Sampai di Rumah Sakit The L Medika, mereka bertanya pada resepsionist. "Permisi Suster, kamar pasien atas nama Jayen, di mana yah..??" Tanya Rama.
"Sebentar yah Pak, saya cek sebentar." Kata Resepsionis itu.
Tidak lama kemudian, Resepsionis memberitahu kamar Jayen, dan merekapun berjalan menuju kamar itu.
Sementara Reyhan dan teman teman yang sedang berjalan untuk pulang, dengan tidak sengaja, Vino malah menabrak Sisi yang sedang membawa buah untuk Jayen. Buah buahan itu kini jatuh berhamburan.
"Maaf, Maaf. Aku tidak sengaja." Kata Vino kaget, lalu langsung berjongkok mengambil buah buahan itu bersama lan dengan Sisi yang sedang berjongkok juga. Sehingga wajah mereka sangat dekat.
Sisi memang tambah cantik. Setelah meluncurkan bukunya yang berjudul, "Kisahku Adalah Sebuah Penantian," Sisi lebih fokus untuk mengurus diri. Karena dia lebih banyak hadir di media sosial sebagai penulis terkenal.
"Tidak apa apa..." Kata Sisi kembali sedikit
Kini Lenia turun dari mobil yang sangat biasa dengan berpenampilan sebagai Nona Lenia Levrawnch Britama. Semua orang yang ada di rumah sakitpun memandangnya rendah. Karena semua orang sudah mengetahui bahwa mereka saat ini tidak memiliki apa apa lagi, melainkan rumah peninggalan mendiang sang Ayah. Namun, rumah itupun telah menjadi debu di makan oleh kobaran api yang menggebuh gebuh. "Eh, coba kalian lihat, bukannya itu Nona Levrawnch Britama??" Tanya Vera yang baru saja keluar dari kamar Jayen bersama dengan teman temannya. "Iya benar. Itu Nona Levrawnch, kakaknya mendiang Reyhan." Jawab Ririn. "Tak di sangkah, mereka dulu sangat kaya. Tapi sekarang, malah hanya menggunakan mobil biasa biasa saja." Kata Vera lagi. Tidak hanya Vera dan Ririn yang berbisik bisik soal kedatangan Lenia, tapi semua orang orang di rumah sakit itupun ikut membicarakan masalah Lenia. Lenia hanya diam sambil berjalan laju menuju kamar Ibunya di rawat. Sedangkan Gandi,
Hari ini, Eliza akan bertemu dengan Bram di Restoran The L Variety. Eliza yang tampak cantik dan seksi saat ini masuk ke dalam restoran itu. "Mbak, di mana meja yang di pesan oleh, Pak Bram...?" Tanya Lenia pada salah satu karyawan yang ada di bagian Resepsionist. Semua mata tertuju pada Lenia yang begitu memukau. Namun, dia terlihat santai saja tanpa memperdulikan orang orang yang sedang melihatnya. The L Variety adalah restoran milik keluarganya. Namun, para karyawan disitu tidak mengetahui, bahwa yang bertanya itu adalah Nona Levrawnch Britama, pemilik restoran itu sendiri. Salah satu karyawan yang ada di bagian Resepsionistmengantarkan Lenia sampai di depan pintu VVIP. Segala macam yang bernuansa romantisme di sediakan oleh lelaki yang berusia 52 tahun itu. Lenia sedikit terkejut, namun dia tetap terlihat biasa saja ketika masuk. "Selamat sore Direktur Eliza..." Kata Bram sambil menarik kursi untuk mempersilahkan Eliza duduk
"Tenang Nona, saya tidak akan macam macam pada Nona. Kita hanya ke Bukit Bunga sana. Sampai di sana, Nona bisa berteriak sampai puas." Kata Supir itu. Supir itu terlihat sangat muda. Mungkin 5 tahun lebih mudah dari usia Lenia. Lenia akhirnya mengikuti pemuda itu. Diapun berjalan menaiki Bukit Bunga yang ada di Kota Naung bersama dengan pemuda itu. Sampai di atas Bukit Bunga itu, Lenia berteriak sekeras kerasnya. "PAAAAAAAPPPPPIIIIIIII... AKU RINDDDDUUUUUU" Pemuda itu melihat Lenia dengan tatapan yang dalam. Mendengar Lenia hanya sekali berteriak, pemuda itu berkata, "Teriak lagi, sampai kamu puas..." "BERNAAAANNNNDD... AKU BENCI KAMUUUU" "PAPPPIIII... AKU PASTI KUUUUAAATTTT" Lenia akhirnya merasa lelah berteriak, tapi pikirannya merasa lebih fresh dari sebelumnya. Pemuda itu melihat Lenia dan tertawa kecil. "Kak, boleh gantian teriaknya nggak?" Tanya pemuda itu sambil menatap Lenia dengan wajah manisnya. "Boleh. Tentu
