Semua Bab Rahasia Di Balik Lelaki Miskin Adalah Lelaki Kaya: Bab 161 - Bab 170

241 Bab

161. Teror

"Kak Lenia, sudah bangun?? Maaf aku ketiduran." Kata Gebriella pada Lenia. "Tidak apa apa Geb, kamu pasti kecapekan. Lebih baik kamu luangkan waktumu untuk istirahat." Kata Lenia dengan suara serek. "Kak Lenia... Aku belum makan nih. Sengaja kesini biar makannya sama kakak. Kita makan bersama yah Kak..." Kata Gebriella sambil mengambilkan makanan untuk kakak iparnya. "Sudahlah Gebb, aku sedang nggak doyan makan. Kamu saja yang makan." Kata Lenia pada Gebriella. Tiba tiba ada suara Bernand dari arah pintu kamar Lenia. "Yakin nggak doyan makan?? Aku bawain ini untuk kamu." Kata Bernand sambil menunjukan makanan kesukaannya. Tidak ada respon dari Lenia, Bernand mendekati Lenia dan membohongi Lenia, "Baiklah sayang... Aku tidak akan memaksamu. Tapi jujur saja, dari kemaren aku juga belum makan. Jika kamu tidak mau makan bersamaku sekarang, mungkin saja besok aku akan sakit parah." Kata Bernand lalu membelakangi istrinya, Lenia. Mendengar u
Baca selengkapnya

162. Mencari Pak Chriss Yang Jatuh Di Jurang

Di perjalan ke rumah orang tua, Reyhan mendapatkan telepon dari nomor Greater. Awalnya Reyhan berencana untuk tidak mengangkatnya, tapi nomor Greater itu menelpon Reyhan berkali kali, hingga akhirnya Reyhanpun mengangkat telepon itu. Reyhan : "Hallo." Greater : "Tuan Levrawnch... Ini saya, Gandi. Maaf, saya mengganggu Tuan tengah malam. Tapi hanya nomor Tuan yang saya hafal." Reyhan : "Ada apa Pak Gandi? Kenapa suara Pak Gandi seperti orang baru habis lari maraton saja?" Gandi : "Pak Chriss Tuan... Pak.. Chriss..." Reyhan : "Iya... Ada apa dengan Papi aku?? Hallo... Pak Gandi... Bisa dengar nggak?? Pak Gandi bilang apa tadi??" Gandi : "Hallo... Hallo Tuan... Apa suara saya sudah jelas Tuan..." Reyhan : "Iya Pak Gandi. Tidak terlalu jelas, tapi saya masih bisa mendengar ucapan Pak Gandi." Gandi : "Iya Tuan... Tadi kita ke Daerah paling hujung dari Kota Hunan. Pak Chriss meminta saya untuk gantian membawa mobil. Ternyata
Baca selengkapnya

163. Yulia Hilang Ingatan

"Papiiiii... Siapa yang membuat Papi seperti ini?? Uhu', uhu'..." Teriak Reyhan sambil menangis dan memeluk ayahnya. Tulang bagaikan daging. Darah yang mengalir kini mengering. Semua tubuh membeku... Rasa lirih hati bagaikan rangkah yang melepuh. Seorang lelaki yang kuat kini terlihat seperti kapas yang terbang terbawa angin yang kencang. Janganpun menghadapi ombak tanpa angin, bahkan hanya melihat karang yang berada di balik pasir, anak lelaki ini merasa takut dan hampa, seolah ini bagaikan rasa yang mati tapi perih bak panas yang mendidih. Tak kuasa dan tak tau  harus berkata apa, anak lelaki ini hanya menyampaikan sebagian dari jutaan kata yang ingin dia sampaikan. "Papiii... Jangan tinggalkan aku Pi... Apakah papi lupa, aku masi kecil dan sangat tidak mungkin untuk menjadi dewasa sepertimu...?? Apakah papi lupa aku pernah berkata, kalau pergi jangan berlama lama karena aku tak kuat menahan rindu...?? Papi... Uhu' uhu'.. Kata Reyhan menusuk pilu, terb
Baca selengkapnya

