Home / Thriller / Misi Misteri Sang Indigo / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Misi Misteri Sang Indigo: Chapter 61 - Chapter 70

78 Chapters

Bagian 61. Tak Akan Kubiarkan

 "Sekarang, kamu boleh pergi." Setelah Daweh mengatakan itu, siluman B*bi itu menghilang. Beberapa saat lalu, dia berhasil membawa Raizel kembali ke rumah Hendrik.Raizel yang kini terbaring di atas kasur, tidak sadarkan diri. Dianggap boneka oleh Hendrik dan Daweh."Kita nggak bisa terus- terusan kaya gini, kita harus jelas" ucap Hendrik yang duduk di sofa."Hari ini, aku harus cepat mengurus pernikahanya dengan Hasna, kita nggak bisa terus- terusan nyembunyiin dia, apa lagi aku yakin. Mereka nggak akan kapok, pasti mereka bakal balik lagi ke sini." Hendrik sudah bulat, dia tidak akan berlama- lama lagi.Urusan Hasna dan Raizel yang akan menikah, dipercepat besok pagi.Sembari menunggu waktu waktu tepat untuk balas dendam, mereka sudah memutuskan untuk menikahkan Raizel dan Hasna terlebih dahulu."Iya, kamu bener, kalo kita terlalu menganggap santai mereka, akan jadi masalah.Apalagi, ana
Read more

Bagian 62. Ayah Kenapa?

 Tidak jauh dari rumah Haikal, mobil putih terparkir di dekat pohon besar, di dekat jalan.Mobil itu adalah mobil Ayah Egy, yang dibawa oleh Egy dan teman-temannya.Seperti arahan Andri tadi malam, jam 8 pagi mereka sudah stand by untuk mengawasi rumah Haikal.Mereka bersiap- siap, jika nanti mobil milik Hendrik keluar.Egy dan yang lain, akan segera mengikutinya.Mereka berencana untuk menggagalkan rencana Hendrik, yang akan menikahkan Raizel dengan putrinya, Hasna."Itu mereka!" ucap Diva, sembari menunjuk ke arah depan.Sontak, menarik perhatian Egy, Vano dan Caca, juga Cindy.Secara bersamaan, mereka memfokuskan padangan ke arah depan mobil.Setelah beberapa saat yang jenuh, dan bosan. Akhirnya apa yang ditunggu telah tiba, mobil milik Hendrik keluar dari rumah.Tanpa berlama- lama, Egy langsung menginjak pedal gas, dan mengikuti mobil hitam yang berjarak 20 meter dari mobilnya.Dengan lihai
Read more

Bagian 63. Tidak Sah

 "Romie? Kamu udah siap, kan?" tanya Hendrik di balik pintu, yang masih tertutup.Tidak lama setelah itu, knop pintu bergerak tanda akan dibuka oleh seseorang dari dalam kamar."Kamu udah siap?" tanya Hendrik lagi, meninjau Raizel."Udah, Yah." "Ya udah ... cepet ke depan, penghulunya udah dateng" pesan Hendrik. Setelah mengatakan itu, ia melenggang pergi. Dengan cepat Raizel menutup pintu lagi, dan berbalik badan."Udah ... dia udah pergi, lo boleh keluar sekarang" ucap Raizel.Mendengar itu, Diva keluar dari samping lemari baju dan berjalan ke arah Raizel."Makasih ... lo udah mau nolongin gue" ucap Diva, tersenyum.Raizel hanya diam, dia masih berfikir. Apa yang sudah dilakukannya barusan, mengapa ia tiba- tiba secara reflek menolong Diva."Oke ... gue pergi dulu, ya" pamit Diva, hati Diva perih meninggalkan Raizel begitu saja. Namun, harus itu tetap dilakukan."Hem" j
Read more

