Home / Fantasi / Selubung Memori / Chapter 521 - Chapter 530

All Chapters of Selubung Memori: Chapter 521 - Chapter 530

594 Chapters

520. KAKAK ADIK #6

Profesor Merla dan Reila naik, melihat bagian dalam candi.Benar-benar persis sama dengan apa yang kulihat—tentu saja. Memangnya mereka akan lihat hal berbeda? Aku sempat berharap tempat ini punya hal aneh yang disembunyikan. Sejak memasuki titik dua, firasatku tidak tenang.Reila mengelilingi bagian dalam candi yang sempit itu, sementara aku dan Profesor Merla menatap tiang yang mirip untuk persembahan.“Jadi, tidak ada markas musuh di titik dua?” tanya Reila, tiba-tiba.“Tidak ada. Benar-benar hanya hutan biasa,” kataku.“Lalu kenapa mereka mengarah ke sini?”“Itu pertanyaannya. Aku berharap candi ini jawabannya. Tapi tak ada siapa-siapa di sini. Benar-benar hanya candi yang kosong, tapi aneh.”“Tapi aneh,” ulang Reila. “Sebenarnya apa yang aneh?”“Itu yang kucari. Apa, ya, yang aneh?”Reila menatapku tidak yakin. Profesor Merla j
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

521. KAKAK ADIK #7

Darahku membeku ketika kami menemukan pondok di gunung itu.Benar-benar sama dengan pondok tempatku dibesarkan—mulai dari bentuk, tata letak sekitarnya—sungguh di bawah pondok itu terdapat sungai jernih dengan jembatan kecil, lalu ada pekarangan luas yang tertutup pohon di sisi barat pondok, ada suara sapi di selatan pondok, agak jauh, yang itu artinya ada peternakan kecil di sana, dan yang membuatku membeku: nuansa Aza membekas di sana.Meskipun begitu, aku tahu ini berbeda dengan pondok tempatku dibesarkan. Di sini tidak ada jalur khusus air yang dibuat olehku dan Aza yang kami buat saat hujan deras hampir membanjiri pondok. Jalur air itu memiliki bunga-bunga cantik yang tumbuh di setiap sisi jalur, lalu terhubung langsung dengan sungai. Jembatan kecil di tempat kami juga bukan lagi sekadar jembatan kecil yang rapuh, jembatan kami sudah diperbarui dan sedikit lebih tinggi, memiliki pegangan, dan memiliki tali yang terhubung dari satu ujung ke ujung yang l
last updateLast Updated : 2024-07-21
Read more

522. KAKAK ADIK #8

Aku sedang duduk di beranda depan menghabiskan penghujung malam.Suasananya begitu menghanyutkan. Suara hutan tengah malam, ditambah suara aliran air sungai—aku bisa saja terlelap sekarang, tetapi kuputuskan duduk di beranda depan tanpa kursi. Hanya duduk di atas lantai dan merasakan angin yang berembus di area yang hampir puncak gunung. Dingin.Profesor Merla dan Reila tertidur di lokasi yang mirip dengan ruangan Aza. Semata-mata aku ingin tidur di letak yang sama seperti ruanganku dulu. Profesor Merla sudah berjalan lebih dari setengah hari dan terus berjaga, mungkin dia sudah terlelap lebih dulu. Lagi pula, nuansa pondok Aza cocok untuk tidur. Kasur yang ada pun entah bagaimana terasa empuk seperti bisa menyerap rasa lelah. Aku bisa langsung terlelap bila berbaring di sana, tetapi benakku tidak tenang.Aku menatap kegelapan malam hutan. Sangat beda dari Padang Anushka. Lebih asing, liar, dan hampa, tetapi tidak mengancam.“Yang sudah mengge
last updateLast Updated : 2024-07-23
Read more

