Beranda / Thriller / Misi Misteri Sang Indigo / Bagian 7. Mencuci Kain Darah

Share

Bagian 7. Mencuci Kain Darah

Penulis: Sayang Yura99
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-02 03:54:52

Sosok wanita berdaster. Yang membawa kain berlumuran darah itu terus saja mendekat, Egy dan Vano tentu melangkah mundur, masih mencoba untuk menjauh darinya.

Tetesan darah nampak berjatuhan seperti pakaian cuci yang belum diperas, menetes membuat jejak titik di atas jalanan aspal di setiap langkahnya.

Lalu ....

'Turuti permintaannya, maka aku akan melepaskanmu.' 

Bisikan serak dan samar, muncul begitu saja masuk ke dalam telinga Raizel. 

Dan sepertinya yang membisikannya itu adalah, Genderuwo yang ada di balik tubuhnya.

'Jadi ... Dia minta gue menuruti keinginan, si Hantu wanita ini?' batin Raizel.

"Gy ... Vano ... menyingkir!" seru Raizel.

Memerintahkan Egy, dan Vano untuk menghindar dari sosok wanita yang masih saja terus menghampiri.

Egy dan Vano mendengarkan perkataan Raizel, mereka yang awalnya terus berjalan mundur di hadapan Raizel, kini memilih menepi ke sisi jalan. 

Dan. Sosok wanita itu tentu saja masih mendekat ke arah Raizel.

Vano dan Egy sembari menyaksikan itu semua. Telah bersiap, jika sewaktu-waktu hantu wanita tersebut berusaha mencoba melukai Raizel, maka dengan sigap Egy dan Vano akan segera memukulnya.

Raizel menatap setiap gerak-gerik hantu wanita itu. Ia menelan ludahnya, berusaha mengontrol tubuhnya yang sedikit bergemetar. 

Hingga, sosok wanita tersebut menyodorkan kain putih yang berlumuran darah itu kepada Raizel, bahkan tepat di depan wajahnya.

Dengan cepat. Angin membantu aroma amis dari darah menerobos masuk kedalam pernapasannya, yang membuat Raizel ingin muntah.

"Hwluub!–" Raizel menahan keinginan muntahnya. 

Egy dan Vano yang diam memperhatikan adegan di depan mata mereka, terus saja masih bersiap. 

"Kamu mau aku melakukan apa?" tanya Raizel kepada sosok Hantu wanita yang tepat berada di hadapanya.

Hantu wanita tersebut kemudian menoleh kearah selokan panjang di pinggir jalan, selokan itu selebar 1 meter, dialiri air yang sedikit keruh seperti air sungai yang mengalir dengan lancar.

Sontak Egy, Vano, dan Raizel mengikuti gerakan kepala sosok si hantu wanita. 

Mereka ikut menoleh ke arah selokan tersebut. 

Bertanya-tanya, apa yang dia inginkan?

"Selokan ...? Kamu ingin aku kesana?" tanya Raizel menebak.

Hantu wanita itu lalu kembali menoleh kearah Raizel, mengisyaratkan bahwa tebakan Raizel benar. 

"Baik" jawab Raizel setuju.

Dan saat Raizel menjawab ia setuju untuk memenuhi keinginan hantu wanita itu, secara tiba-tiba. Sosok hitam berbulu yang sedari tadi terus saja mendekapnya, kini melonggarkan tangannya, dan perlahan melepaskan Raizel.

Hantu wanita itu, masih tetap dalam posisi mengulurkan kedua tangannya. Bersama kain putih yang penuh oleh darah, masih saja terus ia genggam. Lebih tepatnya, masih setia diulurkan pada Raizel.

Lalu, Raizel melirik ke arah Egy dan Vano yang diam tidak mengucapkan apapun, sedang fokus mengamati dirinya. 

"Ka-kamu ... ingin aku menyuci kain ini, di selokan itu?" tanya Raizel lagi.

Kepada hantu wanita yang berada di depannya.

Dengan posisi kedua tangan Raizel yang menyanggah dengan ragu, seakan siap menerima kain tersebut. 

Hantu wanita itu kemudian maju selangkah lebih dekat kepada Raizel, yang seolah memberikan isyarat jawaban 'iya'. 

"Haah ...!" pekik Vano dan Egy bersamaan.

Mereka berdua benar-benar tidak habis pikir, hantu wanita itu menginginkan temannya untuk mencuci kainnya? Yang bahkan darahnya begitu kental, melekat pada kain itu.

Di selokan air pinggir jalan, yang tepat berada di depan sepatu mereka.

