Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 541 - Chapter 550

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 541 - Chapter 550

594 Chapters

540. HADIAH #9

Aku menghabiskan waktu sampai detik terakhir di Perbatasan dan berhasil membuat Bibi berjanji, “Iya, iya. Nanti malam menemanimu patroli. Janji.” Kupikir setidaknya berhasil mengamankan posisi dan waktu agar Bibi tidak mulai berpikir yang aneh-aneh lagi. Kami sudah lama tidak bertemu—barangkali sejak sebelum misi, jadi mungkin dalam selang waktu itu, Bibi kembali memikirkan hal-hal yang bisa membuatnya jatuh dalam kegelapan. Gagasan Fin selalu kuingat bahwa salah satu hal utama yang membuat Bibi bisa menjadi arwah adalah karena dirinya yang mengutuk dunia dengan amarah. Kurasakan amarah Bibi belum hilang.Perbatasan membuatku lelah dari semestinya. Aku ingin ke klinik, menatap raut Lavi yang bisa membuatku tenang, tetapi dia pasti sibuk. Jadi, aku berbaring di sofa gerha, menutup mata dengan buku yang kubaca. Tak ada yang mengganggu sampai Reila datang dan menemukanku.“Kak, dicari Lavi. Memangnya tidak bisa telepati, ya?”“Mu
last updateLast Updated : 2024-08-28
Read more

541. TAMENG DARAH #1

Malamnya, Lavi memintaku bermalam lagi di gerhanya. Kuakui dia sedikit terlambat. Aku ingin menemaninya, tetapi kubilang, “Aku sudah berjanji. Aku ikut patroli malam. Haswin sudah memintaku ikut dari kemarin.”Kali ini Lavi curiga. “Patroli? Kau berniat aneh-aneh dengan mereka, kan?”“Tidak, kok,” timpalku—yang bodohnya, agak panik.“Kau biasanya tidak peduli patroli malam. Bahkan kalau aku mengajakmu saat kau sudah daftar, kau mau-mau saja menemaniku daripada patroli.”Dia ada benarnya, tetapi aku tidak ingin menyerah. Sulit menghadapi Lavi, tetapi aku ingin mencoba. “Lavi, ayolah. Sewaktu malam-malam sebelum serangan Aaron dan Troy, aku sering menemani patroli. Aku hanya ingin mengenang.”Lavi menatap keyakinanku di bola mata. Aku tidak mengalihkan mata.“Oke,” dia mengangguk-angguk. “Aku punya satu jatah tantangan dan aku bisa saja menggunakannya agar kau
last updateLast Updated : 2024-08-30
Read more

542. TAMENG DARAH #2

Dengan cepat, setelah surat Hela terbuka, aku merasakan kengerian kuat.Seseorang.Ada di depan markas tim penyerang.Itu membuat mataku langsung bangkit dari tumpukan surat, memegang lutut Yasha sampai dia terkejut. Dia menuntut mengapa aku membelalak.“Dengar,” kataku, pelan, tetapi jelas. “Lavi, di depan, markas.”“Oh, benar.” Bibi mengonfirmasi. “Lavi terasa kemari.”“Sekarang jam malam,” ucap Yasha, enteng. “Mungkin dewan lewat.”“Nah, benar,” sahut Haswin. “Pasti dewan. Kudengar kau bisa merasakan keberadaan seseorang tapi tidak bisa tahu pasti siapa orang itu, kan?”“Tidak. Ini Lavi. Sungguhan,” timpalku, serius. Aku meminta Yasha agak turun dari beranda agar tidak terlihat dari luar. Yasha oke-oke saja. Dia turun, lalu sedikit mengintip keluar. “Aku tidak pernah memakai kemampuan deteksi selama di Padang Anu
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

