Menyadari bahwa Raizel sudah pergi, Diva membuka matanya.
Dan bergegas cepat keluar rumah untuk menyusul Raizel.Raizel sendiri juga berjalan cepat seraya tangannya mengotak atik ponselnya dan menelpon nomor Winda.
Untuk menanyakan lokasi hutan mana tempat mereka di sandra oleh Haikal."Ternyata dia kepancing juga" celetuk Haikal, memandangi layar ponsel Winda yang berdering di tangannya, karena menerima panggilan telepon dari nomor Raizel.
Tanpa perlu berlama-lama.
Haikal menekan tombol terima dan menempelkan benda pipih itu pada telingannya."Hallo" jawab Haikal santai.
["Haikal! Lo di mana! Hutan mana!"] pekik Raizel dari dalam telpon, terdengar sangat emosi.
Karena kesal, Raizel tidak memakai kata Aku dan kamu pada Haikal, ia justru menggunakan kata sapaannya setiap hari bersama teman-temannya.
"Hahaha ... kamu keluar desa aja dulu, nanti temen aku jemput kamu" ucap Haikal, tertawa konyol.
Lalu,
"Haikal ... lo pengecut banget, ya.Ngancem gue buat dateng ke sini, dengan cara murahan kaya gini!" Hina Raizel sersenyum sinis. "Yayaya ... bukannya kamu yang pengecut, kalo nggak aku ancem pake cara ini, bukannya kamu nggak akan dateng, hah?" balas Haikal. "Apa lagi dateng ke sini ditemenin cewek ... ya ampun, b4nci banget!" lanjutnya membuat Raizel sangat ingin menghajarnya. Haikal bagi Raizel itu seperti perempuan, dia tidak langsung menyerang malah mengoceh tak karuan seperti hanya ingin adu mulut. "Udah ah! Gue mau pulang, ribet juga ngurusin orang yang bisanya cuma banyak omong" celetuk Raizel berbalik menghadap Reza, Diva dan Winda.Alias membelakangi Haikal. Raizel melakukan itu karena ingin memancing Haikal supaya marah, dan menyudahi ocehannya yang sama sekali tidak penting. Dan benar saja, Haikal terpancing oleh Raizel.Dia merasa Raizel telah sangat merendahkannya. "Jang
Diva, Winda, dan Reza berlari tanpa melihat ke mana arah yang mereka tuju. Karena bulan pada saat itu bercahaya terang, membuat kemanapun mereka berlari dapat dilihat oleh teman-teman Haikal. "Wooi! Berhenti!" Teriakan dari teman-teman Haikal tak mengurungkan niat meraka untuk terus melarikan diri. Mereka tidak ingin, usaha Raizel menyelamatkan mereka menjadi sia-sia. 'Rai ... lo harus janji sama gue, lo juga harus selamat' gumam Diva di dalam hatinya. Dia tidak menyerah untuk bisa kabur dan bisa selamat demi usaha Raizel. Hingga pada saat mereka bertiga menemui jalan buntu. Mereka kini berdiri di ujung jurang yang di bawah jurang itu adalah sebuah rawa yang dalamnya sekitar 6 meter. "Hahahaha ... mau lari ke mana kalian?" Haikal dan teman-temannya berhasil menyudutkan Diva, Reza dan Winda. Sedangkam Raizel masih berusaha membuat matanya bisa melihat kembali, saat dia mengucek matanya samar-samar
Seorang pria sebaya dengan Raizel, menyeburkan diri ke dalam rawa demi menyelamatkannya.Dia berusaha menyelam, memaksakan matanya bisa melihat di dalam air rawa yang gelap dan dingin, untuk bisa melihat di mana posisi Raizel.Di dalam air ia melihat gelembung yang naik megapung kepermukaan melewati wajahnya.Gelembung yang sama seperti ia keluarkan dari mulutnya.Saat itu juga, dia langsung menemukan dan melihat posisi Raizel yang perlahan mulai tenggelam kedalam dasar rawa.Dengan cepat ia menyelam dan berhasil menemukan Raizel.Dia merangkul tubuh Raizel yang sudah tidak sadarkan diri, dan membawanya ke atas ke permukaan air lalu berenang kembali ke tepi rawa.Dia adalah Andri.Andri membaringkan tubuh Raizel di rerumputan yang ia kira tidak berduri, setelah itu ia menekan keras hati-hati bagian perut dan dada Raizel.Karenanya, Raizel berhasil memuntahkan air rawa dari dalam tubuhnya.Meskipun be
