Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 531 - Chapter 540

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 531 - Chapter 540

594 Chapters

530. TIM KOMBAT #7

Begitu kembali dari ruangan Layla, aku tidak ingin terburu-buru. Ternyata Yasha juga masih di tempat—dan juga tidak terburu-buru. Kata Isha, “Itu cara yang bagus buat bilang kalian tidak punya pekerjaan.”Jadi, Yasha belajar meramu empon-empon dari Isha saat aku bercerita apa yang terjadi di misiku pada Tara. Sebenarnya Tara tidak berniat penasaran, tetapi aku ingin dia penasaran, jadi dia mendengarku. Kurang lebih dia takjub pada setiap hal yang kulakukan dalam pertempuran. “Profesor Merla sudah sedikit cerita,” kata Tara. “Isha juga dengar. Aku sudah takjub, tapi sekarang lebih takjub.”Kemudian Tara bertanya-tanya tentang blasteran yang kuhadapi—apakah mereka bisa melakukan hal-hal mustahil seperti menghilang, memanjangkan tubuh, memutus dan menyambungnya lagi—banyak sekali fantasinya soal itu, dan kuakui cukup menarik dan menegangkan karena aku belum pernah bertemu blasteran yang seperti itu—dan bukan bera
last updateLast Updated : 2024-08-08
Read more

531. TIM KOMBAT #8

Perundingan itu masih terus berlanjut—yang semakin kusadari ini bukanlah perundingan. Ini hanya ajang untuk menjelaskan semua hal tentang musuh pada tim bertahan yang cukup jauh dari garis depan.Jadi, tim penyerang kebanyakan hanya hening. Aku juga tidak bicara sejak kami keluar dari obrolan pimpinan musuh. Kami mulai membicarakan sistem yang ada pada pasukan musuh—yang berhasil disimpulkan dari semua laporan misi sejak perang besar terakhir meletus. Pasukan musuh punya tiga hierarki utama—empat bila pimpinan tertinggi dihitung. Tangan kanan pimpinan musuh yang terdiri dari tiga orang tepat di bawahnya, kami menyebutnya: pasukan khusus, lalu menurun ke para komandan tempur, baru turun lagi ke sistem Sendi.“Kebanyakan musuh yang kita hadapi di alam liar selalu bagian dari Sendi,” ungkap Lavi. “Jarang sekali pasukan kita bertemu yang lebih tinggi dari itu.”“Ralat,” sergah Jesse, “kemungkinan besar pasu
last updateLast Updated : 2024-08-10
Read more

532. HADIAH #1

Aku menyelesaikan pintu kaca klinik di hari yang sama saat kaca itu pecah, dan Lavi menemaniku ketika memasangnya. Dia bahkan membantu—tidak seperti Dalton yang lenyap tak bersisa. Pada saat itulah Dokter Gelda memberitahu Lavi kalau, “Besok kita mulai dari pagi sampai istirahat makan siang.”“Profesor Merla juga ikut?” tanya Lavi.“Begitu juga Asva. Cukup ramai. Jangan terlambat.”Aku baru tahu kalau Asva juga ikut dalam penelitian blasteran. Lavi bilang, “Asva sudah ikut sejak... misimu? Ya, saat aku terlibat lagi. Tim peneliti sekarang sudah terbagi-bagi. Jesse mulai membuat banyak perubahan. Belakangan aku sering ke ruangan mereka dan, yah, sesibuk apa pun itu mereka, ruangannya tidak sempit seperti dulu. Koordinasi mereka sangat bagus.”Kurasakan bahwa kedatangan kandidat baru generasi Hela benar-benar bisa mengubah struktur beberapa tim yang sejak lama membutuhkan personil.Besoknya, itu s
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

