek ini bisa tahu apa yang sedang dialaminya? "Kakek tau apa yang saya alami? Dan, Kakek tau dari mana?" tanya Raizel penasaran."Kakek tahu. Jadi, mulai sekarang ....Lawan rasa takutmu, biasakan dirimu untuk tidak taku
Baca selengkapnya

Bagian 09. Keberuntungan Saleh

 Ac yang sejuk, dan hanya mendengar suara mesin bus melaju.Raizel melirik semua temannya yang telah tidur, termasuk Vano, ia memutuskan untuk ikut terlelap juga. Nyaman, dia tertidur sangat lama. Mungkin ada beberapa jam, hingga sampai kondektur bus'pun membangunkan Egy.Tanpa disengaja, suara kondektur bus itu juga membuat Raizel terbangun."Mas ... Mas ... udah sampe" ucapnya. "Udah ya, Pak?" Egy terbangun dengan lesu."Iya Mas, udah sampe" jawabnya mengulangi kata. Mereka bergegas turun dari bus, setelah  berada di luar, Egy bertanya kepada kondektur tersebut."Pak, kalo mau ke alamat desa 'Bagaharuni' ini, naik bus apa lagi ya?"Ternyata desa tempat ayah Egy tinggal adalah desa Bagaharuni."Oh, kalian mau kesana?" jawab kondektur bus dengan ramah."Nanti kalian naik bus Efensi, yang warnanya kuning tapi ini baru jam 1 siang, bus itu ada sekitar jam empat sore?
Baca selengkapnya

Bagian 10. Bus Hantu

 Caca melirik jam pada handphonenya. Jam menunjukan pukul 15.02Tidak terasa ternyata waktu membagikan es dawet sudah memakan waktu cukup lama."Pak, ini udah jam tiga Pak, ayo kita siap- siap" ajak Caca.Sontak Raizel, Egy dan yang lainpun melirik jam yang ada di handphone  mereka, ada juga yang melirik pada jam tangan. Dan memang benar  sudah jam tiga lebih beberapa menit.Saleh langsung berjalan agak cepat, karena wadah dawet dan yang lainnya sudah habis, paling hanya tersisa gula dan es batu. Itu pun tinggal sedikit lagi, membuatnya lebih ringan. Memudahkan Saleh memikul wadah jualannya, sehingga Saleh bisa berjalan lebih cepat dari sebelumnya.Ternyata memang benar, kosan Saleh memang dekat dengan Masjid. Mungkin hanya butuh waktu tiga manit  berjalan dari Masjid.Kosan Saleh begitu kecil, itu karena memang Saleh tinggal sendirian. Karena itu, mereka memutuskan untuk menunggu Saleh bersiap di luar ko
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status