Lalu, dengan ragu. Raizel menerima kain tersebut, bersamaan dengan darah yang terus saja menetes dari kain.

Saat kulit telapak tangan Raizel perlahan menyentuh kain, rasa dingin akan darah yang basah seakan menyetrum seluruh tubuhnya,  membuat Raizel hampir kehilangan kesadaran lagi. 

Darah membanjiri tangannya, saking banyaknya darah yang meresap pada kain. Membuatnya benar-benar seperti mengangkat kain cucian yang belum diperas sama sekali.

Kakinya melangkah ke arah Egy dan Vano, menuju selokan air yang memang kebetulan tepat didepan mata kaki kedua temannya itu.

Sambil berjongkok di depan kaki Egy dan Vano. Raizel mulai mencelupkan kain itu pada air yang mengalir di selokan.

Bau amis darah seketika menyebar ke udara, dan air yang dicelupi kain itu juga dengan cepat berubah menjadi merah. 

Raizel mengucek dan terus saja mencuci kain tersebut, namun noda darahnya masih saja belum hilang sepenuhnya.

Karena Egy dan Vano berdiri di depan Raizel yang sedang mencuci kain itu. Tentu ikut mencium bau amisnya, saking menyengatnya, mereka sampai menutupi hidung dengan tangan.

"Hwluueekk ...!" Terdengar Raizel sudah mulai muntah karena bau hanyir. Aroma menjijikan itu, membuatnya pusing namun ia tetap berusaha kuat menahan itu.

Sedangkan, mahluk astral si Genderuwo dan hantu wanita.

Masih mengamatinya dari jalan, tempat mereka tadi dikepung oleh kedua mahluk ghaib itu.

"Rai ... udah bersih belum?" tanya Egy dengan posisi tangan yang menghimpit hidungnya dengan jari, hingga suaranya terdengar seperti orang sedang flu.

"Belum ... gila, gue pengen muntah!" jawab Raizel.

"Cepet Rai, gue nggak kuat" keluh Vano.

"Iya sabar, apa lagi gue nih yang nyuci!" balas Raizel.

Malam sudah semakin larut, Egy melirik jam yang melingkar di tangannya. Menujukan pukul 10.44

sudah larut malam. Namun, mereka masih belum sampai rumah. 

Sialnya lagi, jalanan itu benar-benar sepi. Tidak ada satupun orang atau kendaraan yang lewat.

Ya, sudah biasa, jika sudah jam 10 malam, memang tidak ada  orang lagi yang lewat.

Akan tetapi, kendaraan bermotor dan mobil biasanya masih ada meskipun tidak seramai siang. 

Anehnya lagi, saat itu benar-benar tidak ada satupun kendaraan yang melintas. Sungguh kebetulan.

Setelah Raizel berusaha agak lama akhirnya, ia menyelesaikan tugasnya. 

Kain itu kini berwarna putih, dan bersih.

Hanya saja masih ada aroma hanyir darah dari kain, tapi tidak sebau sebelumnya.

Raizel berjalan kembali memghampiri si Genderuwo dan hantu wanita, ia berniat memberikan kain yang telah ia cuci.

Akan tetapi, Raizel tiba-tiba ingin tahu dari mana darah yang begitu banyaknya, bisa menempel dikain ini? Maka ia berniat mencari tahu sedikit kenangan terakhir tentang darah siapa yang ada di kain tersebut.

Sebelum ia kembalikan kainnya, Raizel menyempatkan untuk menutup matanya.

Cuplikan kejadian yang samar dan tak berwarna, mengejutkan. 

Ia melihat seorang perempuan menangisi seorang anak gadis berumur 16 tahun. Yang tergeletak di lantai, dengan darah keluar dari leher dan pergelangan tangannya. 

Sepertinya anak itu bunuh diri, karena urat nadi yang ada dileher juga di tangan gadis itu, tergores sehingga menyebabkan darah yang keluar dari tubuhnya begitu banyak. Ditambah ia menggenggam satu kater/pisau kecil.

Seorang perempuan yang diduga adalah ibunya itu, mencoba menutupi darah yang keluar dari tangan si anak menggunakan kain putih.

Namun usahanya sia-sia. Karena  merasa frustasi anaknya meninggal, ia bunuh diri dengan menabrakan tubuhnya kesalah satu mobil yang melintas di jalan.

Cukup satu menit untuk Raizel melihat itu semua, saat dirinya membuka matanya. Raizel menyadari satu hal, yaitu.

Sosok perempuan yang  menangis di dalam cuplikan itu, diduga adalah si hantu wanita yang kini berada di hadapannya.