523. KAKAK ADIK #9

Aku membangunkan Profesor Merla dan Reila.Kami punya rencana untuk pergi pagi-pagi buta, bahkan sebelum matahari terbit—semalam kami membicarakan itu penuh semangat, tetapi kini, bahkan dua jam setelah matahari terbit, mereka masih terlelap. Aku tidak berniat membiarkan banyak makanan itu terdiam terlalu lama, jadi aku membangunkan mereka.Profesor Merla berhasil terbangun. Awalnya dia panik, terkejut karena tidak sadar sudah tidur terlalu lama. Namun, entah bagaimana tiba-tiba dia menganggap itu wajar. Bahkan dia berkata dengan suara yang masih agak sumbang. “Sungguh, ini pertama kali aku bisa tidur senyenyak ini di tengah misi. Rasanya seperti sudah di Padang Anushka. Jam berapa sekarang?”“Tujuh lebih,” kataku.  “Kau kelihatan segar.”“Sudah mandi. Airnya segar sekali. Ada baju di lemari. Dan ada makanan di luar. Dan masih ada banyak lagi. Sebaiknya Bibi bersiap—dan kau.” Aku ter
last updateLast Updated : 2024-07-25
Read more

524. TIM KOMBAT #!

Padang Anushka berhasil terlihat lagi saat hari sudah gelap.Sungguh, rasanya lebih melelahkan dari apa pun. Reila bahkan sudah begitu kepayahan sampai dia berhasil mengerahkan sisa tenaganya untuk menghela napas lega mendapati kabut tipis yang menyembunyikan wujud jembatan perbatasan. Dan perlu kuakui kalau aku juga sangat lega bisa mendapati jembatan ini. Mengarungi alam liar lebih dari setengah hari membuatku terus berhalusinasi kalau kami tidak akan bisa bertemu Padang Anushka lagi. Untuk ukuran Profesor Merla yang tidak khawatir di alam liar untuk semalam lagi saja juga menyuarakan kelegaan.Kalau harus menggambarkan seberapa kejam jalur yang kami lalui—jalur kembali kami adalah jalur yang berhasil membuat Reila percaya pada kata, “Lima menit lagi, sungguh, sudah di depan,” dan sebagai orang yang mengatakannya, aku juga ingin percaya kalau kami akan tiba dalam lima menit. Sayangnya, titik Padang Anushka tidak kunjung terlihat sampai aku telah men
last updateLast Updated : 2024-07-27
Read more

525. TIM KOMBAT #2

Malam itu, aku sedang berusaha terlelap di gerha Lavi.Sebenarnya aku sudah berusaha terlelap di gerhaku sendiri. Setelah semua yang terjadi—kelelahan yang menumpuk, harusnya aku bisa segera tidur. Namun, sekuat dan sedalam apa pun aku memejamkan mata, kesadaranku tidak bisa pergi. Aku terus terjaga. Jarum jam sudah melewati tengah malam dan aku bisa merasakan tubuhku pegal dan lelah. Harusnya aku terlelap. Maka karena aku kesulitan tidur, kuputuskan menghampiri orang yang bisa membuatku nyaman.Sebenarnya ketika diam-diam aku menembus pekarangan gerha, aku sudah bisa merasakan bahwa hawa kehadiran Lavi tidak ada di gerhanya. Hanya saja, aku tetap lanjut, masuk gerhanya, dan benar. Lavi tidak ada di mana-mana. Kurasakan kehadirannya ke seluruh penjuru Padang Anushka, dia agak terasa berada di Balai Dewan. Tampaknya masih di tempat Jesse. Kuakui benakku agak kecewa, tetapi aku tidak ingin kembali begitu saja ke gerha. Jadi, di antara semua pilihan yang ada, kuputu
last updateLast Updated : 2024-07-29
Read more

526. TIM KOMBAT #3

Aku terbangun di dekapan Lavi. Dia terlelap sembari menenggelamkanku padanya. Jadi, di momen saat mataku terbuka, dadaku langsung menghangat lagi.Dan tampaknya aku terlalu banyak bergerak, sehingga Lavi mulai tergugah.Aku langsung menempelkan keningku padanya. Perlahan, matanya terbuka dan dia langsung tersenyum di detik pertamanya berhasil meraih kesadaran.“Aku berhasil tidur,” kataku, mengumumkan.“Iya. Aku punya kata-kata untukmu.”“Aku bakal senang dengarnya.”“Aku tidak merestuimu berangkat di rangkaian misi berikutnya.”Itu hal paling mencengangkan yang pernah kudengar sehabis bangun tidur.Kupikirkan bahwa Lavi sudah memikirkan itu sejak menemukanku kembali dalam pertempuran melawan jumlah yang tidak imbang—dia pasti sudah berulang kali mempertimbangkan itu sejak mendengar semua laporan. Karena itulah, ketika aku sulit tidur dan dia membicarakan betapa kesal diriny
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

