Semua Bab Istri Lima Belas Ribu: Bab 361 - Bab 370

608 Bab

Bagian 64

"Mas, maaf, apa Mas sama sekali tidak pernah mendengar kabar Mbak Anti?" Raut muka Agam terlihat berubah. Namun, itu hanya sebentar."Gak pernah sama sekali. Kabar teman-teman aja aku tidak tahu. Apalagi kabar dia. Nadia sekarang tinggal sama kamu, 'kan?" Pertanyaan dari Agam serasa sebuah pancing yang dilempar ke sebuah kolam bagi Erina."Dulu iya. Sekarang sudah tidak. Dia sudah tinggal sama Mbak Anti.""Kenapa? Sudah mau, Nadia pulang?" tanya Agam lagi. Sepertinya waktu sedikit menyembuhkan luka hatinya, sehingga tidak terlalu benci saat nama Anti disebut."Ceritanya panjang, Mas. Ya, sudah saatnya mungkin, Nadia berbaikan dengan ibunya. Dulu sama sekali gak mau, Mas. Benci banget dia sama Mbak Anti. Namun, karena sikap sabar Mbak Anti, akhirnya meluluhkan hati anaknya. Dia benar-benar berubah setelah kecelakaan. Orang yang kenal dengan dia sekarang pasti tidak tahu, kalau Mbak Anti punya masa lalu yang buruk." Mendengar perkataan Erina, hati Agam seak
Baca selengkapnya

Bagian 65

Anti mengikuti kajian dengan perasaan yang tidak tenang. Hatinya dilanda cemas memikirkan Nadia yang pergi bersama Erina. Meskipun anaknya pergi bersama dengan ini tirinya, tapi, tetap saja Anti merasa cemas. Materi yang dipaparkan oleh Ustadz, sama sekali tidak masuk dalam pikirannya. Angannya berkelana jauh entah ke tempat mana yang ditujukan Nadia juga Anti.Banyak hal yang berkecamuk dalam pikiran, membuat duduknya pun gelisah. Ada banyak yang ia khawatirkan, walaupun ia yakin, Nadia tidak akan melakukan sebuah kenakalan. Namun, ia yang ia pikirkan adalah tentang keadaan Nadia yang baru mengalami kecelakaan juga rahasia apa yang tengah disembunyikan anak gadisnya itu. Sikap Nadia terasa begitu mencurigakan. Tiba-tiba teringat seseorang yang mungkin saja tahu tentang apa yang dilakukan Nadia saat ini.Agung. Nama yang pernah disebut anaknya akan diajak pergi ke suatu tempat. Kini, hatinya seakan menemukan titik terang pada siapa mencari jawab atas rasa penasaran sek
Baca selengkapnya

Bagian 66

"Maaf, Mas, bukan sengaja mau ikut campur. Aku hanya mencoba membantu Nadia. Karena dia hanya punya aku untuk bercerita dan mengadu masalah ini. Sebagai seorang ibu, meskipun hanya ibu tiri, aku ingin sekali bisa meringankan kesedihan dia. Tapi, bisa Mas Agam tidak berkenan, aku sungguh minta maaf. Aku paham apa yang Mas Agam rasakan. Namun, Mas Agam harus tahu, Mbak Anti sudah berubah. Dan satu hal, tolong ijinkan Nadia bila ingin bertemu adiknya lagi," ucap Erina merasa tidak enak."Tidak apa-apa, Rin. Aku paham juga posisi kamu. Tapi maaf, untuk saat ini, aku tidak bisa. Entah bila suatu hari nanti, sakit hati ini sembuh. Aku sudah bilang, kalau Nadia mau datang silakan saja. Tapi, tidak dengan ibunya."Di dekat kolam ikan, Nadia memeluk erat tubuh Bilal.'Semoga sampai rumah, wangi tubuh kamu masih menempel di baju Mbak, Dek. Biar Ibu bisa mencium bau kamu.' Batin Nadia berujar.Laila masih setia menemani kedua kakak beradik itu bermain."Bu Li
Baca selengkapnya