Dan juga, kain yang Raizel cuci tidak lain adalah. Kain yang hantu wanita gunakan untuk mengelap darah anaknya saat itu.

"In-ini ...," ucap Raizel, memberikan kain yang selesai ia cuci. 

Hantu wanita itu tentu menerimanya, dan setelah beberapa menit, dia beserta Genderuwo itu menghilang dalam sekejap.

Vano dan Egy yang melihat, sosok hantu wanita dan mahluk astral Genderuwo telah menghilang. Bergegas melompati selokan dan menghampiri Raizel.

"Huuufhh ... akhirnya selesai juga, momen menegangkan ini" kata Vano.

"Iya ... ayo pulang, ini udah semakin malem" ajak Raizel.

Raizel, Vano dan Egy. Terus berjalan kembali untuk pulang, mereka masih saja tidak menyangka bisa mengalami hal semacam itu. Sungguh pengalaman yang sial bagi mereka, termasuk bagi Raizel.

Raizel masih memikirkan tentang hantu wanita tadi, ia hanya berfikir. Hatinya merasa iba, dan ternyata si Genderuwo itulah yang  selalu menjadi teman si hantu wanita tadi setelah ia meninggal.

Singkat cerita, mereka telah sampai di depan rumah Vano. 

"Lo berdua mau nginep aja, nggak? Ini udah malem" tanya Vano menawaran menginap.

"Enggak, jangan lupa besok kita harus ketemu Di halte bus jam sembilan pagi" pesan Egy, menolak.

"Iya ... besok gue datang tepat waktu" balas Vano.

"Ya udah ... kita pulang dulu ya," pamit Raizel dan Egy berlalu pergi. 

"Lo berdua hati-hati! ...." 

Vano berteriak pada Raizel dan Egy. Yang sudah agak jauh dari depan rumahnya.

"Ok ...!" sahut Egy dengan nada keras supaya didengar oleh Vano.

Raizel dan Egy berjalan pulang berdua, keheningan malam seketika mengisi perjalanan mereka. 

Hingga Egy membuka pembicaraan.

"Rai ...," panggilnya sambil terus berjalan, tanpa menoleh kearah Raizel.

"Kenapa?" jawab Raizel menoleh ke arah Egy.

"Gue, baru kali ini ngelihat mahluk halus secara langsung. Dengan mata kepala gue sendiri, dan gue harap itu bener-bener yang terakhir kalinya," ungkap Egy bergindik ngeri.

"Ya ... semoga aja," Balas Raizel tersenyum tipis dengan mata yang fokus ke depan.

"Tapi. Lo sendiri pasti hampir setiap saat dan setiap waktu ngelihat yang kaya gituan, kan?" tanya Egy.

Mendengar pertanyaan Egy, Raizel terdiam dan menunduk. Mengarahkan pandangan matanya ke kaki bersepatunya, yang terus melangkah. 

"Lo tau Gy? Sebenernya, gue juga nggak mau ini semua, ini benar-benar nyiksa gue. Setiap hari gue harus nahan takut sendirian, harus selalu berpura-pura, seolah gue nggak ngelihat mereka" ungkap Raizel. 

Egy yang mendengar penyataan Raizel, kemudian menoleh dan melihat wajah Raizel dari samping. 

Nampak Bulu mata Raizel yang lebat dan panjang, menatap kearah bawah dengan lemas. 

Bisa dibayangkan jika menjadi Raizel, dia pasti selalu diselimuti rasa takut. 

Kemudian, Egy kembali fokus pada jalanan yang ada di depannya. 

"Gue ngerti ... gue bisa bayangin dan kalo gue jadi lo sehari aja, gue pasti nggak akan sekuat lo Rai" ujar Egy.

"Hahaha ....

Iya, gue percaya itu" balas Raizel terkekeh.

Tanpa disangka perbincangan mereka, sudah membuatnya sampai di depan Rumah Egy. 

"Lo masuk gih, gue mau langsung pulang" kata Raizel.

"Tapi, ini udah jam 12 malem. Lo masih mau maksain pulang? Nginep aja lagi di rumah gue, besok pagi baru balik" tawar Egy.

"Nggak Gy, gue belum beres-beres buat besok ... gue cabut dulu ya?" Tolak Raizel seraya berjalan pergi. 

"Lo, kalo ada apa-apa langsung kabarin gue, ya," kata Egy.

"Iya ...," sahut Raizel, tanpa menoleh ke arah Egy. 

Melihat Raizel yang nampak sudah jauh. 

Egy menutup pintu, lalu beranjak berjalan naik Ke kamarnya.

