Share

522. KAKAK ADIK #8

Aku sedang duduk di beranda depan menghabiskan penghujung malam.

Suasananya begitu menghanyutkan. Suara hutan tengah malam, ditambah suara aliran air sungai—aku bisa saja terlelap sekarang, tetapi kuputuskan duduk di beranda depan tanpa kursi. Hanya duduk di atas lantai dan merasakan angin yang berembus di area yang hampir puncak gunung. Dingin.

Profesor Merla dan Reila tertidur di lokasi yang mirip dengan ruangan Aza. Semata-mata aku ingin tidur di letak yang sama seperti ruanganku dulu. Profesor Merla sudah berjalan lebih dari setengah hari dan terus berjaga, mungkin dia sudah terlelap lebih dulu. Lagi pula, nuansa pondok Aza cocok untuk tidur. Kasur yang ada pun entah bagaimana terasa empuk seperti bisa menyerap rasa lelah. Aku bisa langsung terlelap bila berbaring di sana, tetapi benakku tidak tenang.

Aku menatap kegelapan malam hutan. Sangat beda dari Padang Anushka. Lebih asing, liar, dan hampa, tetapi tidak mengancam.

“Yang sudah mengge

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status