Notivikasi panggilan di handphone Reyhan berdering beberapa kali. Reyhan melihat ada panggilan masuk dari Jayen. Namun Reyhan tidak menjawab karena masih dalam keadaan emosi. Bernand menginjak pedal gas mobilnya dengan memainkan gas, lalu melaju pergi meninggalkan Villa Reyhan. "Jhon, katakan pada kepala marketing Villa, jangan biarkan Bernand masuk ke dalam Villa ini." Perintah Reyhan. "Siap Tuan Levrawnch." Balas Jhon. Melihat Nyonya Levrawnch yang berdiri di sana, Reyhan langsung berlari mendekati ibunya dan memegang pundak Ibunya berjalan pelan masuk ke dalam Villa. Sedangkan Lenia, masuk bersama Bi' Ina, dan teman teman Reyhan. "Apakah sakit???" Tanya Nyonya Levrawnch pada Lenia. "Tidak Mi... Aku tidak apa apa." Jawab Lenia sambil membersihkan darah yang mengalir di bibirnya, dan melapisi lagi dengan make upnya. "Mami dengar tadi, dia yang membakar rumah kita. Apa itu benar??" Tanya Nyonya Levrawnch. "Iya Mami... T
Semua siaran TV sedang sibuk menyiarkan kembali Video Bernand yang beredar di mana mana. Video itupun saat ini sangat booming, hingga semua orang yang sudah melihat Video di media sosial maupun di seluruh siaran TV, merasa telah di bohongi soal berita kematian Reyhan beberapa bulan yang lalu. "Hmmppp... Mau dia hidup dan mati juga, gak ada efeknya ke kita, bukan???" "Iya, lagian keluarga Levrawnch sudah miskin. Peninggalan terakhir mendiang ayahnyakan adalah rumah yang barusan terbakar itu." "Pantasan dulu yang di perlihatkan hanyalah pemakaman ayahnya, sementra Tuan Levrawnch sampai saat ini tidak di publikasikan." Setiap yang mengetahui berita itu pasti ada pro dan kontra. Tapi, banyaknya yang membenci Reyhan, lebih banyak lagi yang mengatakan, bahwa Bernand begitu tega pada keluarga Levrawnch. Bernand bahkan tega melakukan itu ke istrinya, setelah istrinya bangkrut. "Hahaha... Keluarga suami Gebby sudah bangkit dari kematiannya." Kata Milla
Di tengah tengah aktivitas yang di lakukan Reyhan untuk istrinya, tiba tiba ada ketukan pintu dari anaknya, Ali. "Mamiii... Apakah Papi ada di dalam ruangannya...??? Aku ingin masuk melihat keadaan Papi..." Kata Ali sambil mengetuk pintu berkali kali. Membut Reyhan menghentikan kegiatannya yang ada di dalam ruangan itu. Rasa kecewapun melanda Reyhan karena hasrat yang tak tersalurkan. Nafas yang tadinya saling memburuh seketika di akhiri dengan nafas yang panjang. Gebriella melepaskan ciuman suaminya lalu bergegas membuka pintu untuk anaknya, "Nak, kamu belum tidur??" "Mami, tadi aku menonton TV, dan aku melihat Paman Bernand ada di TV." Jelas Ali pada Maminya. "Nak, mulai besok kamu jangan menonton TV dulu, dan jangan bermain handphone dulu. Oke???" Perintah Gebriella untuk anaknya. "Hmmppp... Baiklah Mami... Apa aku boleh masuk Mami??" Tanya Ali yang masih berdiri di depan pintu ruang kerja Ayahnya. "Tentu saja boleh, N
Bram baru saja tiba di rumahnya untuk mengambil handphone. Dilihatnya ada panggilan masuk dari Direktur Eliza dengan durasi obrolan selama 10 menit."Toro, cek CCTV siapa yang masuk ke ruanganku tadi." Perintah Bram pada anak buahnya dengan nada suara yang sedikit panik."Aku yang mengangkat telepon tadi, Opa... Kalau nggak salah namanya Direktur Eliza." Kata Rana yang baru saja sampai di depan pintu ruangan Bram.Bram melihat Rana. Dia tidak menyangka Rana sudah berani menjawab panggilan telepon di handphonenya. Bram akhirnya mulai curiga dan ingin bertanya pada Rana untuk memastikan ingatan Rana yang sudah pulih kembali atau belum."Oh ternyata cucu Opa yang menjawab telepon tadi... Apa yang di katakan oleh Direktur Eliza, sayang...??" Tanya Bram.Rana menceritakan semuanya pada Bram, lalu lanjut berkata, "Tapi Opa, Direktur wanita itu seperti kebingungan saat aku bersuara.""Apakah... Direktur Eliza cemburu karena yang mengangkat telepon
Sebelum menemui Bram, Lenia selalu mematikan notivikasi handphonenya. Agar tidak ketahuan oleh Bram.Lenia lalu masuk ke dalam mobil bersama dengan Bram. Lenia merasa ingin tertawa karena saat ini, Bram sangat ngebucin Lenia. Sedangkan Lenia merasa ini adalah kesempatan yang tepat baginya untuk memulai apa yang sudah dia rencanakan selama ini."Kenapa Direktur Eliza hanya diam saja? Apakah Direktur Eliza masih marah soal wanita yang mengangkat telepon tadi?" Tanya Bram pada Lenia.Lenia merasa ini adalah hal yang lucu ketika Bram berfikir bahwa dia sudah menyukai Bram."Siapa wanita itu?? Apakah dia tinggal di rumahmu??" Tanya Lenia."Hahaha... Apakah kamu cemburu?? Dia adalah cucuku, Rana." Jawab Bram."Aku tidak percaya, bolehkah aku menemui dia?? Aku ingin memastikan, dia adalah gadis yang masih kecil atau bukan." Kata Lenia."Apa makud Direktur Eliza mengatakan seperti itu?? Apakah Direktur Eliza mempunyai anak sebelumnya?" Gumam