Kembali ke Raizel, Hanya diterangi oleh lampu yang ada disetiap 10 meter ia berjalan, ditambah suasana sunyi dan malam yang dingin. Raizel menyusuri lintasan tersebut sendiri dengan kepala yang menunduk.

Bersama dengan itu, sekelebat bayangan hitam, putih, ditambah sosok yang berterbangan di udara. Menjadi pemandangannya setiap hari.

Tanpa orang lain tau, hatinya merasa lelah, harus melihat semua itu sendiri sepanjang waktu.

Di saat lima menit lagi, ia hampir sampai divrumah. Ia berhenti, kepalanya mendongak kearah langit. Memandangi banyaknya bintang yang bersinar menemani satu Bulan. 

Tidak terasa, wajahnya yang tampan dan bulu matanya yang panjang, sudah basah oleh air mata.

"Lihat ... Bulan bahkan ditemani oleh Bintang.

Setiap Bulan bersinar, pasti selalu ada Bintang yang berada di sisinya.

Dia nggak perlu takut, untuk menghadapi malam sendiri. Di saat hari mulai pagi, Bintang akan pergi.

Lalu sunrise, Matahari pagi mengantikannya beberapa menit untuk menemani Bulan menghilang.

Hingga, hari berikutnya akan seperti itu ....

Beda dengan gue,"   Raizel kembali menundukan kepalanya. "Gue selalu ngelewatin ini semua sendiri, kenapa gue harus berbeda? Sial! Kenapa gue nggak kaya orang lain?"

Air matanya mulai mengalir deras membasahi pipinya, dan Raizel mengelapnya dengan punggung tangannya. 

Ingin sekali Raizel seperti orang lain, tidak perlu melihat hal yang memang tidak harus dilihat. Tidak harus dikekang rasa takut setiap harinya.

Ia berlutut di jalanan yang sepi, hanya ada suara terpaan angin yang menghembuskan setiap helai rambutnya. Bersama mahluk-mahluk gaib sialan yang terus saja berterbangan, bersekebat menyenggol Raizel.

Raizel sudah tidak kuat lagi menahan lelah pada hatinya, ia mulai menangis dalam diam. Air matanya terus saja mengalir, meskipun Raizel seorang laki-laki, bukan berarti ia tidak bisa menangis.

Setiap orang memiliki sisi lemah dan keluhan sendiri, dan di saat rasa lemah itu muncul tidak lagi bisa ditahan dengan rasa tegar, maka hanya air mata yang bisa menjawabnya. 

"Cu ... kenapa kamu menangis?" 

Tiba-tiba. Suara  Kakek-kakek, membuat tangisnya seketika berhenti.

Dengan rasa terkejut, ia bangun dari posisi berlututnya dan berbalik menghadap kearah suara itu berasal.

Kini tepat di depannya. Berdiri seorang kakek tua, berbaju dan berjenggot putih panjang, memakai tongkat. Tengah tersenyum manis padanya.

Bab terkait

  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 08. Titik Biru

    "Kakek? Kakek siapa?" tanya Raizel.Namun yang ditanya tidak menjawab, dia justru balik bertanya."Cu ... Kenapa kamu menangis?""Nggak kenapa-napa, Kek.""Kakek tau jelas, kalau kamu menangis, kenapa?""Nggak kenapa-napa, Kek. Saya hanya merasa menderita," jawab Raizel memalingkan matanya ke samping, menyembunyikan manik matanya yang menahan tangis.Lalu, kakek itu berkata."Cu ... kelebihanmu memang langka, dan kamu ditakdirkan untuk memilikinya.Jangan sesekali kamu merasa takut, karena sampai kapanpun selama kamu masih hidup. Kamu akan tetap melihat mereka."Setelah Raizel mendengarnya, matanya membulat, menatap orang tua itu tanpa kedip, pikirnya kenapa Kakek ini bisa tahu apa yang sedang dialaminya?"Kakek tau apa yang saya alami? Dan, Kakek tau dari mana?" tanya Raizel penasaran."Kakek tahu. Jadi, mulai sekarang ....Lawan rasa takutmu, biasakan dirimu untuk tidak taku