Bagian 67

Karena tidak kuat melihat kemesraan Bilal dan Laila, Anti, memutuskan mengakhiri panggilan video dari Nadia."Terima kasih, Om, sudah mengijinkan aku ajak Bilal video call," ucap Nadia pada Agam yang masih terpekur di atas kursi. Sementara gadis remaja itu masih duduk di lantai yang tidak jauh dari tempat duduk Agam.Agam hanya membalas dengan anggukan dan seulas senyum yang kelihatan dipaksa."Ya sudah, kita pulang ya, Nad?" ajak Erina yang masih duduk bersebelahan dengan Laila. Sementara Bilal sudah asyik bermain di atas odong-odongnya."Om," panggil Nadia pada Agam yang masih menangkupkan kedua tangan di depan mulut."Ya ...." Agam menjawab sembari melepas tangannya."Apa memang selamanya Om tidak akan pernah mengijinkan Ibu bertemu Bilal?" Pertanyaan yang terasa bingung dijawab oleh ayah dari balita yang tengah mereka bahas."Nadia, Om hanya ...." Merasa bingung merangkai kata, Agam berhenti menjawab.Nadia terlihat sedih.
Baca selengkapnya

Bagian 68

"Seperti kamu yang perlu waktu untuk menyembuhkan luka hatimu, Nad. Om juga butuh waktu untuk itu. Dan Bilal, bila ia waktu itu sudah punya pikiran seperti kamu, pasti akan merasakan hal yang sama." Hanya itu yang bisa Agam katakan untuk menjawab semua keluh kesah Nadia. "Om minta maaf, karena telah membuat kamu menderita. Om sangat menyesal, Nadia," lanjut Agam lagi. "Aku mohon, Om, berilah Ibu kesempatan untuk bertemu Bilal. Aku yakin, Ibu tidak akan membawanya pergi. Ibu orang yang sangat baik sekarang ini. Berikanlah ijin, Om, Bu Lik ...," mohon Nadia dengan suara bergetar. Tangis Laila sudah tumpah. "Mas Agam, benar apa yang dikatakan Nadia, berilah kesempatan pada Mbak Anti untuk bertemu Bilal. Setiap orang pasti punya salah. Tapi Mbak Anti, sudah sangat menyadari kesalahan dan dosanya di masa lalu. Mbak Anti sudah berjuang untuk menjadi orang yang lebih baik. Tidakkah itu cukup, Mas?" timpal Erina. Agam. masih bergeming. Hatinya dilanda kebingu
Baca selengkapnya

Bagian 69

“Ya Allah, Dzat Pemilik Hati. Kusandarkan segala rasa dalam hati hanya kepadaMu. Kuserahkan apapun yang menimpa diri hanya kepadaMu. Ya Allah, Maha Pembolak Balik hati manusia, luluhkanlah kemarahan Mas Agam, agar hamba bias bertemu dengan anak hamba.” Lantunan doa diiringi isak tangis, dipanjatkan Anti di sepertiga malam.Hari- hari telah berlalu dari sejak Nadia mengunjungi Bilal. Rasa rindu selalu hadir dalam hati gadis remaja itu. Namun bagaimanapun, dirinya sadar kalau Agam tentu tidak akan suka kalau dia berkunjung terlalu sering. Pun dengan Erina, jelas akan keberatan bila harus selalu mengantar ke tempat yang membutuhkan waktu lebih dari satu jam dengan menempuh medan yang naik turun.Hanya sebuah harap yang akhirnya ia panjatkan, suatu ketika nanti akan diberikan jalan untuknya bisa memiliki waktu bersama sang adik.Dua foto terpampang di dinding menjadi penghibur lara hati Anti. Senyum Bilal yang terlihat polos, mampu membuatnya bahagia, me
Baca selengkapnya

Bagian 70

Hari-hari berikutnya, Agung lebih bersemangat mengadakan pendekatan dengan Nadia. Karena pria itu tahu, kebahagiaan Anti hanya ada pada anaknya. Maka bila anaknya bahagia, dirinya akan ikut bahagia. “Terimalah, Anti. Kamu masih muda dan harus meneruskan hidup. Bukankah Agung sesuai dengan kriteria kamu dulu? Serang polisi.” Ucapan bapaknya membuat Anti meradang. Kalimat itu seolah membuka luka kelam masa lalu yang ingin ia kubur dalam-dalam. “Jangan ingatkan apapun tentang hal yang dulu, Pak. Bahkan aku sendiri sangat malu bila mengingatnya.” Usai berkata demikian, ibu Nadia itu beranjak dari kursi dan memilih menjauh dari kedua orang tuanya. Setiap malam Anti sholat dan berusaha meminta petunjuk atas apa yang telah terlanjur ia katakana pada Agung. “Ya Allah, bila ENGKAU tidak menghendaki aku dengannya maka, buatlah sebuah keputusan yang tidak menyakiti perasaan dia. Hanya kepadaMu hamba memohon pertolongan ya, Rabb ….” Lirih Anti dalam doanya.
Baca selengkapnya

