Semua Bab Misi Misteri Sang Indigo: Bab 41 - Bab 50

78 Bab

Bagian 41. Hp Winda

 Pada keesokan harinya.Tampak di teras rumah, seorang cowok yang sedang duduk menyender pada sofa, kedua kakinya ia angkat dan tompangkan pada atas meja kecil yang ada di depannya. Di kelilingi oleh 8 cowok sebaya. Tentu saja, cowok itu adalah Haikal dan teman-temannya.Sedang duduk di atas sofa bersama Haikal, ada juga yang duduk di teras sembari menelpon ada juga yang sedang tiduran sembari kupingnya ia tutup dengan Handset."Jadi ... gimana kalau dia nggak dateng nanti?" tanya salah satu teman Haikal yang duduk di seberangnya. "Kalau sampai dia nggak dateng, kita harus cari cara supaya dia dateng" jawab Haikal dengan tangan kanannya yang menyangga kepala."Tapi gimana caranya?" sahut salah satu teman Haikal yang lain.Haikal hanya diam, dia juga bingung. Bagaimana jika nanti Raizel tidak datang, dan bagaimama membuatnya agar tetap mau Raizel datang.Sedangkan di dalam kamar.Tampak Raizel yan
Baca selengkapnya

Bagian 42. Kemarahan Ajeng

 Setelah puas Haikal melihat dan menyelidik semua isi handphone milik Winda, ia merasa senang sekali.Haikal sangat percaya.Rencananya kali ini membuat Raizel datang menemuinya malam nanti, pasti akan berjalan lancar.Setelah para teman-temannya pergi, Haikal berjalan masuk ke dalam rumah bersama senyum yang mengembang di bibirnya."Hahaha ... tunggu balas dendamku, akan kuperlakukan kamu dengan halus" gumamnya.Haikal membuka pintu kamar berniat untuk mandi dan bersiap menjalankan rencana yang sudah ia susun bersama teman-temannya.Sebelum masuk ke dalam kamar mandi, ia meletakan ponsel milik Winda di atas kasur tempat tidurnya dan meninggalkannya begitu saja.Hingga sampai pada akhirnya, seorang perempuan seumuran dengan Winda membuka pintu, dan masuk ke dalam kamar itu."Kakak? Temenin aku, yuk ...," ujarnya, ia melihat sekeliling kamar dan tidak ada Haikal di sana. Hanya ada suara seseorang mandi di kamar mandi,
Baca selengkapnya

Bagian 43. Caca Sakit

 Tidak ada ampun untuknya yang telah membuat Ajeng Sari sangat menderita kesakitan. Tidak ada ampun untuk mereka yang sudah menghancurkan kehidupannya.Bahkan setelah dia mati, efek dari perbuatan mereka masih membuat penderitaan ini terus melekat padanya.Manusia serakah dan laknat seperti mereka harusnya tidak ada di dunia ini."Diaam!" pekik Daweh mengibaskan tangannya, ia tidak kuat terus mendengar jeritan dari sosok Ajeng Sari yang marah.Kibasanya tangan Daweh memberikan cahaya ungu, seperti angin kuat menghantam sosok Ajeng Sari yang berdiri beberapa meter dari tempat dia berdiri.Memang itu membuat sosok hantu perempuan marah itu diam, setelah menerima serangan Daweh.Daweh menatapnya sengit, ia mengira bahwa serangannya berhasil melumpuhkan sosok ajeng Sari.Namun, salah. Ajeng Sari membalas mengibaskan tangannya seketika cahaya hitam yang keluar darinya mengenai Daweh dan Hendrik telak.Merek
Baca selengkapnya