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 09. Keberuntungan Saleh

    Ac yang sejuk, dan hanya mendengar suara mesin bus melaju.Raizel melirik semua temannya yang telah tidur, termasuk Vano, ia memutuskan untuk ikut terlelap juga.Nyaman, dia tertidur sangat lama.Mungkin ada beberapa jam, hingga sampai kondektur bus'pun membangunkan Egy.Tanpa disengaja, suara kondektur bus itu juga membuat Raizel terbangun."Mas ... Mas ... udah sampe" ucapnya."Udah ya, Pak?" Egy terbangun dengan lesu."Iya Mas, udah sampe" jawabnya mengulangi kata.Mereka bergegas turun dari bus, setelah berada di luar, Egy bertanya kepada kondektur tersebut."Pak, kalo mau ke alamat desa 'Bagaharuni' ini, naik bus apa lagi ya?"Ternyata desa tempat ayah Egy tinggal adalah desa Bagaharuni."Oh, kalian mau kesana?" jawab kondektur bus dengan ramah."Nanti kalian naik bus Efensi, yang warnanya kuning tapi ini baru jam 1 siang, bus itu ada sekitar jam empat sore?

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 10. Bus Hantu

    Caca melirik jam pada handphonenya. Jam menunjukan pukul 15.02Tidak terasa ternyata waktu membagikan es dawet sudah memakan waktu cukup lama."Pak, ini udah jam tiga Pak, ayo kita siap- siap" ajak Caca.Sontak Raizel, Egy dan yang lainpun melirik jam yang ada di handphone mereka, ada juga yang melirik pada jam tangan. Dan memang benar sudah jam tiga lebih beberapa menit.Saleh langsung berjalan agak cepat, karena wadah dawet dan yang lainnya sudah habis, paling hanya tersisa gula dan es batu. Itu pun tinggal sedikit lagi, membuatnya lebih ringan. Memudahkan Saleh memikul wadah jualannya, sehingga Saleh bisa berjalan lebih cepat dari sebelumnya.Ternyata memang benar, kosan Saleh memang dekat dengan Masjid. Mungkin hanya butuh waktu tiga manit berjalan dari Masjid.Kosan Saleh begitu kecil, itu karena memang Saleh tinggal sendirian.Karena itu, mereka memutuskan untuk menunggu Saleh bersiap di luar ko

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 11. Bus Hantu2

    Raizel menatap jam yang tertera di atas wallpeper ponselnya, jamnya menunjukan pukul 19.16.Ya. Belum terlalu malam, dan harusnya jalanan masih ramai kendaraan, tapi saat ia mengintip keluar kaca. Tak ada satu pun kendaraan yang lewat.Untuk memastikan dugaanya, Raizel mencoba bertanya pada Vano."Van ... ngomong-ngomong ini busnya kok kotor dan hancur banget ya?" bisiknya.Raizel sengaja mengatakan itu, ia benar-benar ingin mengetes jawaban Vano, sependapat atau tidak dengannya.Namun, jawaban Vano begitu mengejutkan Raizel."Huus! Jangan ngomong gitu Rai .... Nggak sopan, orang bus rapih kaya gini dibilang hancur" balas Vano berbisik."Apa lo bilang?" ujar Raizel tidak percaya akan apa yang didengarnya."Gue bilang, lo jangan ngomong kaya gitu. Nggak sopan, bus rapih kaya gini dibilang kotor dan hancur ... gimana sih Rai, hadeuuh?" balas Vano memperjelas.Raizel benar-benar tercengang me

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 12. Jalangkung 1.

    Di gelapnya malam yang gulita. Raizel dan teman-temannya berjalan keluar dari rerumputan untuk menuju jalanan aspal. Saat mereka sudah sampai. Angin menyapu helaian rambut, mengusap sejuk leher dan kening mereka yang gerah, membuat panas di dalam tubuh menjadi normal kembali. Ternyata, mereka sudah sampai pada Desa Bagaharuni. Yang di mana itu adalah desa tujuan mereka sebenarnya. "Pak, ini kita masih jauh nggak?" tanya Egy sembari mengusap-ngusap celana levisnya karena kotor. "Enggak , Den. Beruntungnya kita udah sampe ... itu lihat." Saleh menujuk ke arah warung dekat lapangan. Lumayan jauh dari jarak mereka berdiri, namun karena mereka yang ada di posisi gelap, menjadi cukup jelas untuk melihat ke arah yang terang.Di sana, nampak sekali banyak pemuda-pemuda dan anak-anak tengah bermain bola di lapangan depan warung tersebut. Tidak kurang juga, ada banyak orang-orang dewasa yang nongkrong di situ untuk