164. Panik

Setiap hari dokter pribadi Bos mereka, akan datang untuk melakukan pemeriksaan rutin pada Rana. Tidak lama kemudian Bos mereka datang melihat Rana yang sedang tertidur pules di kamar. "Hahaha... Akhirnya aku mendapatkan senjata yang sangat berharga. Anak inilah yang akan membunuh keluarganya sendiri, dengan darah yang mendidih dan akhirnya memakan jiwa sendiri dengan hati yang merintih." Ucap Bos dalam hati sambil tertawa kecil. Siapakah Bos itu?? Siapa lagi kalau bukan Bram beserta para pengikutnya yang sudah keluar dari penjara. Saat ini mereka tinggal di pelosok Kota Hunan, sehingga mendekati arah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Bram serta para pengikutnya membuat perusahaan baru di Negara Ambara. Mereka bahkan mengikuti sistem yang di pakai oleh perusahaan Keluarga Levrawnch Britama. Dan saat ini tujuan mereka, selain membunuh keluarga Levrawnch, mereka juga ingin membuat keluarga Levrawnch bangkrut dan tak bisa bangkit lagi seperti sed
Baca selengkapnya

165. Berita Kematian Reyhan

"Gebby, kamu sedang memikirkan apa??" Tanya Bernand melihat Gebriella yang sedang berjalan seperti orang kebingungan. "Oh, tidak kak... Aku hanya berpikir, ingin ke kantor petugas keamanan untuk melaporkan hal ini." Jawab Gebriella. "Kantor petugas keamanan?? Hal apa yang akan kamu laporkan di sana, Gebby?" Tanya Bernand. "Tentu saja tentang kehilangan Yulia, kak..." Jawab Gebriella. "Aku juga berfikir seperti itu kemaren. Namun, tiba tiba ada kabar duka tentang Papi, akhirnya aku masih mengurungkan niatku." Kata Bernand pada Gebriella. Reyhan tak sengaja mendengar obrolan Gebriella dan Bernand. Baru saja ingin mendekati istri dan kakak iparnya itu, Reyhan sudah di panggil oleh Gandi terlebih dahulu. "Tuan Levrawnch..."Panggil Gandi. "Bagaimana Pak Gandi?" Tanya Reyhan. "Saya sudah mengatakan ke seluruh stasiun TV yang masih bekerja sama dengan perusahaan kita untuk menyiarkan berita tentang kematian Tuan Levrawnch Brit
Baca selengkapnya

166. Dendam Rana

"Hahaha... Kamu pikir aku tidak tahu?? Masih hidup tapi berpura pura mati. Apa yang aku tidak ketahui saat ini... Bocah sekecilmu tidak akan mampu untuk membalaskan dendam kematian ayahmu padaku." Kata Bram sambil menghisap rokoknya di depan TV yang sedang menyiarkan kematian Reyhan dan juga Ayahnya. Tiba tiba terdengan langkah Toro dari belakang nya. Bram bertanya sebelum Toro berkata, "Kenapa Toro?" "Bos, tadi saya melihat siaran langsung di TV tentang kemmmm..." Kata Toro terhenti dengan perkataan bosnya. "Aku sudah tahu. Apa ada yang lain?" Tanya Bram. "Tidak ada Bos." Jawab Toro. "Silahkan pergi." Perintah Bram. Toro akhirnya bergegas pergi dari ruangan Bram. Sementara teman temannya yang menunggu di depan ruangan Bram, bertanya padanya. "Eh, gimana? Apa kamu sudah bilang pada Bos??" "Dasar kau!! Dia sudah mengetahuinya terlebih dahulu." Kata Toro sambi menepuk kepala temannya itu. "Om... Ruangan Opa di mana??" Tan
Baca selengkapnya

167. Eliza Yang Seksi Dan Mempesona

Di perusahaan Levrawnch Britama saat ini mengalami menurunan pendapatan. Akibat stok kain untuk pakaian brand mereka yang hampir habis. Karena agen mereka sudah di kontrak oleh Bram. Gandi kebingungan. Dia takut melakukan langsung tanpa perintah langsung dari Reyhan. Sedangkan Reyhan hanya sibuk memikirkan cara untuk mengetahui pelaku di balik kecelakaan ayahnya dan berfikir cara untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. "Tuan Levrawnch, pendapatan di perusahaan keluarga Levrawnch saat ini sudah menurun. Karena stok barang yang sudah hampir habis. Akhir akhir ini juga banyak komplain dari para konsumen. Gimana Tuan?? Apa yang harus kita lakukan??" Tanya Gandi. Reyhan hanya diam tanpa berkata. Seperti orang yang sedang melamun dan kehilangan arah. Nyonya Levrawnch yang baru saja membaik, berjalan mendekati Reyhan. Sebagai seorang Ibu, diapun menguatkan anaknya yang saat ini sedang merasa terpuruk dalam menghadapi kenyataan. "Tuan muda..." Pa
Baca selengkapnya

