"Hahaha... Kamu pikir aku tidak tahu?? Masih hidup tapi berpura pura mati. Apa yang aku tidak ketahui saat ini... Bocah sekecilmu tidak akan mampu untuk membalaskan dendam kematian ayahmu padaku." Kata Bram sambil menghisap rokoknya di depan TV yang sedang menyiarkan kematian Reyhan dan juga Ayahnya.
Tiba tiba terdengan langkah Toro dari belakang nya. Bram bertanya sebelum Toro berkata, "Kenapa Toro?"
"Bos, tadi saya melihat siaran langsung di TV tentang kemmmm..." Kata Toro terhenti dengan perkataan bosnya.
"Aku sudah tahu. Apa ada yang lain?" Tanya Bram.
"Tidak ada Bos." Jawab Toro.
"Silahkan pergi." Perintah Bram.
Toro akhirnya bergegas pergi dari ruangan Bram. Sementara teman temannya yang menunggu di depan ruangan Bram, bertanya padanya. "Eh, gimana? Apa kamu sudah bilang pada Bos??"
"Dasar kau!! Dia sudah mengetahuinya terlebih dahulu." Kata Toro sambi menepuk kepala temannya itu.
"Om... Ruangan Opa di mana??" Tan
Di perusahaan Levrawnch Britama saat ini mengalami menurunan pendapatan. Akibat stok kain untuk pakaian brand mereka yang hampir habis. Karena agen mereka sudah di kontrak oleh Bram. Gandi kebingungan. Dia takut melakukan langsung tanpa perintah langsung dari Reyhan. Sedangkan Reyhan hanya sibuk memikirkan cara untuk mengetahui pelaku di balik kecelakaan ayahnya dan berfikir cara untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. "Tuan Levrawnch, pendapatan di perusahaan keluarga Levrawnch saat ini sudah menurun. Karena stok barang yang sudah hampir habis. Akhir akhir ini juga banyak komplain dari para konsumen. Gimana Tuan?? Apa yang harus kita lakukan??" Tanya Gandi. Reyhan hanya diam tanpa berkata. Seperti orang yang sedang melamun dan kehilangan arah. Nyonya Levrawnch yang baru saja membaik, berjalan mendekati Reyhan. Sebagai seorang Ibu, diapun menguatkan anaknya yang saat ini sedang merasa terpuruk dalam menghadapi kenyataan. "Tuan muda..." Pa
"Sayang... Kenapa perusahaan Levrawnch Britama di beli oleh Nona Eliza? Siapa dia?" Tanya Jayen pada Pevita. "Iya sayang... Tuan Levrawnch Britama dan juga pak Chriss ayahnya sudah meninggal. Dan Nona Eliza itu yang membeli perusahaan keluarga Levrawnch Britama." Jawab Pevita. Jayen yang sedang di posisi tiduran, kini bangun dan duduk karena merasa sangat terkejut dengan berita itu. "Astaga, meninggal karena apa? Kapan??" "Mereka kecelakaan dan jatuh di jurang hujung Kota Hunan. Beberapa Kilo Meter lagi daerah itu akan menembus pedesaan." Jawab Pevita sambil mengupas apel. "Hmmmppp.. Aku bahkan belum ketemu dengan mereka. Beberapa tahun yang lalu saat kejadian di mana Tuan Levrawnch di sandra, aku sangat bahagia karena bisa mendapatkan kesempatan untuk menolongnya, tapi pas sampai di sana, aku malah cuman melihat ambulance yang akan berjalan menuju rumah sakit." Kata Jayen sedih. "Sudahlah sayang, jangan terlalu banyak mikir. Niatmu sudah Sara
Eliza sebenarnya sangat kaget setelah mengetahui Bram yang datang menemui dia. Dulu mereka bertemu saat Eliza masih menjadi Lenia yang memakai lengkap dengan baju panjang, masker, kacamata dan juga topi. Dan kini dia akan bertemu Bram sebagai Eliza yang lebih berani dengan tampilan yang mempesona. "Apa kamu tahu dia dari perusahaan apa?" Tanya Eliza. "Saya sudah bertanya pada Pak Bram, Direktur Eliza. Tapi dia tidak menjawab apa apa." Jawab karyawan itu. "Suruh dia masuk 5 menit lagi." Perintah Eliza. Karyawan itupun keluar dari dalam ruangan Eliza, lalu bertemu dengan Bram yang sedang duduk di ruangan tunggu. "Permisi Pak Bram, kata Direktur Eliza tunggu 5 menit lagi, setelah itu masuk." Kata karyawan itu. "Oh, sungguh menentang. Baiklah, saya akan masuk setelah 5 menit lagi." Jawab Bram pada karyawan itu. Karyawan itu akhinya pamit pada Bram, dan pergi meninggalkan Bram sendirian khusus di ruang tunggu para tamu. Seda