533. HADIAH #2

Biasanya saat aku berlatih dengan kemampuan khususku di hutan belakang tidak ada orang yang perhatiannya tertarik dan menengok. Namun, itu tidak berlaku untuk saat ini. Saat aku tengah mencoba teknik baru, Reila muncul dengan sapaan, “Gila. Tempat ini bisa hancur. Mending lawan aku saja sekarang.”Maka begitulah. Barangkali ini pertengkaran kakak adik paling mengerikan.Kami tidak berlatih seharian, hanya beberapa jam—Reila bukan tipe yang suka meladeni pertempuran kemampuan khusus terlalu lama, Reila biasanya bakal langsung menyerang membabi-buta, tipe yang senang mengakhiri dengan cepat. Itu membuat latihanku semakin terpusat dan tiba-tiba Reila sudah bilang, “Aku capek. Sampai sini dulu, deh. Tapi aku punya saran buat Kakak.”Karena dia memutuskan selesai, kuputuskan aku juga selesai.“Mau berkuda, tidak?” tawarku.“Siang-siang begini enaknya bersantai,” tolaknya.Aku tidak ingin bersa
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

534. HADIAH #3

Sorenya, regu patroli berangkat. Semuanya. Satu rangkaian. Aku sedang di beranda Rumah Pohon, memetik dan memainkan gitar ketika Dalton menampakkan diri di bawah, mendongak padaku, berkata, “Aku berangkat.” Aku hanya bilang, “Hati-hati,” dan dia melangkah begitu saja. Dari beranda Rumah Pohon, aku bisa sedikit melihat bukit perbatasan—meskipun ukurannya sangat kecil. Aku melihat siluet mirip Jenderal dan Kara yang sudah bersiap.Dan aku baru tahu kalau selama ini Dalton selalu mampir ke markas ini sebelum benar-benar berangkat. Kurasa semua anggota tim penyerang punya ritual keberangkatan masing-masing. Ketika aku punya ritual memeluk Reila dan Fal—dan jika tidak berangkat dengan Lavi, aku juga akan memeluknya—Dalton punya ritual menghampiri markas tim penyerang untuk memantapkan keberangkatan. Itu jenis ritual yang aneh meskipun bisa dibilang ritualku juga cukup aneh.Aku menghabiskan sore di beranda sampai kehadiran Lavi tera
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

535. HADIAH #4

Malamnya, aku punya rencana mencari keberadaan Bibi, tetapi ada dua hal yang membuatku tidak bisa melakukannya. Pertama, Fin melarang.[“Besok datanglah ke Perbatasan.”]Aku ingin bertanya apa alasannya, tetapi kedua: Lavi sudah menyebut satu perintah mutlak. “Malam ini kita habiskan waktu di gerhaku. Aku sudah minta izin Reila. Dia oke. Fal juga. Jadi, kau tidak berhak menolak.”Itu pertama kalinya dia menahanku di gerhanya seizin Reila. Barangkali dia terlalu lelah dan ingin mengisi baterai, jadi kataku, “Enteng.” Meskipun aku bilang satu kondisi: “Aku mau menemui Haswin dan Yasha, tapi aku janji ke gerhamu.”Lavi tidak ingin penasaran apa yang kami lakukan meskipun aku yakin dia sedikit curiga karena terakhir kali kami bertemu malam-malam, Lavi menemukan kami memasang kembang api super berisik. Kembang api itu, secara teknis, gagal meluncur karena Lavi mengomel, “Kalian berniat mengganggu t
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

536. HADIAH #5

Aku baru masuk gerha Lavi ketika jam malam—itu pun karena Lavi bicara di kepalaku, bertanya kapan aku ke tempatnya. Di titik itu, aku sedang di gerhaku, bermain kartu dengan Reila dan Fal. Mereka tidak bertanya-tanya mengapa aku di gerha, jadi tiba-tiba kami sudah bermain kartu dengan hukuman.Sejujurnya aku berdebar-debar. Lavi tidak pernah mempersiapkan sesuatu hanya untuk menghabiskan malam bersama. Biasanya hanya aku tiba-tiba datang lalu kami mengobrol dan selesai. Tidak pernah ada persiapan. Jadi, aku takut dan berharap tidak ada hal aneh yang dia sembunyikan.Jadi, ketika sampai di depan gerha Lavi, kupikirkan gagasan paling normal: mungkin dia punya sesuatu yang ingin ditunjukkan padaku sama seperti gaun itu. Aku sudah melangkah berniat memutar kenop, tetapi tiba-tiba pintu itu terbuka—dan dadaku berdebar-debar sampai waktu melambat. Perlahan, pintu terbuka. Lavi di balik pintu. Waktu melambat sampai mataku berhasil sepenuhnya menemukan sosoknya. Da
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