Bagian 44. Ancaman Untuk Reza

 "Hallo Reza" jawab Haikal tersenyum di ujung jaringan telfon itu.["Kak Haikal?"] Reza terkejut, karena yang berbicara dari balik telfon Winda adalah Haikal.["Kak Haikal? Kok Hp Kak Winda ada di kakak?"] tanya Reza penasaran."Yah ... iya, tadi Kakak nggak sengaja nemu Hp di pasar ... dan ternyata ini hp Winda" jawab Haikal tersenyum sinis tanpa Reza bisa melihatnya."Kamu ke sini dong, ke tempat yang biasa dipake nongkrong" cicit Haikal.["Tapi, kenapa Kakak pengen aku ke situ?"]"Ya ... mau nitipin Hp Winda ke kamu" alasannya.["Ok kalau gitu, aku ke sana kak"]Karena Reza percaya, bahwa ia disuruh menemui Haikal hanya untuk dititipkan handphone milik Winda.Jadi dia mau menemuinya."Kita tunggu dia ke sini" ucap Haikal pada teman-temannya, lalu memasukan handpone Winda ke dalam saku celananya.Setelah 4 menit kemudian, terlihat Reza datang berjalan kaki menemui Haikal dan teman-temannya.
Baca selengkapnya

Bagian 45. Haikal Gila

 Setelah Haikal dan teman-temannya menunggu cukup lama, akhirnya siapa yang ditunggu telah datang."Mana Hpku!"ujar Winda menyodorkan satu tangannya, meminta Haikal untuk menyerahkan ponselnya."Tunggu, aku udah lihat semua isi hpmu, hlo" ujar Haikal tersenyum menjengkelkan pada Winda. Membuat Winda menjadi emosi, karena telah lancang melihat privasinya."Lancang sekali kamu!" bentak Winda."Ya salah siapa, punya privasi kok hpnya nggak dikunci" jawab Haikal terkekeh."Siniin hpku!" pinta Winda tegas."Oke aku kasih, tapi ... Reza, inget perjanjian kita, kan?" Haikal memiringkan kepalanya, lagi dan lagi ia tersenyum gila pada Reza dan Winda.Reza tidak menjawab, seperti tadi Ia merangkul satu tangannya  dengan tangan yang satunya.Dia menunduk, ragu untuk menjawab."Jangan bawa-bawa Reza, dia masih kecil!!" peringat Winda dengan nada tinggi.Winda tau, jika berurusan dengan Haikal, sud
Baca selengkapnya

Bagian 46. Jebakan Untuk Raizel

 Beberapa remaja laki-laki berjalan di belakang satu remaja perempuan yang sebaya dengan mereka semua.Ditambah satu anak cowok yang usianya 4 tahun lebih muda dari mereka.Mereka yang tidak lain adalah Andri dan teman-teman Haikal.Sedangkan Winda dan Reza berjalan di depan mereka.Mengikuti Haikal yang menjadi pemimpin jalan, menuju pada suatu tempat.Tempat yang di mana pepohonan tumbuh menjulang.Rumput tumbuh subur dan panjang.Banyak akar-akar tajam di sana.Tidak ada rumah tidak ada orang.Gelap, saaangaat gelap.Tidak ada penerangan selain senter dari ponsel.Beruntungnya, bulan pada saat itu membantu mereka memberikan tambahan cahaya.Sehingga berkatnya, tempat itu menjadi sedikit bisa terlihat oleh mata.Ya, tempat itu adalah Hutan.Lumayan cukup lama Winda dan Reza mengikuti Haikal.Dan hingga pada akhirnya, Haikal berhenti di depan salah satu pohon yang tinggi.Haik
Baca selengkapnya

Bagian 47. Pengecut

 Menyadari bahwa Raizel sudah pergi, Diva membuka matanya.Dan bergegas cepat keluar rumah untuk menyusul Raizel.Raizel sendiri juga berjalan cepat seraya tangannya mengotak atik ponselnya dan menelpon nomor Winda.Untuk menanyakan lokasi hutan mana tempat mereka di sandra oleh Haikal."Ternyata dia kepancing juga" celetuk Haikal, memandangi layar ponsel Winda yang berdering di tangannya, karena menerima panggilan telepon dari nomor Raizel.Tanpa perlu berlama-lama.Haikal menekan tombol terima dan menempelkan benda pipih itu pada telingannya."Hallo" jawab Haikal santai.["Haikal! Lo di mana! Hutan mana!"] pekik Raizel dari dalam telpon, terdengar sangat emosi.Karena kesal, Raizel tidak memakai kata Aku dan kamu pada Haikal, ia justru menggunakan kata sapaannya setiap hari bersama teman-temannya."Hahaha ... kamu keluar desa aja dulu, nanti temen aku jemput kamu" ucap Haikal, tertawa konyol.Lalu,
Baca selengkapnya