"Sayang..." Panggil Bernand pada Lenia.Tidak ada jawaban dari Lenia, Bernandpun melihat wajah Lenia yang begitu cantik. Lenia tertidur lelap. Bulu matanya lentik dan alisnya yang tebal."Selamat tidur sayang... Maafkan aku yang belum bisa menjadi suami yang baik untukmu." Gumam Bernand sambil mengusap pipi Lenia.Bernand ke ruangan keluarga, dia membuka laptopnya dan mengerjakan sesuatu yang sudah dia rencanakan sejak Ayah Lenia meninggal.Pikirannya seolah berubah, sehingga ingin berusaha sendiri dan tak ingin bergantung pada istrinya terus menerus."Lihat saja sayang... Aku akan membuktikan padamu bahwa aku bisa tanpa harta keluargamu." Kata Bernand dengan penuh semangat.*****Hari demi hari telah di lalui Lenia sebagai Eliza. Tak di sangkah setahun sudah Lenia dan Reyhan menghadapi semua ini tanpa seorang ayah. Lenia akhirnya sudah terbiasa melakukan sendiri dengan peran Eliza. Kini dia lebih tegas dan selalu berhati hati dalam m
Melihat siaran di TV, rumah keluarga Levrawnch yang begitu besar kini telah di makan api. Alamat rumah keluarga Levrawnch Britamapun telah di publikasikan.Jayen langsung mengambil kunci mobilnya dan buru buru pergi ke alamat rumah keluarga Levrawnch Britama melalui GPS yang ada handphonenya.Pevita yang melihat Jayenpun merasa heran. "Mau kemana dia?? Kenapa pas melihat layar handphone langsung pergi tanpa pamit ke aku?? Hmmmpp... Jangan jangan dia selingkuh!!" Kata Pevita curiga pada Jayen.Jayen melaju dengan mobil kecepatan 180 - 200CC. Dia menginjak pedal gas sampai lampu merahpun di lintasnya tanpa perduli.Suara sirine keamanan yang mengejarnya tak dapat mengejar saking cepatnya. Hingga akhirnya, Jayenpun sampai di tempat tujuan.Di ambilnya ember yang berisi air, lalu dia menyiram dirinya dengan air tersebut. Dia sengaja memakai kupluk dan jaket yang tebal sehingga api yang berkobar tidak menembus kulitnya yang di lapisi dengan pakaian basa
Di jalan, Reyhan membaca chat dari Reno. Reno, "Bro kamu udah sampe atau masih di jalan?" Reyhan, "Tadi pas sampe di rumah, kata mereka Mami di bawah ke rumah sakit The L Medika. Dan sekarang aku baru saja sampe di rumah sakit." Reno, "Kita akan segera kesana." Reyhan, "Oke Reno. Hati hati..." Reyhan dan Jhon langsung di jemput oleh dr. Willy dan masuk ke ruangan perawatan Nyonya Levrawnch Britama. "Gimana keadaan Mami, dok?" Tanya Reyhan. "Nyonya Levrawnch hampir saja kehabisan nafas. Karena sampai disini, denyut nadinya sangat lemah. Untung saja ada lelaki yang segera menolongnya, dan lelaki itu justru lebih parah dari Nyonya Levrawnch Tuan." Jelas dokter Willy. "Di mana lelaki itu di rawat, dok...?? Siapa namanya??" Tanya Reyhan. "Dia ada di ruangan VVIP sekarang. Saya dengar dari dokter Lucky, Tuan Levrawnch sendiri pernah datang menjenguknya saat dia kecelakaan bersama anaknya." Kata dokter Willy. "
Tak lama kemudian, Reyhan dan teman temannyapun pamit pergi meninggalkan ruangan Jayen. Setelah mereka pergi, Pevita mulai bertanya pada suaminya. "Kenapa kamu gak bilang kalau mau pergi ke rumah keluarga Levrawnch yang kebakaran itu?? Tuh, kamu lihat keadaan kamu, apa mereka perduli??" "Sayang... Aku lagi sakit, tapi kamu malah marah marah. Hmmppp..." Kata Jayen manjah. "Aku bukan marah marah sayang... Tapi aku khawatir." Kata Pevita. "Makasih yah sayang... Lain kali aku akan minta izin padamu jika aku pergi..."Kata Jayen sambil memeluk Pevita. Melihat itupun, Saras pura pura batuk, dan berkata ingin keluar sebentar. "Saras, hati hati yah... Jangan jauh jauh." Kata Pevita. "Siap Momss.. Dari pada aku jadi anti nyamuk disini??" Jawab Saras, membuat Pevita dan Jayen tertawa. Tiba tiba Vebiola datang ke rumah sakit. Dia mengetahui dari berita di TV. Setelah bertanya pada dokter, Vebiola menuju kamar Jayen da
Sampai di Rumah Sakit The L Medika, mereka bertanya pada resepsionist. "Permisi Suster, kamar pasien atas nama Jayen, di mana yah..??" Tanya Rama. "Sebentar yah Pak, saya cek sebentar." Kata Resepsionis itu. Tidak lama kemudian, Resepsionis memberitahu kamar Jayen, dan merekapun berjalan menuju kamar itu. Sementara Reyhan dan teman teman yang sedang berjalan untuk pulang, dengan tidak sengaja, Vino malah menabrak Sisi yang sedang membawa buah untuk Jayen. Buah buahan itu kini jatuh berhamburan. "Maaf, Maaf. Aku tidak sengaja." Kata Vino kaget, lalu langsung berjongkok mengambil buah buahan itu bersama lan dengan Sisi yang sedang berjongkok juga. Sehingga wajah mereka sangat dekat. Sisi memang tambah cantik. Setelah meluncurkan bukunya yang berjudul, "Kisahku Adalah Sebuah Penantian," Sisi lebih fokus untuk mengurus diri. Karena dia lebih banyak hadir di media sosial sebagai penulis terkenal. "Tidak apa apa..." Kata Sisi kembali sedikit