Bagian 64. Ingatan Yang Kembali

 "Apa- apaan ini!" pekik Hendrik berdiri."Pernikahan ini nggak sah! Karena pakai identitas palsu!" ungkap Egy, dengan nafasnya yang masih terengah- engah, dia berusaha mengondisikan itu, demi untuk menjelaskan kepada semua orang di sana.Semua pasang mata, menatap ke arah Egy, Vano, Diva, Caca, dan Cindy. Tampak mereka saling berbisik, dan bergumam.Suara gedung penuh gemuruh bisikan.Membuat Hendrik resah kalau pernikahan ini gagal, rencananya juga pasti gagal.Hendrik melirik ke arah Raizel, dan Raizel juga melihat ke arah Hendrik. Dia juga tidak mengerti, maksud dari identitas palsu, karena selama ini Raizel sudah percaya pada setiap kata yang keluar dari mulut Hendrik."Sekali lagi, saya ungkapkan.Pernikahan ini tidak sah!" Egy meluruskan pandangan pada Raizel yang masih menggunakan baju pengantin."Dan dia!" Tunjuk Egy berjalan ke arah Raizel. "Nama dia itu bukan Romie Germansyah, nama dia adalah Raize
Read more

Bagian 65. Terimakasih Hasna

 Tampak seorang gadis, sedang berdiri mematung di depan pintu ruangan, yang di mana di dalam ruangan itu Raizel dikunci oleh Ayah dan Pamannya.Hasna berdiam, wajahnya sedih, matanya menatap lurus pada pintu yang tertutup di hadapannya.Dia mendengar teriakan dan tangisan Raizel.Yang terus saja memohon untuk dibukakan pintu.Meskipun, dirinya tidak jadi menikah dengan Raizel.Rasa cinta yang ada di dalam hatinya masih utuh.Hasna ingin menolong, tapi Ayahnya sudah mewanti- wanti jangan sampai Hasna mendekati pintu tersebut.Lantaran penasaran, kenapa Ayahnya melarang dia mendekati pintu gudang. Setelah Ayah dan Pamannya pergi.Dia langsung berjalan dan berhenti tepat di belakang pintu yang dimaksud oleh Ayahnya, Hendrik.Apa lagi sampai berani membuka pintunya, Hasna tidak bisa membayangkan semarah apa Ayahnya nanti.Nah dari situlah, Hasna tau.Kenapa Ayahnya melarang dia untuk ti
Read more

Bagian 66. Sial!

 Hasna memberanikan diri berlari ke arah Ayah dan Pamannya.Tampak mereka sudah mengerutkan kening, menekuk alis. Terlihat sangat marah.Hingga sampai mereka berhenti saling mendekat, menyisihkan jarak 2 meter di antaranya."Habis dari mana kamu?!" tanya Hendrik, tatapannya membunuh.Hasna tidak menjawab, ia hanya diam. Masih memandangi wajah Ayah dan Pamannya."Ternyata kamu punya nyali juga Hasna! Ayah udah bilang jangan kamu dekati ruangan itu! Tapi ternyata, kamu lebih memilih dia dari pada Ayah!" ucap Hendrik."Daripada Ayah! Lebih memilih ego, dan dendam! Ayah nggak sekalipun mikirin perasaan aku!" pekik Hasna lantang."Apa maksud kamu!?" Hardik Ayahnya."Iya, kalo aku tau! Setelah aku nikah, terus Ayah bakal ngebunuh Mama, Kakek, sama Nenek, kan?! Ayah pikir aku nggak tahu!?" "Hemb ... ternyata kamu diam-diam suka nguping, ya! Hehe" balas Hendrik, bibirnya terangkat dan tersenyum sebel
Read more

Bagian 67. Gue Janji

 Tempat yang gelap, penuh dengan pepohonan yang menjulang tinggi.Raizel belari tanpa memperdulikan arah.Yang ada dipikirannya saat ini, harus melarikan diri dari Kuntilanak Narsih dan si setan glinding pringis/ alias hantu kepala buntung atau hantu tanpa kepala.Merasa dirinya sudah berlari jauh dari tempat tadi, Raizel pun berhenti."Hah ... Hah ...." Dengan nafas yang sesak, keringat bercucuran memenuhi poninya yang panjang.Raizel mengedarkan pandangan di sekelilingnya."Van? Gy ...? Kalian di mana?" Barulah sadar, jika ia berlari berpisah dengan teman-temannya. Raizel menjadi panik, karena ia sendirian, di tempat gelap dan mencengkram itu."Sial ... kenapa kita malah jadi berpencar gini!" ucap Raizel kesal, dia merosotkan tubuhnya pada salah satu pohon dan duduk bersender di sana.Ia masih mengondisikan nafasnya yang masih terasa sesak. Tenggorokannya sangat kering, rasa haus begitu
Read more