527. TIM KOMBAT #4

Begitu menyelesaikan sarapan, Lavi bergegas pergi.“Aku perlu bertemu Profesor Merla. Ada Kara, Jenderal, Jesse dan mungkin Haswin. Kami perlu membicarakan banyak hal soal semua informasi dari misimu. Bakal merepotkan, tapi aku senang melanjutkan apa yang sudah kau dapat.”“Aku tidak diundang?” tanyaku.“Memangnya mau?”“Tidak juga.”“Aku sudah tahu kau bakal bilang begitu.”Maka ketika Lavi memasuki Balai Dewan, aku kembali ke gerha, mendapati Fal sedang mengusap Pita yang menyantap makan paginya. Meski semalam sudah melihatnya terlelap, mendapati senyum Fal lebar nan polos yang disertai lengkingan suaranya membuatku begitu rindu seolah sudah seribu tahun tidak melihatnya.“FORLAN!” Dia menjerit—seperti biasa—melompat padaku.“Aku pulang, Fal!” Aku menangkapnya, menggendong dan memutar-mutar kami selagi dia tertawa di pelukanku. &ld
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

528. TIM KOMBAT #5

Aku ingin periksa ke klinik. Yasha dan Dalton memutuskan ikut.Kupikir Lavi juga di klinik karena sekilas kurasakan kehadirannya di sana, tetapi saat kami masuk, di ruang tunggu hanya ada Isha dan Tara. Mereka juga sibuk di tempat masing-masing yang membuat ruang utama itu begitu sunyi.“Kalian bertengkar?” tanyaku, saat kami masuk.“Kami bekerja,” koreksi Isha. “Kalau cari Lavi, tadi baru saja keluar. Tidak berpapasan di jalan? Kalian bertengkar, ya?”“Aku tidak kejar-kejaran dengannya.” Kami bertiga duduk di kursi panjang klinik, yang kurang lebih membuat Isha menutup buku seolah mengerti tiga cowok ini tidak akan keluar dalam waktu singkat. “Aku mau periksa,” kataku.“Ada keluhan?”“Aku teringat sesuatu penting.”“Ingatanmu?” sahut Tara, tiba-tiba tertarik. Dia memakai kacamata.“Bukan. Aku baru ingat kalau mengalami sesuatu
last updateLast Updated : 2024-08-04
Read more

529. TIM KOMBAT #6

“Kau tidak kelihatan bermasalah,” kata Isha, setelah memerhatikan mataku lebih lama dari biasanya. Dia kelihatan benar-benar menelusuri sampai dalam.Aku berusaha untuk tidak tampak kecewa karena itu mampu membuat Isha berasumsi aku kecewa tidak kena pengaruh musuh. Barangkali Aza yang memberi sesuatu itu hanya perasaanku. Dan untuk bagian itu aku mengatakannya. “Kalau begitu, mungkin hanya perasaanku. Aku bisa lega.”“Memangnya kau merasakan sesuatu yang aneh?”“Dibilang merasakan sesuatu, lebih tepatnya, aku takut merasakannya.”“Dia pakai prinsip periksa sebelum kejadian,” komentar Yasha.Secara teknis, kami masih di ruang tunggu klinik, tetapi dengan pintu kaca yang terbuka lebar. Perbedaan lainnya: sudah bersih. Pintu utama klinik sebenarnya memang kaca dua arah. Mau bagaimana pun juga, bila tidak ditutup tirai, orang dari luar juga bisa melihat bagian dalam—begitu juga sebalikn
last updateLast Updated : 2024-08-06
Read more
PREV
1
...
5152535455
...
60
DMCA.com Protection Status