543. TAMENG DARAH #3

Setelah selesai membuka semua amplop, Lavi juga menyarankan kami agar memisahkan surat-surat kecil dengan surat beramplop. Jadi, kutarik lagi ucapanku. Keberadaan Lavi memang menjadi kompas bagi kami—meski bukan kompas moral yang kuharapkan. Dia membuat hal iseng ini menjadi terarah.Lalu Yasha memberi sesuatu ke Lavi. “Sebaiknya kau baca ini lebih dulu.”Lavi mengambilnya. Aku duduk di sebelahnya—Lavi sengaja sangat dekat denganku—dan dia sadar aku melirik, jadi dia menunjukkannya padaku juga. Aku sedikit membaca, kusadari itu surat tentang pemilik kemampuan roh.Selesai membaca, Lavi meletakkan itu, lalu mengangkat alis. “Kurasa wajar ada yang berpikir begitu. Apalagi kalau mereka tahu apa saja yang bisa dilakukan Forlan, mustahil tidak ada yang curiga. Dulu—saat aku baru tahu dia bisa mengerti perasaan orang di dekatnya saja, aku sudah curiga. Aku terus bertanya-tanya, jenis kemampuan apa yang mengizinkan pemiliknya m
last updateLast Updated : 2024-09-03
Read more

544. TAMENG DARAH #4

Paginya, aku terbangun lebih dulu dari Lavi. Matahari baru terbit. Dan aku membawa ponsel baruku. Reila sudah mengajarkan cara dasar mengoperasikannya. Jadi, selagi Lavi tidur, aku memotret dirinya dari segala arah. Sungguh, kualitasnya jernih sekali—baik paras Lavi atau kameranya.Sembari menunggunya bangun, aku merapikan surat-surat sembari sedikit melanjutkan membaca kertas yang belum kubaca.Menariknya, aku beberapa kali menemukan surat permintaan misi. Bedanya dengan surat kaleng, surat ini punya nama pengirim.Dan kurasa aku menemukan surat yang ingin dicari Haswin.Aku membaca bagian atasnya.PERMINTAAN MISI. CALVIN. PATROLI TITIK 14.Lalu membaca bagian bawahnya.PERMINTAAN PARTNER MISI: LAVI DAN RAVIN.Dan ternyata tidak hanya itu. Aku juga menemukan banyak permintaan misi darinya—bahkan mulai dari titik patroli pertama. Menariknya lagi: permintaannya untuk partner misi selalu melibatkan Lavi.Aku tidak yakin pada rangkaian misi berikutnya, tetapi melihat kondisi Lavi yang dis
last updateLast Updated : 2024-09-05
Read more

545. TAMENG DARAH #5

Begitu kusadari ternyata aku sudah terlelap lagi.Ketika kesadaranku terjaga, aku langsung tersentak bangun. Kudapati diriku masih di Rumah Pohon, di tumpukan bantal, hari sudah semakin siang, tak ada Lavi, tetapi ketika aku menoleh ke sampingku—ada Reila.Dia membaca buku, begitu santai.“Reila,” ucapku.“Hai,” balasnya. Dan dia benar-benar adikku karena mengerti semua yang kuperlukan saat ini. Dia menutup bukunya, mengambil segelas air di meja terdekat, lalu memberikannya padaku. “Jadi, saat ini jam sebelas siang di hari yang sama saat ada kejadian apa pun itu yang harus Kakak jelaskan padaku. Lalu kenapa aku bisa di sini—tentunya karena Lavi memanggilku, dan mari berasumsi Lavi tidak pernah memberitahu apa-apa kenapa Kakak bisa seperti ini. Lavi sedang banyak perlu, ada banyak yang terjadi sejak pagi dan aku tidak punya pekerjaan apa-apa selain baca buku, jadi aku di sini menemani Kakak.” Aku meneguk minum. “Belakangan aku mulai khawatir tiap dipanggil. Ada saja yang berhubungan den
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

546. TAMENG DARAH #6

Cuacanya mulai mendung. Siang itu, awan gelap menguasai langit.Reila menolak ikut ke klinik. Aku mengerang mengapa dia tak pernah mau ikut denganku. “Kau malu, ya, kelihatan seperti adikku?” Dia membalas argumen soal dirinya yang tidak suka terlihat seperti orang paling aktif pada masalah—lalu kubalas, “Yang punya masalah ini kakakmu,” dan dia membalas, “Masalah mana lagi? Yang ini tidak ada yang tahu. Cuma aku dan Lavi.” Dia hampir memenangkan argumen—dan dia memang sudah menang argumen, tetapi aku menang kekuatan. Aku menariknya saat dia menjerit-jerit. “Curang! Tidak adil! Curang!”Klinik hanya berjarak beberapa barisan pohon dari markas tim penyerang. Tidak jauh. Reila sudah diam saat kami berjalan ke klinik. Dan aku merangkulnya. Kalau aku hanya memegang tangannya, dia bisa kabur, jadi aku merangkul—yang hampir seperti mencekik lehernya dengan siku, yang membuat Tara tidak mampu berkata-kata melihat kami memasuki klinik.“Konsultasi keluarga?” tanyanya.“Katanya Dalton kembali,”
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more