Bagian 68. Iya Ini Ega

 "Kang ... kenapa bisa, mantra Kakang segampag itu dipatahkan?" "Kakang juga tidak tau" jawab Daweh, menatap keharuan yang sedang dirasakan para pasangan remaja itu dari dalam rumah."Kita nggak ada waktu lagi, beberapa jam lagi. Waktu yang tepat buat kita ngadain ritual" ucap Daweh, mengingatkan."Kalau begitu, ayo ... kita buat mereka jadi tumbal kali ini."Setelah mengatakan itu, Daweh dan Hendrik pergi. Melancarkan rencana yang nantinya akan dilancarkan pada keenam remaja itu—Raizel dan teman- temannya."Ok. Sekarang?" tanya Egy pada teman- temannya, setelah selesai meminta maaf pada Caca.Lantaran barusan, dia menggigit tangan Caca."Kita kembali ke misi awal, kita harus cari bukti dan jejak- jejak tentang Ega di sini" jawab Raizel."Tapi, lo yakin ... kita bakal nemuin apa yang kita cari di sini?" tanya Vano, kurang yakin."Gue yakin Van," jawab
Read more

Bagian 69. Pengorbanan

 Malam itu ribuan air hujan masih menyerbu Bumi, baju pengantin yang Raizel kenakan juga menjadi basah.Melihat Hasna dan Haikal terikat seperti sandra, tentu saja Raizel tidak bisa berfikir jernih.Bagaimana bisa, kedua anak itu malah diikat di dalam gudang yang akan terbakar?Tempat itu layaknya rumah, karena kalau untuk gudang terlalu meragukan, lantaran ukurannya yang terlalu besar.Di sana juga banyak kursi kayu, dan ada juga lemari kaca. Penuh dengan gelas-gelas hias di dalamnya. Banyak pot bunga, dan ada lampunya yang masih menyala.Meskipun begitu, itu memang dijadikan gudang oleh sang pemilik.Bersama banyak pertanyaan yang timbul di pikirannya, ia berlari masuk ke dalam gudang itu untuk melepaskan tali yang mengikat Hasna dan Haikal."Kalian kenapa bisa keiket kaya gini?" tanya Raizel sembari melepaskan ikatan di tangan Haikal.Setelelah ikatan itu selesai, Haikal mencopot lakban hitam yang menempe
Read more

Bagian 70. Maaf

 Di sebuah tempat, tapi tidak jauh dari lokasi rumah Daweh.Tampak dua orang sudah menyusun segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mereka.Telah disiapkan beberapa lilin siap untuk dinyalakan, yang berjejer membentuk sebuah bintang, juga ada bunga 7 rupa, kelapa muda yang sudah dibuka, jangan lupakan 2 buah foto seseorang, ditangan Hendrik."Kang ... semuanya sudah siap," kata Hendrik, selesai menyusun semuanya."Iya ... tapi anehnya, kenapa batu mawar kencana ini belum nyala juga, ya? Harusnya, 4 orang tumbal udah cukup buat batu ini menyala" 4 tumbal yang dimaksud adalah, Haikal, Hasna, Raizel dan Diva.Daweh memandangi batu akik kecil, berwarna merah mengkilat.Di dalam batu itu, terukir sebuah bentuk bunga yang persis seperti bunga mawar."Kita harusnya tinggal, menambahkan sisanya, kan? Kang? 3 orang lagi untuk menutup mantranya?" tanya Hendrik, melihat kearah Daweh yang masih menunggu batu merah
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status