537. HADIAH #6

Permainan kartu baru menunjukkan ujungnya setelah aku mengalami lima kali kemenangan beruntun—yang membuat Lavi menuntut kalau aku curang karena memakai kemampuan khusus, jadi di kemenangan ketigaku, dia menempelkan satu kertas yang bisa berubah warna kalau aku menggunakan kemampuan khusus. Saat kemenangan keempatku tiba, Lavi semakin mengerang karena aku terbukti tidak memakai kemampuan khusus. Keberuntunganku hanya semakin tinggi.Jadi, aku memberinya lima kali tantangan secara beruntun.Ideku tidak banyak terutama karena kepalaku sudah kosong. Tidak ada lagi yang kuinginkan setelah melihat Lavi dengan gaun. Jadi, di kemenangan ketiga aku memintanya bernyanyi. Lavi punya lagu yang paling dia sukai dan bernyanyi tanpa protes. Aku memejamkan mata, hanyut dalam suaranya—aku hampir tertidur kalau Lavi tidak melempar bantal ke wajahku. Dia bilang, “Kau takkan tidur sampai aku menang. Aku takkan membiarkanmu menikmati kejailanmu padaku.”Di k
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

538. HADIAH #7

Pagi berikutnya tiba, kami tak membiarkan satu sama lain pergi. Aku begitu erat mendekap Lavi. Dia terbangun lebih dulu, menatapku sampai terbangun. Saat kesadaranku terkumpul, dia menyapa, “Bagaimana hari pertamamu di 19 tahun?”“Sempurna.”Dia meringis. “Kesempurnaan ini belum berakhir.”Seperti biasa, dia beranjak pertama. Kami tidak keluar sampai jam sarapan habis. Kami baru berpisah di depan gerhanya, yang entah bagaimana membuatku berat. Aku tidak pernah terbiasa dengan malam, tetapi semalam adalah salah satu malam terbaik yang tidak ingin kulupakan sepanjang hidupku dan kalau aku bisa membuat waktu membeku, aku ingin malam itu terus terulang dan berlangsung selamanya. Sayangnya, waktu tidak bisa membeku, dan di sinilah kami: Lavi harus ke klinik dan aku harus... entah, mungkin mengisi waktu sampai bersama Lavi lagi. Jadi, aku melakukan perpisahan dengan malam penuh fantasi itu dengan mengecup Lavi. Dia tertawa, berkata,
last updateLast Updated : 2024-08-24
Read more

539. HADIAH #8

Pesta makan tidak berakhir secepat makanan habis. Kami masih mengobrol panjang lebar. Di titik itu aku baru sadar kalau empat pendahulu ini jarang memiliki kesempatan mengobrol. Reila mengatakan apa yang kupikirkan. “Selama ini kukira kalian sering mengobrol diam-diam.”“Mana mungkin,” jawab Dhiena. “Kami terlalu sibuk.”“Dan mereka terlalu menganggur,” lanjut Mika. “Saking lama menganggur, mereka bingung harus melakukan apa dan akhirnya cari masalah. Sekarang kalian pasti sudah punya rencana yang tidak-tidak.”“Tidak sopan, kami menjaga keakraban penghuni,” sahut Yasha.“Kami bukan tipe yang bersenang-senang dengan pekerjaan,” kata Haswin. “Kami tipe yang bersama alam, mencari kesenangan dan menikmati hidup.”“Sebaiknya kita bakar saja semua baju dia dan jangan biarkan dia ambil baju lagi,” usul Dhiena. “Biarkan dia menyatu dengan alam
last updateLast Updated : 2024-08-26
Read more
PREV
1
...
5253545556
...
60
DMCA.com Protection Status