Diva melirik jam yang tertera di layar gawainya.Di sana memberitahunya, bahwa saat ini adalah jam 04.16 subuh.Belum terlalu banyak orang yang keluar, hanya ada beberapa pintu yang terbuka memperlihatkan lampu rumah mereka yang masih menyala.Dan juga terlihat beberapa orang dari rumah itu akan bersiap melaksanakan sholat subuh berjamaah Di Masjid.Langkah berat kaki Diva membuatnya teringat seseorang.Tangan Diva yang dingin, ia hangatkan dengan memeluk tubuhnya sendiri.Pria yang selalu ada di sampingnya, selalu membuat dia nyaman dan selalu membuat hatinya menggebu-gebu jika sedang mengingatnya.Kini tidak ada.Dia berjalan sendiri, menyusuri suasana subuh yang dingin.Diva tidak tahu, keadaan Raizel saat ini. Ia hanya berharap, bahwa Tuhan yang maha esa memberikan pertolangan padanya.Menolong dia dari segala kesulitannya, Diva berharap. Raizel bisa kembali menyusulnya pulang ke rumah Gunawan, ayah Eg
Haikal pulang dalam kedaan marah, sirik dan kesal.Pasalnya Winda sangat mengkhawatirkan Raizel."Cih! Apa istimewanya dia ... sampe ada yang khawatir, takut dia kenapa-napa, cuma modal tampang doang aja banyak yang suka," gerutunya di dalam kamar, merasa iri.Sebenarnya, Haikal sangat menyukai Winda. Ia sudah pernah mengutarakan perasaanya, beberapa tahun lalu. Namun, ditolak oleh Winda dengan alasan, dia tidak suka cowok jahat.Alasan Winda membuat Haikal tertawa geli.Menurut Haikal.Orang jahat di dunia ini banyak, berjenis-jenis, hanya saja mereka pintar menyembunyikannya dengan kemampuan mimikri seperti Bunglon.Berbeda dengan dirinya, dia tidak suka menyembunyikan apa yang disukai atau yang tidak disukainya.Karena itu, dia menjadi blak-blakan dalam melakukan apapun.Haikal merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya, karena merasa lelah, dia pun akhirnya tertidur.Pada pagi harinya,
Tibalah di hutan.Haikal dan teman-temannya benar- benar kembali ke tempat itu untuk mencari Raizel, tapi bedanya mereka langsung ke rawa tempat Raizel jatuh."Tadi Malam ... dia jatuh di sini, kan?" tanya Haikal pada teman -temannya, meluruskan pandangan matanya pada rawa yang lebar."Iya ... aku juga yakin, dia jatuh ke dalam rawa ini" sahut salah satu teman Haikal.Kini mereka sudah berada di lokasi, yang di mana itu benar-benar rawa tempat Raizel jatuh dari atas jurang."Harusnya, ngambang," gumam Haikal, yang terdengar oleh teman-temannya.Haikal berfikir, jika Raizel masih ada di dalam kolam pasti dia sudah mati tenggelam. Dan tubuhnya pasti sudah mengambang, tapi saat ini mereka tidak melihat ada tubuh manusia yang mengambang di dalam Rawa.Tiba-tiba, salah satu dari mereka menemukan gelang Andri yang tadi malam jatuh tanpa sepengetahuannya."Kal ... ini bukannya gelang punya Andri?" kata salah satu teman Hai
Dalam kesendirian, Diva kembali menangis. Hatinya ingin beristirahat dari akting yang menyakitkan.Tanpa sadar, Diva berjalan ke arah kasur dan meraih ponselnya yang tergeletak di atas bantal.Tangannya secara otomatis diluar kendalinya, menekan tombol on of lalu mencari kontak bernama 'Railove'.Setelah itu, ia menekan tombol panggil. Dengan air mata yang berlinang, memberikan guratan bekas air mata mengalir di pipinya.Ia spontan, menempelkan benda pipih itu di samping telinganya.'Maaf nomor yang anda tuju tidak bisa dihubungi, cobalah beberapa saat lagi.'Jawaban dari operator, membuatnya tersadar akan kelakuan bodohnya.Ponsel Raizel jelas sudah mati, terendam di dalam air bersama Raizel.Mana mungkin, panggilan telpon bisa nyambung ke dalam Handphonenya."Huhuhu ... Hikss ... gue kangen sama lo Rai" kata Diva pelan.Ia takut, tangisanya akan terdengar oleh teman-temannya di luar kamar."