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 13. Jalangkung 2

    "Pak, boleh saya tegur nggak anak-anak itu?" ijin Raizel terus fokus memperhatikan anak-anak yang terus membaca mantra terlarang di sana."Boleh, Den. Silahkan" jawab Talam.Raizel sudah mengumpulkan niat untuk menemui anak-anak itu, yang berarti dia juga akan bersiap bercampur bersama banyaknya mahluk astral yang ada di lapangan.Saat Raizel akan mengambil langkah pertamanya untuk menghampiri mereka. Bersama dengan itu, sebuah bola melayang dan tepat mengenai mainan Jalangkung mereka. Karena hal itu juga, mereka berhenti membaca mantra."Kak! Hati-hati dong! Kita kan lagi mainan" protes salah satu anak laki-laki berumur 15 tahun yang bernama Bondan, tidak senang karena mainannya terhantam oleh bola."Maaf Kakak nggak sengaja .... Kalian pindah aja mainnya, di deket warung tuh biar nggak kena lagi" jawab remaja laki-laki yang berumur 19 tahun bernama Andri.Anak-anak itu menuruti saran dari Andri untuk berpindah tempat be

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 14. Musuh Yang Tersembunyi

    Dalam jatuhnya, Raizel masih terdiam membiarkan Haikal meremehkannya."Mana coba? Mana? Suruh dia mukul aku lagi ... dan kamu harus inget, kalo dia nggak mukul aku, kamu yang bakal aku pukul!" gertak Haikal pada Raizel.Tak butuh waktu lama, Raizel pun bangun dari posisi terjatuhnya, lalu matanya menatap tajam pada Haikal yang terus saja tersenyum sinis meremehkan.Raizel juga ingin meninju dan memukul wajahnya yang menyebalkan itu, tapi ia masih berusaha menahan rasa kesal karena dirinya masih menghormati Saleh.Bagaimanapun juga, dia memang pendatang.Juga mengingat niat awal mereka datang ke sana adalah karena Ega."Aku hitung sampe tiga, kalo dalam hitungan ketiga nggak ada pukulan apapun hahaha ... kamu siap-siap aja deh!" oceh Haikal lagi.Bersamaan dengan itu, memang Kuntilanak berseragam SMA itu masih ada di sana, di dekat Haikal. Namun, entah dia akan memukul Haikal lagi atau

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21
  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 15. Musuh Yang Tersembunyi 2

    Namun, di balik rasa sakit yang menyiksa Raizel ternyata Dawehlah orang yang memberikannya.Daweh melirik Raizel yang sudah mulai berkeringat, diam-diam Daweh tersenyum tipis karena senang melihatnya tersakiti.Sambil menunggu para warga membawa sesembahan yang diminta Daweh, untuk melepas haus. Vano membeli beberapa minuman di warung Sri untuk dirinya dan teman-temannya.Ternyata Caca dari tadi, diam memperhatikan Raizel dan Raizel sendiri merasa, Caca tahu jika dirinya tengah menahan sakit.Caca kemudian mengerutkan dahinya, karena Caca mengira Raizel sedang dalam kondisi tidak baik, akhirnya ia berbisik kepada Egy yang berdiri di sampingnya."Gy, lo lihat ... Raizel kok gemeteran kaya nahan sakit ya?"Lantas karena bisikin Caca, tanpa harus menjawab Egy dengan cepat memutar bola matanya melihat ke arah Raizel.Egy merasa, bahwa dugaan kekasihnya itu benar. Jadi dia berjalan menghampiri Raizel.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-21

Bab terbaru

  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 78. Vano & Cindy

    2 jam lagi, acara pernikahan gue sama Cindy dimulai. Gue cuma berharap, semoga acara dan segala urusan hari ini berjalan lancar. Gue emang udah niat lama, pengen cepet-cepet nikah sama Cindy. Karena, gue nggak mau sampai harus jauh dari dia. Awal mula gue suka dia, karena dia minta ditemenin beli baju.Waktu itu, gue belum punya perasaan apa-apa sama dia.Alias masih biasa aja, dan masih nganggep Cindy itu cuma sebatas sahabat nggak lebih. Saat perjalanan pulang, gue mau anterin dia pulang. Karena udah terlalu sore, dan masa iya gue ngebiarin sahabat cewek gue pulang sendiri. Jadi, gue nawarin diri buat anter dia pulang. Namun, malah dia nggak mau gue anter. Alasannya, katanya itu nggak adil. "Gue nggak mau lo anter pulang.Itu nggak adil, masa iya gue pulang bareng elo ....Dan habis itu, lo pulang sendiri ....Mending kita pulang sendiri-sendiri aja." Dia ngomong kaya gitu, gu