Bagian 71

 “Pilihannya ada dua, Mas. Kamu tanggung jawab, atau aku melakukan aborsi,” tukas Sesil.Agung masih terpaku tak bergerak dalam duduknya. Hatinya sangat sakit dengan buah perilakunya di masa lalu.“Mas,” panggil Sesil, membuat Agung tersadar dari lamunan.“Beri aku waktu berpikir, Sesil. Aku sangat kaget dengan berita yang kamu sampaikan. Beri aku waktu untuk memngambil keputusan,” jawab Agung dengan tatapan nanar.“Apa yang akan kamu pikirkan, Mas? Ini adalah buah dari perbuatan kita selama ini. Lima bulan aku menanggungnya sendiri. Dan sekarang, kamu masih mau berpikir? Atau, kamu mau lari?” tuduh Sesil geram.“Sesil, aku sangat kaget dengan berita ini. Berbulan-bulan aku sudah berusaha keluar dari lembah hitam, dari kehidupan yang penuh hura-hura dan kemaksiatan, tapi tiba-tiba kamu datang dengan membawa berita ini. Aku sangat kaget. Aku perlu waktu untuk berpikir, memutuskan den
Baca selengkapnya

Bagian 72

“Terus, kamu masih mempertimbangkan dua pilihan itu?” Anti bertanya serius. Tatapan tajam ia lemparkan pada Agung. “Ok, aku bukan orang yang baik. Aku pernah melakukan kesalahan dan dosa besar pada anakku. Tapi, itu dulu, saat aku belum mengenal dekat dengan siapa Rabb-ku. Sekarang ini, bukankah kamu sedang berusaha bertaubat? Mencari ridho-Nya Allah? Mengapa kamu berpikir untuk mempertimbangkan hal aborsi? Di luar sana, banyak orang yang menginginkan seorang anak. Dan kamu berpikir untuk itu?” tanya  Anti lagi bertubi-tubi.Agung meremas rambut dengan kedua tangan. Terlihat sekali kalau dirinya frustasi.“Anti, apa kamu bahagia dengan kabar ini?”“Maksud kamu?”“Aku tahu, kamu tidak menyukai aku. Maksudnya, kamu tidak suka dengan ajakan aku untuk kita menikah,” ujar Agung lirih. “Jadi, dengan hal ini menimpa aku, kamu pasti merasa punya alasan untuk menolak, ‘kan?” tuduh A
Baca selengkapnya

Bagian 73

“Om Agung kenapa tidak pernah ada kabar, Bu? Biasanya dia sering main ke sini,” ujar Nadia suatu hari.“Om Agung akan menikah, Nad,” jawab Anti membuat anak gadisnya kaget.“Kenapa menikah? Bukankah Om Agung sepertinya mendekati Ibu?” tanya Nadia lagi.“Karena Om Agung sebenarnya sudah berjanji sama seseorang akan menikahinya. Dia datang menagih janji itu,” jawab Anti berbohong. Dirinya tidak ingin, Nadia yang terlanjur menganggap Agung sosok yang baik, tiba-tiba mengetahui keburukan masa lalu pria itu. Biarlah, apa yang terjadi sebenarnya menjadi rahasia mereka berdua.Gadis itu memperlihatkan wajah yang sedih. “Bila suatu ketika nanti Ibu menikah, aku takut, aku tidak bisa dekat dengan orang itu, Bu.”“Nad, Ibu tidak ingin menikah lagi. Kamu tidak usah khawatir, ya?” Anti berusaha meyakinkan Nadia.“Tapi Ibu butuh teman bila aku harus pergi kuliah besok,”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3536373839
...
61
DMCA.com Protection Status