Pada pagi hari, sekitar jam sembilan.Di atas brankar, Raizel masih terus saja menutup matanya.Sudah satu hari dia dirawat, tapi belum saja sadar.Padahal beberapa jam yang lalu, Dokter Bram mengatakan sebentar lagi dia bisa sadar. Namun, hingga kini, matanya belum juga terbuka.Ketika Andri meratapi Raizel yang terbaring, tiba-tiba saja pintu ruangan tersebut berbunyi tanda ada seseorang memasuki ruangan."Haikal ...?" gumam Andri pelan.Haikal datang sendirian, ia masuk ke dalam ruangan rawat Raizel yang di mana di situ hanya ada Andri yang sedang menjaganya.Ya, Haikal datang, setelah Andri mengirimi alamat ruangan Raizel padanya.Dengan terpaksa."Hemb ... jadi gimana keadaanya?" tanya Haikal pada Andri, yang kini sudah berdiri di sampingnya memandangi wajah Raizel."Dia ... dia amnesia" jawab Andri, tanpa menoleh ke arah Haikal.Matanya memandang lurus pada Raizel, yang masih terbaring.
2 jam lagi, acara pernikahan gue sama Cindy dimulai. Gue cuma berharap, semoga acara dan segala urusan hari ini berjalan lancar. Gue emang udah niat lama, pengen cepet-cepet nikah sama Cindy. Karena, gue nggak mau sampai harus jauh dari dia. Awal mula gue suka dia, karena dia minta ditemenin beli baju.Waktu itu, gue belum punya perasaan apa-apa sama dia.Alias masih biasa aja, dan masih nganggep Cindy itu cuma sebatas sahabat nggak lebih. Saat perjalanan pulang, gue mau anterin dia pulang. Karena udah terlalu sore, dan masa iya gue ngebiarin sahabat cewek gue pulang sendiri. Jadi, gue nawarin diri buat anter dia pulang. Namun, malah dia nggak mau gue anter. Alasannya, katanya itu nggak adil. "Gue nggak mau lo anter pulang.Itu nggak adil, masa iya gue pulang bareng elo ....Dan habis itu, lo pulang sendiri ....Mending kita pulang sendiri-sendiri aja." Dia ngomong kaya gitu, gu
Pada saat itu, gue dan Raizel, juga Vano baru aja masuk SMA.Kita masih umur 16 tahun.Kita membuat geng yang cuma 6 orang, gue, Raizel, Vano, Cindy, Caca dan Diva.Awalnya kita ngebuat geng atau persahabatan ini, karena kita sudah merasa cocok aja.Cocok dalam berbagai hal.Hingga sampai gue punya perasaan ke salah satu sahabat gue sendiri, gue bisa suka dia.Karena ... dia itu ....Susah juga gue jelasinnya.Intinya gue suka aja.Gue beraniin diri buat nembak dia jadi pacar gue, dan akhirnya gue diterima. Jadilah persahabatan kita, menjadi sebuah ikatan pacar.Tetapi meskipun begitu, kebersamaan kita masih tetap terjaga. Karena bagi kita semua, pacar bukan alasan buat ninggalin tali persahabatan, dan kenyamanan pertemanan.Banyak masalah, pengalaman dan hal yang udah gue alami selama ini. Sampe, gue harus mati-matian. Nyari tau penyebab, kenapa Ega bisa meninggal.Ega, A