168. Panggil Aku Dengan Sebutan Direktur Eliza.

"Sayang... Kenapa perusahaan Levrawnch Britama di beli oleh Nona Eliza? Siapa dia?" Tanya Jayen pada Pevita. "Iya sayang... Tuan Levrawnch Britama dan juga pak Chriss ayahnya sudah meninggal. Dan Nona Eliza itu yang membeli perusahaan keluarga Levrawnch Britama." Jawab Pevita. Jayen yang sedang di posisi tiduran, kini bangun dan duduk karena merasa sangat terkejut dengan berita itu. "Astaga, meninggal karena apa? Kapan??" "Mereka kecelakaan dan jatuh di jurang hujung Kota Hunan. Beberapa Kilo Meter lagi daerah itu akan menembus pedesaan." Jawab Pevita sambil mengupas apel. "Hmmmppp.. Aku bahkan belum ketemu dengan mereka. Beberapa tahun yang lalu saat kejadian di mana Tuan Levrawnch di sandra, aku sangat bahagia karena bisa mendapatkan kesempatan untuk menolongnya, tapi pas sampai di sana, aku malah cuman melihat ambulance yang akan berjalan menuju rumah sakit." Kata Jayen sedih. "Sudahlah sayang, jangan terlalu banyak mikir. Niatmu sudah Sara
Baca selengkapnya

169. Pertemuan Pertama Eliza Dan Bram

Eliza sebenarnya sangat kaget setelah mengetahui Bram yang datang menemui dia. Dulu mereka bertemu saat Eliza masih menjadi Lenia yang memakai lengkap dengan baju panjang, masker, kacamata dan juga topi. Dan kini dia akan bertemu Bram sebagai Eliza yang lebih berani dengan tampilan yang mempesona. "Apa kamu tahu dia dari perusahaan apa?" Tanya Eliza. "Saya sudah bertanya pada Pak Bram, Direktur Eliza. Tapi dia tidak menjawab apa apa." Jawab karyawan itu. "Suruh dia masuk 5 menit lagi." Perintah Eliza. Karyawan itupun keluar dari dalam ruangan Eliza, lalu bertemu dengan Bram yang sedang duduk di ruangan tunggu. "Permisi Pak Bram, kata Direktur Eliza tunggu 5 menit lagi, setelah itu masuk." Kata karyawan itu. "Oh, sungguh menentang. Baiklah, saya akan masuk setelah 5 menit lagi." Jawab Bram pada karyawan itu. Karyawan itu akhinya pamit pada Bram, dan pergi meninggalkan Bram sendirian khusus di ruang tunggu para tamu. Seda
Baca selengkapnya

170. Kebakaran

"Sayang..." Panggil Bernand pada Lenia.Tidak ada jawaban dari Lenia, Bernandpun melihat wajah Lenia yang begitu cantik. Lenia tertidur lelap. Bulu matanya lentik dan alisnya yang tebal."Selamat tidur sayang... Maafkan aku yang belum bisa menjadi suami yang baik untukmu." Gumam Bernand sambil mengusap pipi Lenia.Bernand ke ruangan keluarga, dia membuka laptopnya dan mengerjakan sesuatu yang sudah dia rencanakan sejak Ayah Lenia meninggal.Pikirannya seolah berubah, sehingga ingin berusaha sendiri dan tak ingin bergantung pada istrinya terus menerus."Lihat saja sayang... Aku akan membuktikan padamu bahwa aku bisa tanpa harta keluargamu." Kata Bernand dengan penuh semangat.*****Hari demi hari telah di lalui Lenia sebagai Eliza. Tak di sangkah setahun sudah Lenia dan Reyhan menghadapi semua ini tanpa seorang ayah. Lenia akhirnya sudah terbiasa melakukan sendiri dengan peran Eliza. Kini dia lebih tegas dan selalu berhati hati dalam m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
25
DMCA.com Protection Status