547. TAMENG DARAH #7

Dalton ingin tidur, tetapi aku tidak ingin membiarkannya tidur semudah itu, jadi aku mengganggunya dengan menceritakan pesta bakar-bakar tanpa menyebut kalau itu ulang tahunku—yang kurang lebih membuatnya jengkel. Dia bilang kalau sekarang akhirnya mengerti bagaimana perasaan Yasha saat tidak bisa merasakan kemeriahan pesta olahraga pertama setelah bertahun-tahun.Reila masih di tempat dan kurang lebih usahaku mengajaknya ikut terlibat di penelitian blasteran gagal setelah pintu ruangan Dalton terbuka.Reila menoleh. Aku tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang masuk. Saat aku sedang memangku kepala dan menghabiskan sisa roti Dalton, tangan seseorang meluncur melingkari leherku, dengan cepat dagu dan sisi pipinya ikut menyandar.“Hai, Dalton,” sapanya.“Hai lagi, Kapten. Jangan pacaran di depanku.”“Bateraiku habis,” gumam Lavi. “Dan aku mau jemput dia.”“Tidak istirahat?” tanya Reila.“Sekarang sedang masa penting. Sayang, masuklah.”“Astaga, berhenti saling rayu di depanku,” kata Da
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more

548. TAMENG DARAH #8

Dalam sekejap, suasananya langsung tajam. Semuanya serius. Tak ada lagi momen yang bisa dijadikan bercanda. Isha yang biasanya oke dengan lelucon kini terdiam sepenuhnya, mendengar, dan memutar otak pada setiap detail yang terjadi. Asva berdiri di sampingnya seperti asisten. Dan Lavi, kurang lebih tidak lagi punya aura yang cukup baik untuk mengobrol ringan. Dia meletakkan seluruh perhatian ke obrolan dan berpikir dengan putaran otak ribuan kali lebih cepat. Profesor Merla juga serupa. Dia sesekali menyahut penjelasan Dokter Gelda untukku.“Jadi, penelitian hari ini dimulai berdasarkan asumsi Profesor Merla,” ujar Isha. “Ada senjata yang hanya mampu menyerang monster—yang entah bagaimana tidak bisa membunuh manusia, tapi bisa membunuh manusia setengah monster.”“Kami mencoba menghancurkan beberapa inti monster dengan senjata roh milik Lavi dan melihat reaksinya,” kata Dokter Gelda. “Kalau senjata roh memang tidak membunuh
last updateLast Updated : 2024-09-13
Read more

549. TAMENG DARAH #9

Satu-satunya petunjuk waktu di ruang bedah hanya jam dinding. Di dalam sini tidak terdengar suara hujan, suara manusia dari luar, atau suara ribut apa pun. Begitu sunyi, tenang, dan bisa menghanyutkan—sekaligus memusatkan pikiran.Blasteran itu laki-laki—kusadari aku jarang melihat blasteran perempuan. Kuharap ini sungguhan—mungkin kurang ajar berharap hal seperti ini, tetapi aku ingin percaya kalau ada kualifikasi khusus yang harus dipilih untuk menjadi inang sel monster. Kuharap inang yang berjenis kelamin perempuan akan sulit menjadi inang blasteran. Ini bukan hanya karena aku memikirkan Lavi, Reila atau yang lain, tetapi karena aku juga memikirkan Ibu. Kuharap itu tak terjadi. Sejauh ini blasteran yang kutemukan selalu laki-laki. Kuharap itu memang ada hubungannya.Aku mungkin tidak terlibat langsung di penelitian ini, tetapi sejujurnya aku selalu menunggu kabar baik. Kuharap tim ini menemukan cara untuk mengeluarkan sel monster dari raga manusia.
last updateLast Updated : 2024-09-15
Read more
PREV
1
...
5354555657
...
60
DMCA.com Protection Status