Pov. Reza. Setelah acara 7 hari Ega dan Kak Ajeng. Aku masih tidak tau, siapa yang sudah membunuh Kakakku. Meskipun nanti aku tau, aku cuma ingin menanyakan alasan apa, sampai dia membunuh Kakakku?Hanya ingin bertanya saja. Jikapun dia menjawab, dan menjelaskan apa alasannya.In Sya Allah, aku bisa memaafkannya. Juga, aku baru tau. Ternyata, Kak Ajeng, dan Kak Haikal saling mencintai dulunya. Aku sudah menerima kenyataan, bahwa Kakakku pergi. Aku sudah ikhlas, karena mungkin ini takdir. Meskipun aku sangat menyayangi Kakakku. Tapi jika Allah, saja sudah merindukan dia. Aku bisa apa?selain ikhlas dan menerima. Dia adalah perempuan yang selalu menyayangiku setelah ibu meninggal. Dia adalah Kakakku yang selalu memanjakanku, menghiburku kala aku merindukan Ibu. Dan sekarang, dia juga pergi menyusul Ibu. Awalnya, aku pikir. Aku tidak akan bisa menerima kenyataan pahit ini. Tidak bi
"Uuh ... nyamannya, nggak kerasa gue udah pergi 3 minggu dari rumah ....Padahal cuma 3 minggu, tapi rasanya kaya 3 tahun.Soalnya , banyak banget pengalaman yang udah gue lalui di sana," gumam Raizel, sambil terlentang.Tiba-tiba ....Tok! Tok! Tok!Suara pintu diketuk, tentu Raizel bangun untuk membukanya,"Den ...." Ternyata itu adalah Isum.Ia berdiri dihadapan Raizel dengan keadaan yang sudah berlinangan air mata.Raizel yang melihat Isum berdiri di depan pintu kamarnya seperti itu pun tersenyum, Raizel senang bisa melihat Isum lagi."Bi?"Mareka melepas rindu, Raizel memeluk Isum dan Isum terisak di pelukan Raizel. Isum bahagia, karena Raizel sudah kembali."Den, Bibi ... kangen."****Setelah Isum pergi, ia berjalan ke arah cermin. Raizel memandangi pantulan wajahnya.Kemudian menghembuskan nafas panjang."Huuufh ... sungguh keajaiban gue bisa hidup lagi, kalo gue nggak bisa
Haikal menatap Raizel, yang berbicara tanpa menoleh kepadanya. Ia terkejut, setelah Raizel mengatakan bahwa ia tahu semua alasan mengapa ia melakukan itu."Maksud kamu?" tanya Haikal, tidak sabar mendengar jawaban dari Raizel."Iya ... harusnya, kalo lo beneran cinta sama dia ... lo ngelindungi dia, bukan malah ...." Raizel menggantungkan kata-katanya, membuat Haikal tidak tenang."Bukan malah lo nurutin keinginan Ayah sama Paman elo, yang sebenernya lo tau itu salah," lanjut Raizel masih fokus ke depan, tidak melihat ke arah Haikal yang sedari tadi. Memantapkan padangan padanya.Deg!Jantung Haikal sejenak berhenti berdetak, ternyata tebakannya benar. Raizel sudah tahu, jika dia yang telah membunuh pacarnya sendiri. Haikal menunduk, ia malu, sedih, dan menyesal.Melihat Haikal tertunduk, Raizel melirik dan kemudian menoleh padanya."Ini buat pengalaman, suatu saat nanti ... kalo lo punya seseorang di hati
🌸🌸Pov. Raizel.Ketika tubuh ini merasa lelah ...Ketika gue akan ikhlas untuk pergi, meninggalkan semuanya ....Di saat itu ....Gue pikir itu yang terbaik ....Tetapi, ternyata gue salah.Hati gue ternyata belum siap.Meninggalkan semua orang yang gue sayangi.Meninggalkan seseorang yang gue cintai.Gue bersyukur.Karena Tuhan ngasih gue satu kesempatan lagi.Ketika mata gue bisa lihat dunia lagi.Perasaan bahagia, nggak bisa gue pungkiri.Terimakasih Tuhan ....Terima kasih ....Pov selesai🌸🌸🌸🌸Mata yang terpejam.Kini kembali perlahan mengerjap lagi.Perlahan, Raizel kembali membuka matanya.Raizel terbaring, di atas rumput hijau.Beberapa tetes air mata, menetes jatuh tepat di atas pipinya.Itu adalah air mata Diva.Ia tersenyum, karena Tuhan telah memberikan satu kesempatan lagi.Saat mata Raizel