  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 77. Egy & Caca

    Pada saat itu, gue dan Raizel, juga Vano baru aja masuk SMA.Kita masih umur 16 tahun.Kita membuat geng yang cuma 6 orang, gue, Raizel, Vano, Cindy, Caca dan Diva.Awalnya kita ngebuat geng atau persahabatan ini, karena kita sudah merasa cocok aja.Cocok dalam berbagai hal.Hingga sampai gue punya perasaan ke salah satu sahabat gue sendiri, gue bisa suka dia.Karena ... dia itu ....Susah juga gue jelasinnya.Intinya gue suka aja.Gue beraniin diri buat nembak dia jadi pacar gue, dan akhirnya gue diterima. Jadilah persahabatan kita, menjadi sebuah ikatan pacar.Tetapi meskipun begitu, kebersamaan kita masih tetap terjaga. Karena bagi kita semua, pacar bukan alasan buat ninggalin tali persahabatan, dan kenyamanan pertemanan.Banyak masalah, pengalaman dan hal yang udah gue alami selama ini. Sampe, gue harus mati-matian. Nyari tau penyebab, kenapa Ega bisa meninggal.Ega, A

  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 76. Reza & Hasna

    Pov. Reza. Setelah acara 7 hari Ega dan Kak Ajeng. Aku masih tidak tau, siapa yang sudah membunuh Kakakku. Meskipun nanti aku tau, aku cuma ingin menanyakan alasan apa, sampai dia membunuh Kakakku?Hanya ingin bertanya saja. Jikapun dia menjawab, dan menjelaskan apa alasannya.In Sya Allah, aku bisa memaafkannya. Juga, aku baru tau. Ternyata, Kak Ajeng, dan Kak Haikal saling mencintai dulunya. Aku sudah menerima kenyataan, bahwa Kakakku pergi. Aku sudah ikhlas, karena mungkin ini takdir. Meskipun aku sangat menyayangi Kakakku. Tapi jika Allah, saja sudah merindukan dia. Aku bisa apa?selain ikhlas dan menerima. Dia adalah perempuan yang selalu menyayangiku setelah ibu meninggal. Dia adalah Kakakku yang selalu memanjakanku, menghiburku kala aku merindukan Ibu. Dan sekarang, dia juga pergi menyusul Ibu. Awalnya, aku pikir. Aku tidak akan bisa menerima kenyataan pahit ini. Tidak bi

  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 75. Kebahagiaan

    "Uuh ... nyamannya, nggak kerasa gue udah pergi 3 minggu dari rumah ....Padahal cuma 3 minggu, tapi rasanya kaya 3 tahun.Soalnya , banyak banget pengalaman yang udah gue lalui di sana," gumam Raizel, sambil terlentang.Tiba-tiba ....Tok! Tok! Tok!Suara pintu diketuk, tentu Raizel bangun untuk membukanya,"Den ...." Ternyata itu adalah Isum.Ia berdiri dihadapan Raizel dengan keadaan yang sudah berlinangan air mata.Raizel yang melihat Isum berdiri di depan pintu kamarnya seperti itu pun tersenyum, Raizel senang bisa melihat Isum lagi."Bi?"Mareka melepas rindu, Raizel memeluk Isum dan Isum terisak di pelukan Raizel. Isum bahagia, karena Raizel sudah kembali."Den, Bibi ... kangen."****Setelah Isum pergi, ia berjalan ke arah cermin. Raizel memandangi pantulan wajahnya.Kemudian menghembuskan nafas panjang."Huuufh ... sungguh keajaiban gue bisa hidup lagi, kalo gue nggak bisa

  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 74. Sampai Jumpa

    Haikal menatap Raizel, yang berbicara tanpa menoleh kepadanya. Ia terkejut, setelah Raizel mengatakan bahwa ia tahu semua alasan mengapa ia melakukan itu."Maksud kamu?" tanya Haikal, tidak sabar mendengar jawaban dari Raizel."Iya ... harusnya, kalo lo beneran cinta sama dia ... lo ngelindungi dia, bukan malah ...." Raizel menggantungkan kata-katanya, membuat Haikal tidak tenang."Bukan malah lo nurutin keinginan Ayah sama Paman elo, yang sebenernya lo tau itu salah," lanjut Raizel masih fokus ke depan, tidak melihat ke arah Haikal yang sedari tadi. Memantapkan padangan padanya.Deg!Jantung Haikal sejenak berhenti berdetak, ternyata tebakannya benar. Raizel sudah tahu, jika dia yang telah membunuh pacarnya sendiri. Haikal menunduk, ia malu, sedih, dan menyesal.Melihat Haikal tertunduk, Raizel melirik dan kemudian menoleh padanya."Ini buat pengalaman, suatu saat nanti ... kalo lo punya seseorang di hati