Bagian 48. Jangan Sentuh Dia

  "Haikal ... lo pengecut banget, ya.Ngancem gue buat dateng ke sini, dengan cara murahan kaya gini!" Hina Raizel sersenyum sinis. "Yayaya ... bukannya kamu yang pengecut, kalo nggak aku ancem pake cara ini, bukannya kamu nggak akan dateng, hah?" balas Haikal. "Apa lagi dateng ke sini ditemenin cewek ... ya ampun, b4nci banget!" lanjutnya membuat Raizel sangat ingin menghajarnya. Haikal bagi Raizel itu seperti perempuan, dia tidak langsung menyerang malah mengoceh tak karuan seperti hanya ingin adu mulut. "Udah ah! Gue mau pulang, ribet juga ngurusin orang yang bisanya cuma banyak omong" celetuk Raizel berbalik menghadap Reza, Diva dan Winda.Alias membelakangi Haikal. Raizel melakukan itu karena ingin memancing Haikal supaya marah, dan menyudahi ocehannya yang sama sekali tidak penting. Dan benar saja, Haikal terpancing oleh Raizel.Dia merasa Raizel telah sangat merendahkannya. "Jang
Baca selengkapnya

Bagian 49. Raizel

  Diva, Winda, dan Reza berlari tanpa melihat ke mana arah yang mereka tuju. Karena bulan pada saat itu bercahaya terang, membuat kemanapun mereka berlari dapat dilihat oleh teman-teman Haikal. "Wooi! Berhenti!" Teriakan dari teman-teman Haikal tak mengurungkan niat meraka untuk terus melarikan diri. Mereka tidak ingin, usaha Raizel menyelamatkan mereka menjadi sia-sia. 'Rai ... lo harus janji sama gue, lo juga harus selamat' gumam Diva di dalam hatinya. Dia tidak menyerah untuk bisa kabur dan bisa selamat demi usaha Raizel. Hingga pada saat mereka bertiga menemui jalan buntu. Mereka kini berdiri di ujung jurang yang di bawah jurang itu adalah sebuah rawa yang dalamnya sekitar 6 meter. "Hahahaha ... mau lari ke mana kalian?" Haikal dan teman-temannya berhasil menyudutkan Diva, Reza dan Winda. Sedangkam Raizel masih berusaha membuat matanya bisa melihat kembali, saat dia mengucek matanya samar-samar
Baca selengkapnya

Bagian 50. Maafin Kita

 Seorang pria sebaya dengan Raizel, menyeburkan diri ke dalam rawa demi menyelamatkannya.Dia berusaha menyelam, memaksakan matanya bisa melihat di dalam air rawa yang gelap dan dingin, untuk bisa melihat di mana posisi Raizel.Di dalam air ia melihat gelembung yang naik megapung kepermukaan melewati wajahnya.Gelembung yang sama seperti  ia keluarkan dari mulutnya.Saat itu juga, dia langsung menemukan dan melihat posisi Raizel yang perlahan mulai tenggelam kedalam dasar rawa.Dengan cepat ia menyelam dan berhasil menemukan Raizel.Dia merangkul tubuh Raizel yang sudah tidak sadarkan diri, dan membawanya ke atas ke permukaan air lalu berenang kembali ke tepi rawa.Dia adalah Andri.Andri membaringkan tubuh Raizel di rerumputan yang ia kira tidak berduri, setelah itu ia menekan keras hati-hati bagian perut dan dada Raizel.Karenanya, Raizel berhasil memuntahkan air rawa dari dalam tubuhnya.Meskipun be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status