Pagi yang sejuk, mentari masih belum juga menunjukan cahayanya yang sempurna.Hanya sedikit cahaya pagi yang membuat dunia tidak terlalu gelap saat ini.Musuh telah kalah.Tujuan telah tercapai.Misi hampir selesai.Diva, Caca, Cindy, Hasna, Winda, Egy, Vano, Haikal, Andri, dan Reza juga Gunawan.Masih setia menunggu sang 'Indigo' membuka matanya.Gunawan berjalan pelan, ke arah Raizel yang masih terbaring.Mata Gunawan menatap fokus, pada tubuh remaja yang masih memakai baju pengantinGunawan sudah tau semua yang telah terjadi, termasuk tentang Raizel yang dipaksa menikah.Setelah ia sudah berdiri tepat di samping Raizel, Gunawan berlutut. Mengusap lembut pipi Raizel lalu memeluknya.Memejamkan mata, Gunawan membelai sayang kepala Raizeldan berkata."Terimakasih Raizel, udah cukup kamu tidurnya ....Ayo bangun, kita semua khawatir khawatir sama kamu."Semua pasang mata di
Tap ... Tap ... Tap ...Suara derap langkah kaki, mendekati tubuh Raizel dan Diva yang sudah tak sadarkan diri.Laki- laki itu menyeringai puas, melihat momen yang menurutnya sangat enak untuk ditonton."Hahahaha ...!" Daweh berkacak pinggang dan tertawa puas.Padahal sebentar lagi, gudang akan runtuh karena api sudah kembali membesar dan merambat ke atas atap.Tapi dia seolah tidak memerdulikannya."Ini karena kamu sudah menghancurkan segalanya ....Lebih baik, kalian mati bersama."Daweh mengangkat tinggi-tinggi kedua tangannya, yang memegang benda pusaka sebuah keris berwarna hitam, ukurannya juga lebih besar dari keris perak yang dipegang Raizel sebelumnya.Siap untuk menghunuskan ujung keris yang lancip pada Raizel dan Diva. Namun, saat Daweh meluncurkan ujung keris itu.Tiba-tiba saja, kilatan putih langsung menyambar tubuhnya.Braaakk!!Tubuh Daweh terpent
Di sebuah tempat, tapi tidak jauh dari lokasi rumah Daweh.Tampak dua orang sudah menyusun segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mereka.Telah disiapkan beberapa lilin siap untuk dinyalakan, yang berjejer membentuk sebuah bintang, juga ada bunga 7 rupa, kelapa muda yang sudah dibuka, jangan lupakan 2 buah foto seseorang, ditangan Hendrik."Kang ... semuanya sudah siap," kata Hendrik, selesai menyusun semuanya."Iya ... tapi anehnya, kenapa batu mawar kencana ini belum nyala juga, ya? Harusnya, 4 orang tumbal udah cukup buat batu ini menyala" 4 tumbal yang dimaksud adalah, Haikal, Hasna, Raizel dan Diva.Daweh memandangi batu akik kecil, berwarna merah mengkilat.Di dalam batu itu, terukir sebuah bentuk bunga yang persis seperti bunga mawar."Kita harusnya tinggal, menambahkan sisanya, kan? Kang? 3 orang lagi untuk menutup mantranya?" tanya Hendrik, melihat kearah Daweh yang masih menunggu batu merah