  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 73. Gue Tau

    🌸🌸Pov. Raizel.Ketika tubuh ini merasa lelah ...Ketika gue akan ikhlas untuk pergi, meninggalkan semuanya ....Di saat itu ....Gue pikir itu yang terbaik ....Tetapi, ternyata gue salah.Hati gue ternyata belum siap.Meninggalkan semua orang yang gue sayangi.Meninggalkan seseorang yang gue cintai.Gue bersyukur.Karena Tuhan ngasih gue satu kesempatan lagi.Ketika mata gue bisa lihat dunia lagi.Perasaan bahagia, nggak bisa gue pungkiri.Terimakasih Tuhan ....Terima kasih ....Pov selesai🌸🌸🌸🌸Mata yang terpejam.Kini kembali perlahan mengerjap lagi.Perlahan, Raizel kembali membuka matanya.Raizel terbaring, di atas rumput hijau.Beberapa tetes air mata, menetes jatuh tepat di atas pipinya.Itu adalah air mata Diva.Ia tersenyum, karena Tuhan telah memberikan satu kesempatan lagi.Saat mata Raizel

  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 72. Raizel

    Pagi yang sejuk, mentari masih belum juga menunjukan cahayanya yang sempurna.Hanya sedikit cahaya pagi yang membuat dunia tidak terlalu gelap saat ini.Musuh telah kalah.Tujuan telah tercapai.Misi hampir selesai.Diva, Caca, Cindy, Hasna, Winda, Egy, Vano, Haikal, Andri, dan Reza juga Gunawan.Masih setia menunggu sang 'Indigo' membuka matanya.Gunawan berjalan pelan, ke arah Raizel yang masih terbaring.Mata Gunawan menatap fokus, pada tubuh remaja yang masih memakai baju pengantinGunawan sudah tau semua yang telah terjadi, termasuk tentang Raizel yang dipaksa menikah.Setelah ia sudah berdiri tepat di samping Raizel, Gunawan berlutut. Mengusap lembut pipi Raizel lalu memeluknya.Memejamkan mata, Gunawan membelai sayang kepala Raizeldan berkata."Terimakasih Raizel, udah cukup kamu tidurnya ....Ayo bangun, kita semua khawatir khawatir sama kamu."Semua pasang mata di

  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 71. Terungkap

    Tap ... Tap ... Tap ...Suara derap langkah kaki, mendekati tubuh Raizel dan Diva yang sudah tak sadarkan diri.Laki- laki itu menyeringai puas, melihat momen yang menurutnya sangat enak untuk ditonton."Hahahaha ...!" Daweh berkacak pinggang dan tertawa puas.Padahal sebentar lagi, gudang akan runtuh karena api sudah kembali membesar dan merambat ke atas atap.Tapi dia seolah tidak memerdulikannya."Ini karena kamu sudah menghancurkan segalanya ....Lebih baik, kalian mati bersama."Daweh mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya, yang memegang benda pusaka sebuah keris berwarna hitam, ukurannya juga lebih besar dari keris perak yang dipegang Raizel sebelumnya.Siap untuk menghunuskan ujung keris yang lancip pada Raizel dan Diva. Namun, saat Daweh meluncurkan ujung keris itu.Tiba-tiba saja, kilatan putih langsung menyambar tubuhnya.Braaakk!!Tubuh Daweh terpent

  • Misi Misteri Sang Indigo   Bagian 70. Maaf

    Di sebuah tempat, tapi tidak jauh dari lokasi rumah Daweh.Tampak dua orang sudah menyusun segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mereka.Telah disiapkan beberapa lilin siap untuk dinyalakan, yang berjejer membentuk sebuah bintang, juga ada bunga 7 rupa, kelapa muda yang sudah dibuka, jangan lupakan 2 buah foto seseorang, ditangan Hendrik."Kang ... semuanya sudah siap," kata Hendrik, selesai menyusun semuanya."Iya ... tapi anehnya, kenapa batu mawar kencana ini belum nyala juga, ya? Harusnya, 4 orang tumbal udah cukup buat batu ini menyala" 4 tumbal yang dimaksud adalah, Haikal, Hasna, Raizel dan Diva.Daweh memandangi batu akik kecil, berwarna merah mengkilat.Di dalam batu itu, terukir sebuah bentuk bunga yang persis seperti bunga mawar."Kita harusnya tinggal, menambahkan sisanya, kan? Kang? 3 orang lagi untuk menutup mantranya?" tanya Hendrik, melihat kearah Daweh yang masih menunggu batu merah

DMCA.com Protection Status